Siapa yang mengira membaca sastra hanya untuk kesenangan dan hiburan imajinatif belaka? Lebih dari itu, ternyata dengan membaca sastra bisa meningkatkan empati kita. Bagaimana sih faktanya?
Sapardi Djoko Damono, seorang guru besar ilmu sastra Indonesia menjelaskan bahwa sastra merupakan lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium untuk menyampaikan gambaran kehidupan manusia. Sederhanya, karya seni yang menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pengalaman, perasaan dan pikiran secara imajinatif.
Berbeda dengan non sastra seperti karya tulis ilmiah yang menyajikan hasil temuan, penelitian, dan bersifat faktual dan sistematis. Sastra hadir dengan penuh imajinasi, keindahan diksi, dan mengandung moral serta seni, meski tidak sedikit juga karya sastra yang berdasarkan fakta, misalnya biografi dan esay.
Oleh karena karya sastra lebih mengedepankan imajinasi dan keindahan bahasa, tidak sedikit orang yang menganggap bahwa membaca karya sastra tidak memiliki manfaat sebanyak membaca karya tulis ilmiah. Padahal, membaca karya sastra terlebih fiksi bukan hanya memberi hiburan dan keindahan, tapi juga wawasan dan pengetahuan sosial.
Salah satu manfaat membaca karya sastra yang tidak bisa diperoleh dari membaca karya tulis ilmiah adalah meningkatkan rasa empati pembaca. Seorang psikolog bernama Diana Tamir dari laboratorium Princeton Social Neuroscience membuktikan bahwa orang yang sering membaca fiksi memiliki kognisi sosial yang lebih baik. Selain itu, penelitian milik Ferhani Fatimah Zahra yang mempelajari keterkaitan fiksi dan empati menunjukan bahwa keterpaparan fiksi dan narrative empathy secara bersamaan berpengaruh terhadap empati pembaca.
Hal serupa juga pernah diungkapkan oleh Cucuk Espe, seorang sastrawan Jombang yang produktif menulis. Ia mengatakan bahwa banyak hal yang tidak bisa disampaikan dengan cara ilmiah, seperti perasaan, kritik sosial, bahkan hingga gagasan. Maka dari itu, sastra hadir sebagai penyeimbang. Ia juga mengatakan membaca sastra ibarat memberi makan hati, nurani, dan empati.
Diantara karya sastra yang mudah diakses seperti novel, cerpen, puisi, bahkan yang lebih modern di era digital seperti saat ini yakni Alternative Universe (AU) yang ada di sosial media.
Penulis: Rindi Andriansah
Editor: Thowiroh
Baca juga: Cara Atasi Writer’s Block saat Menulis

