Berdakwah di zaman sekarang tidak hanya terpusat pada pengajian. Semua orang bisa berdakwah melalui media sosial dengan cara dan gayanya masing-masing. Salah satunya adalah Takdir Alisjahbana Ridwan atau lebih dikenal dengan sebutan Jek.
Jek merupakan selebtwit dengan jumlah pengikut hampir 2 juta. Selain di twitter, Jek juga aktif di media sosial lain seperti Instagram dan Threads. Dengan media sosial ini lah, Jek berdakwah.
Sejak 2019, melalui hashtag dan question box Bincang Akhlak (#bincangakhlak), Jek kerap kali menjawab pertanyaan followers seputar syariat. Sehingga dari sinilah, jek mendapatkan panggilan Stad Jek dari para pengikutnya.
Yang unik dari cara berdakwah Jek adalah caranya menyampaikan syariat dengan humor dan mudah dipahami. Dari persoalan thaharah (bersuci), urusan rumah tangga hingga sejarah para nabi. Tidak jarang juga jawaban Jek memantik diskusi panjang dengan followersnya.
Beberapa contoh jawaban Jek dari #bincangakhlak:
Q: “Stang, hukum aqiqah jika diberi modal oleh orangtua atau mertua bagaimana?”
A: “Ngga ada masalah. Halal. Yang nggak boleh itu aqiqah pakai uang pemberian Namrud.”
Q: “Tad, amalan apa yang langsung sampai kepada orang yang telah meninggal?”
A: “Sedekah atas namanya, badalin haji dan umroh. Jangan lupa bayarin utangnya kalau masih ada yang tertinggal, karena sekalipun dia mati syahid tapi masih ada utang, arwahnya Cuma akan ngegantung. Sepenting itu bayar utang. Jangan nunda-nunda bayar utang, mau lu pas meninggal dikuburinnya ditunda-tunda juga ampe jenazah lu bau drum solar?”
Cara dakwah Jek ini cukup disukai oleh anak muda. Beberapa followersnya mengaku bahwa dakwah Jek mudah dipahami bagi orang awam sekalipun. Tapi meski begitu, dalam unggahan story-nya, Jek juga mengingatkan bahwa kita tetap perlu seorang guru untuk belajar lebih dalam soal agama dan syariat agar semua yang kita pelajari memiliki rujukan yang tepat.
Selain itu, Jek juga seorang penulis. Dua bukunya sudah terbit berjudul #bincangakhlak dan #sobatsakit. Berisi kisah perjalanan hidup Jek berproses dari buruk menjadi baik.
Penulis: Rindi Andriansah
Editor: Thowiroh
Baca juga: Ketua LD PBNU: Dakwah Digital, Jalan Menuju Khoirul Ummah

