Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Waketum PBNU) KH Zulfa Mustafa menjelaskan pentingnya syair sebagai media dalam menyampaikan dakwah.
Hal ini sebagaimana disampaikan dalam acara Penganugerahan Gelar Kehormatan Doktor Honoris Causa (HC) di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya, Rabu (25/09/24).
UIN Sunan Ampel memberikan gelar kehormatan kepada KH Zulfa Mustafa karena memperdalam keahlian langka yakni Ilmu Arudl Kesusastraan Arab. Dalam kajiannya yang berjudul Kontribusi Keindahan Syair Arab sebagai Instrumen Penyampaian Pemikiran Pendidikan Karakter, ia menekankan pentingnya syair sebagai instrumen dalam berdakwah.
Menurutnya, syair yang umumnya mengandung keindahan bisa membuat dakwah atau kebenaran yang disampaikan melalui syair akan lebih mudah dipahami, tidak membosankan dan sulit dilupakan.
Secara Historis, Waketum PBNU ini menjelaskan bahwa Pada zaman Rasulullah Saw, syair sudah banyak dibuat dan diperdengarkan oleh orang-orang Arab. Namun, isi syair yang mereka buat tentang makian dan cacian terhadap Rasulullah.
Seperti Ka’ab bin Zuhair yang dikenal sebagai seorang penyair ulung. Awalnya, Ka’ab merupakan penentang ajaran yang dibawa Rasulullah Saw, sehingga semua syairnya tak lepas dari cacian terhadap Rasulullah.
Akhirnya, Ka’ab pun mendapatkan hidayah dan masuk Islam. Setelah masuk Isam, Ka’ab membuat syair yang isinya pujian terhadap Rasulullah Saw dan para sahabatnya dan dikenal dengan istilah Bānat Su’ādberisi.
Sejak zaman Rasulullah Saw, syair tidak pernah dilarang selama isi atau konten didalamnya adalah kebaikan dan kebenaran. Terbukti bahwa Rasulullah Saw bahkan memberikan hadiah berupa jubah (burdah) kepada Ka’ab bin Zuhair setelah ia membacakan syair pujian kepada Rasulullah.
Para ulama terdahulu seperti Imam Syafi’i juga menggunakan syair sebagai media dalam menyampaikan kebaikan dan kebenaran. Hal ini tentu dengan tujuan utama untuk berdakwah.
Dari penjelasan terkait histori syair tersebut, KH Zulfa Mustafa menegaskan pentingnya menghidupkan kembali syair sebagai instrumen dakwah di masa kini, sebab keindahan akan lebih mudah menyentuh emosional seseorang. Harapannya, kebenaran yang disampaikan juga bisa diterima dengan hati yang lapang dan senang.
Penulis: Thowiroh
Editor: Ikhsan Nur Ramadhan
Baca juga: Peran Tokoh Agama dan Syiar Kesalehan Lingkungannya