• Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Politik
Tebuireng Initiatives

Tren Beragama di Kalangan Kaum Elite Meningkat, Harus Disyukuri?

Syarif Abdurrahman by Syarif Abdurrahman
2021-06-29
in Kebangsaan, Keislaman, News, Pesantren, Tasawuf
0
Tren Beragama di Kalangan Elit Meningkat, Harus Disyukuri

Tren Beragama di Kalangan Elit Meningkat, Harus Disyukuri

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Ada dua pertanyaan yang beredar di dalam pemikiran saya sehubungan dengan maraknya kehidupan keagamaan yang terjadi di kalangan kaum elite politik dan menengah ke atas di negara kita  ini. Terbukti semakin merebaknya kumpulan pengajian di kalangan eksekutif, artis, dan kaum selebritas lainnya, terutama pada bulan-bulan mulia dalam Islam seperti maulid nabi, ramadhan, idul fitri dan idul adha.

Pertama, apakah gejala itu menunjukkan kebangkitan strata santri elite dan kelas menengah?

Kedua, apakah yang mereka lakukan itu bukan hanya sekedar ajang untuk lobi-lobi politik  atau bisnis di antara kaum elite saja?

Bagaimana kita menjawabnya?

Kita semua tentu berharap apa yang berlangsung pada kaum elite itu sebenarnya bukannya hanya sekedar sebuah gejala konversi atau proses rereligiusisasi. Meraka ingat tuhan benar-benar ingin kembali dan ingin dekat dengan-Nya sesudah berlumuran sekularisme dan merasa jiwanya kering oleh situasi-situasi kehidupan modern. Jadi, perubahan ini adalah pergerakan mereka menuju kepatuhan fiqhiyyah, yang pada kalang kaum muslimin tradisional sudah menjadi makanan sehari-hari

Baca Juga : Tiga Tingkatan Hamba Menuju Allah

Kita mensyukuri semua perubahan ini, tapi kita juga berdoa agar gejala ini bisa meningkat. Naik derajat dari kualitas Islam fikih ke Islam kultur dan Islam sistem. Maksudnya, mereka kaum elite bisa mengaktualisasikan nilai-nilai Islam ke dalam mekanisme sistem dan struktural dimana mereka terlibat sebagai aktivis atau bahkan pengambil keputusan.

Harus kita akui sesungguhnya mereka juga sangat memperhatikan masalah-masalah keadilan, distribusi kesejahteraan, kejujuran politik, rakyat miskin, dan lain sebagainya. Tapi, kita sering kecewa dengan sikap dan tindak tanduk mereka yang selalu dibalut nilai politis. Apa lagi mendekati pemilu, pencitraan meningkat tajam. Tak peduli masyarakat bosan dengan ucapan-ucapan yang hanya  manis di bibir dan nol besar dalam aplikasi. 

Bagi rakyat kecil, perubahan pada demokrasi kita adalah keharusan pada saat ini, menunggu dan menunggu mereka telah lama menunggu. Menunggu ketidak  pastian adalah hal yang membosankan. Dengan keyakinan, di dunia ini tak ada yang abadi selain perubahan. Pola pikir tentang Islam, berprilaku islami dan  demokrasi harus dirubah. 

W.A. Nance pernah berkata, kegagalan dapat dibagi menjadi dua sebab. Yakni, orang yang berpikir tapi tidak pernah bertindak dan orang yang bertindak tapi tidak pernah berpikir. Oleh karena itu, diperlukan sebuah sikap nyata, supaya niat baik tak berhenti sebatas angan-angan saja.

Dalam rangka mewujudkan warga negara yang memiliki sikap demokratis dan cerdas dalam berpolitik praktis, pelaksanaan pendidikan demokratis adalah suatu keniscayaan. Ini mengingat dunia pendidikan diyakini sebagai institusi avant-garde dalam persoalaan kemajuan bangsa dan negara, seperti telah terbukti di negara maju semisal Jepang dan Amerika Serikat. 

Mempersiapkan warga negara yang bertindak demokratis perlu ditanamkan pada generasi muda tiga hal dasar tentang demokrasi. Pertama, demokrasi haruslah difahami sebagai sebuah system yang memberi kemungkinan kepada warga negara untuk bisa mendapatkan hak-haknya secara professional. Kedua, demokrasi haruslah difahami suatu proses belajar (learning process) yang bersifat berkesinambungan, terus menerus dan tidak semata-mata memahami demokrasi dari suatu golongan yang penuh kepentingan saja. Ketiga, kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan mentransformasikan nilai-nilai demokrasi kedalam sikap dan laku demokratis ditingkat praktis kehidupan sehari-hari.

Semoga niat baik ini menjadi awal dari perubahan dunia perpolitikan kita amin

Tags: elit politikPesantren Digitalpolitikpolitikus
Previous Post

Santri dan Hari Kebangkitan Nasional

Next Post

Pesan Nyai Farida Salahuddin: Mulai Kebaikan dari Diri Sendiri

Syarif Abdurrahman

Syarif Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng.

Next Post
Pesan Nyai Farida Salahuddin: Mulai Kebaikan dari Diri Sendiri

Pesan Nyai Farida Salahuddin: Mulai Kebaikan dari Diri Sendiri

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No Result
View All Result

Pos-pos Terbaru

  • Etika Bertetangga dalam Hadis Nabi
  • Kemenag Resmi Memulai MQKN ke-8 dengan Tahapan Seleksi Via CBT Berbasis Kitab Kuning
  • Qailulah, Rahasia Tidur Siang Ala Nabi
  • Tafsir Surah Qaf Ayat 18: Pentingnya Menjaga Lisan
  • Dhau’ Al-Mishbah fi Bayani Ahkam An-Nikah, Panduan Pernikahan Karya Kiai Hasyim

Komentar Terbaru

  • Yayat.hendrayana pada Surat Yasin dan Amalan Segala Hajat
  • Universitas Islam Sultan Agung pada Pentingnya Bahtsul Masail sebagai Ruh Pesantren
  • Thowiroh pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Dodi Sobari pada Dauroh Badlan Al-Masruriyy Cetak Santri Bisa Bahasa Arab 2 Bulan
  • Tri Setyowati pada Ijazah Wirid dari Kiai Abdul Wahab Hasbullah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Politik

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng