Girl math atau matematika kaum perempuan adalah fenomena tren sosial yang menunjukkan mengenai kebiasan perempuan dalam memanfaatkan dan menghabiskan uang. Fenomena ini juga seperti tolak ukur perempuan dalam hal pandai mengelola keuangan atau tidak.
Fenomena girl math ini berawal dari TikTok, mengenai logika perempuan ketika berbelanja. Terdengar aneh, tetapi banyak wanita yang berpikir mengenai logika dalam menghemat, menghabiskan uang, memanfaatkan diskon, dan gratis ongkir.
Sisi baiknya, mereka dapat memanfaatkan gratis ongkir, diskon, dan apabila sudah menghabiskan banyak pengeluaran di hari berikutnya, mereka harus lebih hemat. Sedangkan sisi buruk dari fenomena ini adalah jebakan pengeluaran dan gaya hidup yang konsumtif, seperti saldo keuangan yang dianggap hanya ada di mobile banking dan dimana nominal saldo uang tunai, e-wallet, dan yang lainnya tidak dianggap atau sudah dikategorikan telah dikeluarkan (dibelanjakan).
Selain itu, saldo uang tunai dan yang ada di e-wallet tersebut bisa dihabiskan. Misalnya, membeli barang di e-commerce dengan menggunakan saldo pada e-commerce itu sendiri atau yang terhubung dengan e-wallet, maka para girl math menyebutnya “gratis” karena tidak merasa membayar atau hanya menggunakan saldo uang yang sebelumnya. Faktanya, mereka masih mengeluarkan uang, hanya saja dikeluarkan pada waktu yang berbeda saja.
Salah satu perilaku konsumen girl math juga lebih memilih barang yang mahal dengan gratis ongkir, dibandingkan barang yang murah tanpa gratis ongkir. Misalnya, baju batik harga Rp 200.000 dengan gratis ongkir dirasa lebih murah dibandingkan dengan baju batik harga Rp 50.000 dengan membayar ongkos kirim Rp 15.000.
Para “matematika perempuan” ini biasanya menggunakan sistem split bill ketika sedang makan, nongkrong, liburan, dan sebagainya. Penerapan split bill atau membagi tagihan (pembayaran) yang telah dipakai untuk dinikmati bersama biasanya satu orang membayar dulu sepenuhnya yang nantinya ia menagih teman-temannya. Para girl math menyebutnya bahwa ini pemasukan, padahal faktanya ini ialah uang yang sebelumnya digunakan untuk sistem paylater dengan teman yang lainnya.
Lain lagi ketika girl math ini mendapatkan pemberian, maka mereka bisa menghemat budget lebih untuk menghabiskan pengeluaran yang lainnya. Menariknya, ketika mereka menemukan uang di tempat yang tak terduga seperti saku atau tas yang sudah tidak dipakai lama, maka mereka menyebutnya sebagai investasi. Padahal, itu sisa uang pribadi pada hari-hari sebelumnya.
Perlu diingat bahwa ini hanya lelucon, bahkan bisa dikatakan sebagai jebakan keuangan. Maka, pentingnya memahami dengan baik terkait pemasukan dan pengeluaran yang sebenarnya. Selain itu, tidak semua individu berpikir demikian. Meski begitu, mereka sangat memanfaatkan diskon. Namun, perilaku seperti ini berdampak panjang ke arah konsumerisme, mengonsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan, tanpa sadar dan berkelanjutan. Oleh karena itu, maka pentingnya bijaksana dalam mengontrol keuangan.
Penulis: Maulida Fadhilah Firdaus
Editor: Ikhsan Nur Ramadhan
Baca Juga: Sufi Juga Makhluk Ekonomi