Ucapan selamat natal menurut Buya Arrazy Hasyim perlu dijelaskan secara rinci agar ketika bersikap memiliki landasan yang kuat. Menurutnya, Ulama Mesir datang ke Gereja Kristen Koptik ketika natal dirayakan.
“Terkait masalah natal, pertama saya bukan mufti yang memiliki tugas meramu dalil untuk menanggapi suatu permasalahan, saya hanya murid dari para mufti. Saya juga menukil fatwa. Ada dua fatwa besar terkait hal ini, saya tidak cenderung pada salah satu, saya hanya menjelaskan,” katanya di akun youtube Deddy Corbuzier.
Menurut Buya Arrazy, Majelis Ulama Indonesia (MUI) hanya memilih salah satu dari fatwa besar ini. Di Mesir kata Buya ada Al-Azhar, Grand Syaikh Ahmad Tayyib yang punya otoritas hukum yang kuat membolehkan mengucapkan selamat natal. Karena basicnya mengucapkan selamat natal bukan akidah, tapi muamalat, persoalan bukan ibadah.
Sementara itu, Darul Ifftah, sebuah lembaga resmi di Mesir yan punya otoritas hukum yang kuat dan bisa mempemgaruhi hukum ini sepakat bahwa mengucapkan selamat natal tidak lah bagian akidah.
“Maksud saya, jika Ulama selevel mereka (Al-Azhar dan Darul Iftah) berfatwa begitu. Mereka jadi kiblat keilmuan Islam dari masa ke masa. Apakah mereka kemudian tidak disebut lurus,” tegas tokoh agama asal Sumatera Barat ini.
Logika sederhananya, apabila cuma mengulang fatwa (tentang natal) disebut sesat maka tentunya kita lebih sesat lagi. Karena mereka (pembuat fatwa) adalah para ulama.
Satu pendapat lagi tentang natal datang dari Arab Saudi yang melarang mengucapkan selamat natal seperti pendapat Abdul Aziz bin Baz dalam Majmuk Fatawa wa Maqalat Mutanawwiah halaman 6/405 menjelaskan:
“Tidak boleh bagi muslim dan muslimah untuk bergabung dengan Nasrani dan yahudi atau orang kafir lain pada hari raya mereka. Bahkan wajib meninggalkan hal itu karena orang yang menyerupai suatu kaum maka ia bagian dari mereka. Rasulullah mengingatkan kita untuk tidak menyerupai mereka dan berperilaku seperti mereka. Maka bagi muslim dan muslimah jauhi hal itu. Dan tidak boleh bagi muslim menolong mereka pada hari tersebut dengan cara apapun karena itu perayaan yang berlawanan dengan syariah maka tidak boleh ikut-ikutan dan tolong menolong dengan mereka atau membantu mereka dengan apapun termasuk dengan teh, kopi, dan lainnya seperti wadah-wadah dan lainnya. Dan karena Allah berfirman, ‘Tolong menolonglah kalian pada kebaikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. Takutlah kepada Allah sesungguhnya Allah sangat siksanya.’ Bergabung dengan orang kafir pada hari raya mereka merupakan bentuk dari tolong menolong pada dosa dan permusuhan.”
Guru dari Buya Arrazy Hasyim yang bernama Kiai Ali Mustofa Aly Ya’kub, alumni Pesantren Tebuireng dan pernah belajar di Arab Saudi sepertinya memilih keluar dari perdebatan dua kelompok ini dan tidak mengucapkan selamat natal. Khawatir karena fatwa yang mengatakan mengucapkan selamat natal keluar dari akidah.
“Sekadar mengatakan ‘Selamat Kelahiran Isa bin Maryam’. Begitu Pak, bahasanya. Dalilnya ada di surat Maryam, Nabi Isa mengatakan ‘Selamat atasku pada hari aku lahir,” jelasnya seperti dikutip dari channel At-Tirfasy Channel, Kamis (23/12/2021).
Ia juga meminta umat mengetahui apa apa arti Natal? Maulid atau kelahiran. Kelahiran siapa? Isa bin Maryam atau Isa Ibnullah (anak Allah)? Kalau yang dimaksud Isa bin Maryam maka boleh mengucapkan selamat Natal.
Namun, kalau yang dimaksud Isa Ibnullah, menurut Buya Arrazzy, baru terjadi perdebatan panjang yang sebaiknya dihindari karena ada implikasi tauhidnya.
“Perdebatan ini bukan perdebatan saya. Ini perdebatan Ulama Saudi, hanya minoritas, sedikit. Selebihnya ulama di dunia itu membolehkannya. Karena masuk bab Isa bin Maryam, kemudian masuk bab muamalat,” ungkapnya.
Baca juga: Natal menurut Gus Dur
Para Ulama Mesir dan Arab Saudi memiliki alasan tertentu dalam menyikapi natal. Namun, secara garis besar para ulama tersebut memiliki dasar masing-masing seperti Surat Al-Mumtahanah ayat 8,9 dan 10.
Menurut Buya Arrazy, dirinya punya pandangan sendiri tentang natal karena ia bukan seorang pejabat, bukan seorang pemimpin atau direktur suatu perusahan sehingga tidak punya hajat untuk mengucapkan selamat natal.
Kewajibannya yaitu menjelaskan perdebatan ulama dan mencerdasakan umat. Kita ingin kasih tahu kepada umat, ini ada perbedaan pendapat dari ulama. Meskipun berbeda, para ulama ini tidak saling hujat.
“Kalau punya tentangga saya mengikuti pendapat Buya Hamka yaitu dengan mengatakan selamat ya,” imbuh Arrazy Hasyim.
Namun, ketika ada seorang muslim yang mengucapkan selamat natal maka jika boleh bertanya sebaiknya dijelaskan apakah di dalam hati berniat mengatakan Isa Ibnullah atau Isa bin Maryam.
”Kalau versi akidah, harus jelas (Isa) Ibnullah atau Ibnu Maryam. Kalau Ibnullah maka fatwa Arab Saudi lebih relevan,” ujarnya.
Akan tetapi, lanjut Buya Arrazy, kejadian di Mesir yaitu lembaga resmi agama mengirim utusan untuk mengucapkan selamat natal ke gereja-gereja Kristen Koptik. Kita tidak boleh menghukumi orang dengan zahirnya, siapa tahu niatnya berbeda dengan yang kita maksud.
Kedau pendapat ini memakai dasar Al-Qur’an, yang membolehkan menggunakan Surat al-Mumtahanah Ayat 8-10. Yang melarang, ulama Saudi menggunakan Al-Qur’an ayat 72, tentang kesaksian bohong.
“Kalimatnya ‘selamat ya’. Gak usah bilang Selamat Natal. Biar gak terjebak. Ini yang disebut al khuruj minal khilaf mustahab. Keluar dari zona perdebatan itu, dianjurkan,” bebernya
Selanjutnya, Buya Arrazy menjelaskan tentang bab muamalat dalam konteks mengucapkan Selamat Natal. Ulama harus mau menjelaskan bab ini secara terus menerus karena ingatan umumnya dari umat cukup pendek. Kejadian ini akan terus terulang.
“Saya tidak mengatakan boleh, tinggal umat ikut fatwa yang mana, ikut ulama Saudi atau Mesir. Sehingga punya dasar atau penjelasannya,” tandas Arrazy Hasyim.