Asajere adalah tradisi khas masyarakat Madura dalam menyambut kepulangan jemaah haji dari Tanah Suci.
Tradisi ini telah berlangsung secara turun-temurun dan menjadi bagian dari budaya religius yang hidup dan tumbuh di tengah masyarakat. Sepulangnya seorang dari ibadah haji, rumahnya akan ramai didatangi oleh keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar selama empat puluh hari.
Mereka datang bukan sekadar untuk mengucapkan selamat, tetapi juga untuk meminta didoakan oleh jemaah sepulang haji. Sebagaimana yang dijelaskan dalam beberapa riwayat bahwa doa orang yang baru pulang dari haji termasuk doa yang mustajab.
Sayyidina ʿUmar ibn al-Khaṭṭāb radhiyallāhu ʿanhu berkata “Orang yang berhaji diampuni dosanya, dan juga orang yang dimintakan ampun oleh orang yang berhaji untuknya, selama bulan Dzulhijjah, Muharram, Shafar, dan dua puluh hari dari bulan Rabi’ul Awwal.”
Hal ini juga sebagaimana dicontohkan oleh para ulama salaf. Dalam kitab Itḥāf al-Sādah al-Muttaqīn bi-Sharḥ Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn dijelaskan terkait kebiasaan para ulama dan orang-orang saleh terdahulu dalam menyambut jemaah haji.
وقد كان من سنة السلف رضي الله عنهم أن يشيعوا الغزاة وأن يستقبلوا الحاج ويقبلوا بين أعينهم ويسألوهم الدعاء ويبادرون ذلك قبل أن يتدنسوا بالآثام
Artinya: “Dan telah menjadi kebiasaan para salaf radhiyallāhu ‘anhum, bahwa mereka mengantar para mujahid (yang berangkat berjihad), menyambut para haji, mencium antara kedua mata mereka, meminta doa kepada mereka, dan bersegera melakukan itu sebelum mereka kembali terkotori oleh dosa-dosa.”
Dalam masyarakat Madura, hari pertama kedatangan jemaah haji menjadi momen yang sangat dinantikan. Biasanya, jemaah akan disambut dengan arak-arakan kendaraan baik motor maupun mobil, dari alun-alun kabupaten hingga tiba ke rumah jemaah.
Sepanjang perjalanan, iring-iringan akan dikawal dengan suka cita, terdengar salawat, takbir, bahkan kadang lantunan qasidah, menandakan rasa syukur dan kebahagiaan atas kembalinya tamu Allah.
Setibanya di rumah, jemaah haji akan mulai menerima kunjungan masyarakat. Tradisi ini dikenal sebagai asajere.
Tradisi asajere juga tak lepas dari suguhan oleh-oleh khas Makkah seperti air zam-zam, cokelat dan kurma yang dibawa oleh jemaah sepulang haji. Biasanya, mereka akan membagikan oleh-oleh tersebut kepada setiap orang yang datang untuk asajere.
Lebih dari sekadar momen spiritual, asajere juga menjadi ruang penting dalam memperkuat silaturahmi dan ikatan sosial yang juga menjadi cerminan nilai-nilai luhur Islam yang terus hidup di tengah masyarakat.
Baca juga: Walimatus Safar, Pengertian dan Hukumnya menurut Para Ulama