Kementerian Haji dan Umroh Republik Indonesia resmi merilis desain batik baru yang akan digunakan dalam penyelenggaraan haji 2026.
Melalui akun Instagram resminya @Kemenhaj.ri dijelaskan bahwa batik dengan motif dan desain tersebut akan menjadi simbol dan identitas dari jamaah haji Indonesia dengan membawa makna keumatan, kebangsaan dan perdaban.
Dalam foto yang dibagikan, tampak batik untuk jamaah haji laki-laki didesain berlengan panjang dan berkerah. Sementara untuk perempuan juga memiliki kesamaan model hanya dibuat lebih panjang, mencapai lutut.
Berbeda dengan tahun sebelumnya yang memiliki warna dasar ungu, batik jamaah haji di tahun 2026 didesain dengan warna dasar biru, dengan paduan warna lain yakni hitam dan putih.
Untuk motifnya dibuat kotak menyerupai ketupat, Kemenhaj menjelaskan bahwa motif ini mengandung filosofi makna konsep Tri Sukses, yakni sukses ritual, sukses ekonomi system haji dan sukses peradaban dan keadaban.
Hal ini sebagaimana yang pernah disampaikan Menteri Haji (Menhaj RI)  Mochamad Irfan Yusuf  (Gus Irfan) bahwa tiga hal tersebut menjadi sangat penting untuk diperhatikan sebagai faktor suksesnya penyelenggaraan haji.
Ritual haji berkaitan dengan syarat, rukun dan kesunnahan yang harus dipahami jemaah haji sehingga ibadah haji yang dilakukan memiliki nilai pahala yang sempurna. Yang mana salah satu pendukung suksesnya ritual haji ini dengan adanya penyelenggaraan manasik haji yang memadai di setiap daerah.
Sementara, suksesnya ekonomi sistem haji mengacu pada pengelolaan dana haji secara transparan, akuntabel, serta diawasi oleh lembaga-lembaga seperti KPK, Polri, Kejaksaan, dan Kementerian Keuangan.
Mengenai suksesnya peradaban utamanya dalam membangun karakter jamaah pasca pelaksanaan haji berkaitan dengan tujuan terdalam dari ibadah haji, yaitu transformasi akhlak dan kontribusi jamaah bagi masyarakat setelah kembali dari tanah suci.
Oleh sebab itu, konsep Tri Sukses yang menjadi filosofi batik dalam penyelengaraan haji 2026 menjadi sangat penting untuk diperhatikan dan diharapkan menjadi ikhtiar bersama yang bisa diusahakan baik pemerintah maupun para jamaah.
Baca juga: Profil Gus Irfan, Menteri Haji dan Umrah Pertama di Indonesia
