Setelah tahun lalu ditinggal rektornya, Dr. (HC) Ir. KH. Sholahuddin Wahid, beberapa hari lalu Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng berduka lagi dengan ditinggal oleh wakil rektor tiganya yaitu Dr. KH. Miftahurrohim M.A. Beliau adalah seorang wakil rektor yang hafal Al-Qur’an, ramah, baik kepada siapa saja, akomodatif terhadap masukan-masukan dari bawahannya.
Dr. Miftahurrohim adalah wakil rektor yang memiliki pergaulan yang luas, tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat internasional, sehingga ia dikenal di dalam negeri dan di luar negeri, khususnya Malaysia.
Mungkin karena pergaulannya yang luas itulah, beliau selalu memiliki visi yang mendunia, hal itu bisa kita lihat dari ide-ide besarnya yang selalu berorientasi internasional sebagaimana yang kami perhatikan saat diajak bermusyawarah, bergabung dalam tim kerjanya, dan beberapa tugas yang diberikan kepada kami.
Saat kami masih di lembaga bahasa Unhasy yang sekaligus sebagai kordinator pengembangan bahasa Arab hampir setiap tahun selalu mengadakan seminar-seminar Internasional, bahkan dalam satu tahun bisa sampai dua kali atau lebih kegiatan seperti itu, saat ada tamu-tamu dari timur tengah yang berkunjung ke Tebuireng atau ke Indonesia beliau berusaha mendatangkan tamu-tamu itu untuk berkunjung ke Unhasy untuk diajak kerjasama dan mengisi acara-acara di Unhasy.
Pernah satu ketika saya dipanggil ke kantor beliau bahwa akan ada kunjungan tamu dari timur tengah dan beliau ingin ada acara seminar agar bermanfaat untuk Unhasy, tetapi saat itu kampus dalam keadaan libur semester, dimana para mahasiswanya sudah pada pulang semua, beliau berkata pada saya; “mas ini mau ada tamu dari Timur Tengah, saya ingin bisa bermanfaat untuk Unhasy semisal dibuat acara seminar gimana, tapi siapa nanti yang ikut, karena sekarang kan hari-hari libur kampus,” saya sampaikan sama beliau; “pak mif pengen audien (pesertanya) berapa minimal yang hadir?”
Beliau menjawab; “ya paling endak ada seratusan mas,” saya berkata kepada beliau; siap pak mif, Insha Allah nanti pesertanya akan ada lebih dari seratus, beliau berkata lagi; dari mana mas pesertanya, ini mahasiswa Unhasy sudah pada pulang, yang di rusunawa saja hanya beberapa orang kalau diwajibkan ikut gak sampek segitu, saya berkata kepada beliau; sudah pak mif, itu urusan saya Insha Allah akan ada lebih dari yang pak mif targetkan tanpa kita wajib mahasiswa Unhasy ikut yang masih ada di sini, beliau berkata lagi sambil tersenyum; ya sudah mas, sampean yang atur acaranya ya dan buat proposalnya untuk diajukan ke Universitas, saya menjawab; siap pak mif Insha Allah.
Dan benar peserta yang ikut acara tersebut sekitar 150 an orang yang mayoritas bukan dari mahasiswa Unhasy saja tetapi juga dari banyak tempat, baik dari kota Jombang sendiri atau dari luar Jombang, dan dari berbagai kalangan ada yang dari siswa, santri, mahasiswa, guru, dosen, dan umum.
Ketika ada seminar-seminar dengan pemateri dari Timur Tengah hampir selalu saya meminta beliau sebagai salah satu pematerinya agar mencul bahwa pematerinya dari tiga negara atau dua pematerinya tingkat internasional dan satunya nasional, karena beliau saat itu juga masih sebagai dosen di UTM Malaysia dan sering menjadi pembicara di luar negeri (Malaysia), maka ketika ada seminar Internasional di Unhasy selalu muncul nama dari tiga negara yaitu Indonesia, Dosen UTM Malaysia, dan negara timur tengah yang bergantian tiap tahunnya seperti dari Mesir, Sudan, Libanon, dan lain-lain.
Beberapa ide-ide beliau yang selalu berorientasi internasional (mendunia) adalah; World Class University, Seminar Internasional, Internasional Conference, Techno classic, Hasyim Asy’ari award, dan lain-lain. Beberapa dari ide-ide itu sudah ada yang terealisasi dan beberapanya ada yang belum, semoga kelak bisa terealisasi di Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng.
Saat kami takziah ke rumah beliau, ternyata saya mendapati pesantren beliau juga diberi nama yang mendunia yaitu ma’had alami miftah al-Qur’an. Ma’had ‘alami bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah Pondok Pesantren Internasional.
Pelajaran yang dapat dipetik dari tulisan kisah beliau ini adalah kita harus memiliki mimpi yang besar agar kita tidak seperti katak dalam tempurung (merasa besar sendiri/sudah paling baik, padahal di luar sana banyak yang sudah lebih besar dan lebih baik dari kita) sementara kita masih bersantai dan tidak merasa ketinggalan.
Akhir kata, do’a kami untuk beliau; Allahmummaghfirlahu warhamhu, lahu al-Fatihah!
Allahua’lam bisshowab.
Penulis: Fathur Rohman