tebuireng.co – Warisan pemikiran Azyumardi Azra untuk pendidikan Islam Indonesia. Kabar duka atas wafatnya Ketua Dewan Pers, Dr Azyumardi Azra, masih mewarnai pemberitaan media Indonesia.
Salat ghaib pun dilangsungkan oleh berbagai kalangan. Hal ini menandakan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang menyayangi perangainya.
Tak dapat dimungkiri, Dr Azyumardi Azra memang memiliki kontribusi besar bagi perkembangan pendidikan dan jurnalisme Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai seorang intelektual muslim yang membawa pemikiran-pemikiran relevan bagi tercapainya pendidikan Islam di era modernisme ini.
Dr Azyumardi Azra memiliki pemikiran yang berbeda terkait konsep pendidikan dan pengajaran. Karena itu, ia mengkritik sistem pendidikan di Barat, yang menurutnya, tidak lain hanya sekedar proses transfer ilmu dan kahlian.
Dengan begitu, maka konsep pendidikan barat tidak lain hanyalah menjadi suatu komoditas belaka yang menjadi ajang untuk saling unjuk keahlian. Dari konsep tersebut, mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu mengingatkan kembali kepada seluruh umat islam untuk meraih kembali masa keemasan Islam.
Di mana pada saat itu, pendidikan tidak hanya dijadikan sebagai suatu proses transfer Ilmu melainkan juga memiliki kepedulian terhadap nilai-nilai kepribadian diri seorang anak didik. Melalui hal itulah keseimbangan pendidikan dan pengajaran dapat terwujud.
Sehingga, pengetahuan yang diperoleh tidak hanya untuk mendapatkan gelar ataupun menjadi spesialis, akan tetapi juga mampu mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh tanggung jawab.
Dari pemikiran tersebut, Azyumardi Azra berpendapat bahwa pendidikan Islam merupakan salah satu aspek dari ajaran islam secara keseluruhan. Adapun pemikiran semacam ini lahir tidak terlepas dari tujuan hidup manusia.
Adapun, tujuan yang dimaskdukan tersebut kemudian dapat dilihat dari dua perspektif utama, yakni ‘tujuan antara’ dan ‘tujuan akhir’ yang lebih jauh. Tujuan antara sendiri menyangkut perubahan yang diinginkan dalam proses pendidikan Islam, baik berkenaan dengan pribadi anak didik, masyarakat, maupun lingkungannya.
Sementara itu, tujuan akhir dalam hal ini adalah tujuan seorang muslim, yakni menciptakan pribadi-pribadi sebagai hamba Allah yang mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebagaimana Firman Allah dalam Surat Al-Zariyat ayat 56.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)
Selain itu, juga dijelaskan dalam AL-Quran surat Ali Imran ayat 102 sebagai berikut.
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَ نْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 102)
Kemudian Dr Azyumardi Azra pun mengungkapkan bahwa perencanaan pendidikan Islam harus berdasarkan pada dua nilai pokok dan permanen.
Pertama, persatuan fundamental masyarakat Islam tanpa dibatasi ruang dan waktu. Kedua, persatuan masyarakat internasional berdasarkan kepentingan teknologi dan kebudayaan bersama atas nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan pengertian lain, setiap materi yang diberikan kepada peserta didik harus memenuhi dua tantangan pokok tersebut. Pertama, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, penanaman pemahaman pengalaman ajaran agama.
Melihat pemikiran tersebut, maka, ketika membahas kurikulum pendidikan Islam, setidaknya diarahkan pada beberapa hal berikut.
- Orientasi pada perkembangan peserta didik
- Orientasi pada lingkungan sosial
- Orientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Dari berbagai pemikiran di atas, maka dapat diketahui bahwa beberapa pemikiran pendidikan Islam Azyumardi Azra berorientasi pada demokratisasi pendidikan Islam dan modernisasi pendidikan Islam.
Dengan begitu, pendidikan Islam diharapkan mampu melahirkan generasi-generasi yang unggul bukan hanya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi saja, melainkan memiliki karakter dan budi pekerti yang luhur.
Oleh: Dinna