Di tengah banyaknya program perkuliahan, ada satu hal yang cukup menarik bahwa kuliah di bidang Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM) dinilai lebih memiliki kesejahteraan ekonomi di masa depan dibandingkan lulusan di bidang humaniora.
Hasil laporan dari World Economic Forum (WEF) dan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang berisi mengenai tren profesi dan permintaan tenaga kerja dibidang teknologi, rekayasa, dan data mendapatkan upah yang cukup premium atau tinggi, hal ini juga didukung dengan permintaan mengenai tenaga kerja dengan sektor pertumbuhan yang cepat di banyak negara.
Jika melihat kebutuhan industri saat ini, erat kaitannya dengan teknologi dan data. Banyak perusahaan mencari programmer, analisis data, teknisi di bidang teknologi. Tak heran jika lulusan STEM termasuk dalam permintaan pasar yang cukup tinggi. Dukungan inovasi dengan melakukan research and development yang kuat bisa membawa jurusan ini kepada pendapatan yang tinggi. Apalagi hari ini riset menjadi bagian penting di dalam perusahaan atau bahkan negara.
Hal ini juga didukung dengan riset dari NCDS yang menyatakan bahwa kemampuan matematika di tingkat sekolah dasar mampu membawanya tingkat kesejahteraan lebih baik di usia 42 tahun, bahkan hal ini lebih signifikan daripada background sosio ekonomi orang tua.
Apalagi hari ini dukungan pemerintah terkait jurusan STEM akan lebih diutamakan, seperti langkah Lemaba Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di tahun 2026 untuk fokus pada bidang prioritas sebesar 80% diutamakan jurusan STEM dan AI hal ini juga upaya pemerintah untuk mendukung industrialisasi.
Sayangnya meskipun jurusan STEM dianggap punya kesejahteraan tinggi, di negara Indonesia sendiri minat mahasiswa di bidang STEM masih minim. Menurut direktur investasi LPDP bahwa di Indonesia hanya 19% yang berada di jurusan STEM. Padahal negara maju biasanya memiliki proporsi lulusan STEM diatas 30-40% bahkan bisa lebih dari 50% untuk negara industri seperti Jerman.
Sebenarnya kebutuhan Industri begitu besar, misal jurusan Teknik Sipil dibutuhkan dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), lalu data science, cyber security, dan AI engineer juga dibutuhkan dalam sistem pemerintah sebagai upaya perlindungan data kepada rakyat Indonesia itu sendiri.
Namun jurusan ini harus terus beradaptasi dengan teknologi yang begitu cepat dan bagi individu dan pembuat kebijakan, fokus pada pengembangan keterampilan yang relevan adalah kunci untuk berhasil dalam era transformasi ini.
Kabar buruknya tingkat literasi matematika dan numerasi di Indonesia hari ini mengalami penurunan menurut survei Programme for International Student Assessment (PISA). Padahal, matematika dan numerasi menjadi bagian penting dari STEM.
Oleh karena itu, potensi tersebut dibutuhkan adanya peran pendidikan dasar dan menengah untuk penguatan minat STEM yang harus ditanamkan sejak usia dini. Sayangnya di Indonesia masih minim akan fasilitas laboratorium sebagai upaya penumbuhan rasa ingin tahu, mengingat bidang STEM ini pendekatannya learning by doing seperti eksperimen sederhana, proyek teknologi, hingga berbagai kompetisi robotik sebagai upaya sekolah untuk menumbuhkan kecintaan terhadap sains dan logika.
Penulis: Maulida Fadhilah Firdaus
Editor: Thowiroh
Baca juga: Pentingnya Literasi Keuangan, Atasi Jeratan Utang Konsumtif Pay Later