tebuireng.co – Tragedi Karbala dan terbunuhnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husain bin Ali menjadi peristiwa yang diingat banyak umat Islam hingga hari ini.
Peristiwa Karbala terjadi pada hari Jumat tanggal 10 Muharram 61 H atau pada tanggal 9/10 Oktober 680 M. Tragedi Karbala adalah peperangan antara 10 ribu tentara Bani Umayyah dengan 72–128 orang keluarga keturunan Ali bin Abi Thalib yang terjadi di Karbala, Irak.
Menurut KH Ahmad Bahauddin Nursalim banyak riwayat yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad sudah mengetahui peristiwa pembantain cucunya Husein.
Nabi pernah bersabda “Saya dan kejayaan Islam itu hanya berumur 36 tahun”, juga banyak riwayat yang secara detail menyebutkan “Saya mencium Turbah, di mana cucuku terbunuh di situ. Lalu Jibril tanya, apakah kamu gelisah Muhammad? Iya jawab Nabi. Kata Jibril lagi, jika kamu mau, saya tunjukkan di tanah mana nanti cucumu akan dibantai”. Ini riwayatnya hadir jauh sebelum Sayid Husein bin Ali dibantai di Karbala.
Kiai Bahauddin atau Gus Baha menjelaskan akar dari peristiwa pembantaian ini yaitu adanya orang yang mudah menyalahkan dan mengkafirkan pihak yang berbeda pemikiran. Setiap permasalahan diselesaikan dengan perang dan perang urat saraf.
Dalam sejarah Islam, sifat orang begini dimiliki oleh kelompok Khawarij. Kelompok ini udah memvonis orang lain salah dan kafir. Mental Khawarij sudah muncul pada era Utsman.
Setelah Khalifah Usman terbunuh oleh golongan Khawarij, kaum Muslimin membaiat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah selanjutnya. Sejak itu Ali dianggap sebagaiAl-Khulafâ’ Ar-râsyidîn terakhir yang secara de jure merupakan satu-satunya pemimpin tertinggi seluruh umat Islam.
Namun demikian, secara de facto, kekuasaan Ali tak pernah mencakup wilayah Syam, daerah yang sudah lama dipimpin Muawiyah bin Abi Sufyan. Ini disebabkan tindakan Muawiyah yang menuntut Khalifah Ali agar menghukum para Khawarij yang terlibat dalam pembunuhan Usman.
Awalnya Khawarij merupakan bagian dari barisan Ali, kemudian berpisah dan melawan. Puncak aksi kaum Khawarij adalah majunya seseorang bernama Abdullah bin Muljam untuk membunuh Khalifah Ali.
Ia menyerang Ali yang hendak salat subuh dan berhasil melukai dahinya hingga parah. Tak berapa lama kemudian, Ali meninggal. Ketika dieksekusi akibat perbuatannya, Ibnu Muljam, yang dahinya terlihat hitam sebab banyak sujud, sama sekali tak mengeluh sakit kala kedua tangan dan kakinya dimutilasi dan matanya ditusuk.
Menurut Ibnul Jauzi dalam kitab Talbis Iblis, ia malah membaca Surat Al-‘Alaq hingga khatam. Kemudian tatkala lidahnya hendak dipotong, barulah ia mengeluh lantaran merasa sedih tak bisa mati dalam keadaan berzikir pada Allah.
Menyikapi sikap Ibnu Muljam ini, Gus Baha menjelaskan orang model begini, saat mau masuk surga nanti dilarang oleh Allah. Sebab yang masuk neraka bukan orang zalim saja, orang salih juga bisa.
Orang khawarij, Kata Gus Baha adalah orang yang salih-salih. Karena ahli dzikir, salat dan membaca Al-Quran. Justru karena kesalihannya itu melahirkan tragedi dalam Islam.
Lantaran salih, orang Khawarij mengharamkan barang yang mubah dan mewajibkan perkara sunah. Penyakitnya orang salih begitu. Baru i’tikaf seminggu di masjid. Jadi salih seminggu dan keluar masjid sudah sok-sokan saat lihat orang lain lalu ngomong “Orang kok cuma nongkrong di rumah saja? Tidak ingat Tuhan”
Padahal ingat Tuhan bisa di rumah, masjid dan di mana saja. Cuma selera dia (Khawarij) kan di masjid. I’tikaf seminggu saja sudah banyak bicara.
Begitu juga ketika seseorang menyukai ngaji. Lihat yang ngaji hanya lima orang lalu bilang orang di daerah tersebut tidak mau diajak baik. Padahal orang yang di rumah juga sedang berbuat baik, merawat anaknya. Di pasar berdagang mencari nafkah untuk keluarga juga baik. Jadi sering kali kesalihan melahirkan tragedi.
Dalam sejarah dunia, tragedi besar dalam Islam dimulai dari sifat kesalihan model Khawarij. Paling tidak klaim kesalihan. Karena semua bentuk kesalihan atas nama agama tentu selalu dikaitkan dengan Allah, bertautan dengan hukum Allah.
Model Khawarij, kalau sudah yakin itu hukum Allah, maka dengan mudah menghukumi kafir siapa saja yang menentang. Karena dianggap melecehkan hukumnya Allah.
Akhir dari ini, akan menghalalkan darahnya orang yang berbeda. Karena setiap pelanggaran atas nama agama dianggap melanggar hukum Allah. Sehingga orang yang mengklaim demikian akan mudah mengkafirkan orang lain. Karena dianggap berani ke Tuhan. Beginilah kasus kaum khawarij.
Ketika Ali dan Muawiyah terjadi konflik, sebenarnya saling perang itu tragedi duniawi biasa. Dalam hidup pasti ada gejolak dan perebutan kekuasaan. Sebetulnya itu fenomena sosial biasa. Ketika khawarij menyakini Ali melahirkan pencederaan agama. Muawiyah juga dituduh demikian, maka dianggap mencederai agama.
Akhirnya orang Khawarij, lewat kelompok itu ada yang ditugaskan membunuh Ali dan Muawiyah. Serta membunuh Amr bin Ash. Tokoh-tokoh besar ini harus dibunuh. Keputusan ini lahir lewat kesalihan, suka iktikaf, suka dzikir.
Menurut Al-Hamid Al-Husaini dalam Al-Husein bin Ali, Pahlawan Besar dan Kehidupan Islam pada Zamannya (1978), beberapa saat sebelum Ali bin Abi Thalib wafat, salah seorang sahabatnya bertanya apakah para pengikutnya harus membaiat salah satu putranya, yakni Hasan.
Ali bin Abi Thalib menjawab, “Aku tidak menyuruh dan tidak melarang.” Mulanya Hasan enggan menerima pembaiatan dirinya sebagai khalifah, tapi ia didesak penduduk Kufah sehingga akhirnya menerimanya.
“Keengganan itu tampak sekali dari sikapnya yang pasif selama dua bulan sejak dibaiat sebagai khalifah. Selama itu ia tidak mengambil langkah apa pun juga terhadap ancaman Muawiyah bin Abu Sufyan di Syam yang sudah siap siaga hendak mencaplok seluruh dunia Islam,” tulis Al-Hamid Al-Husaini.
Karakter Hasan yang lebih menyukai perdamaian membuat ia mengirim surat kepada Muawiyah, isinya mengajak Muawiyah untuk bergabung bersama orang-orang yang telah membaiatnya sebagai khalifah.
Namun, Muawiyah yang telah berpengalaman dalam dunia politik justru menjawabnya dengan sinis. “Jika aku yakin bahwa engkau lebih tepat menjadi pemimpin daripada diriku, dan jika aku yakin bahwa engkau sanggup menjalankan politik untuk memperkuat kaum Muslimin dan melemahkan kekuatan musuh, tentu kedudukan khalifah akan kuserahkan kepadamu,” jawabnya.
Muawiyah lalu melanjutkan dalam surat balasannya bahwa dirinya yakin jika ia lebih sanggup menjadi khalifah daripada Hasan karena lebih tua dan berpengalaman.
Ia bahkan menyuruh Hasan untuk mendukung dirinya sebagai khalifah. Muawiyah lalu membawa pasukannya yang besar dari Syam menuju Kufah untuk menggulingkan Hasan yang telah dibaiat sebagai khalifah.
Mendengar kabar pergerakan pasukan Muawiyah, Hasan mengumpulkan penduduk Kufah untuk bersiap melawan pasukan tersebut. Namun, penduduk Kufah yang telah membaiatnya sebagai khalifah justru merosot mentalnya.
Sebagian dari mereka tidak menyambut seruan khalifah. Hanya sebagian saja yang bersiap maju ke medan pertempuran. Nahas, Ubaidillah bin Abbas, orang yang ditunjuk untuk memimpin pasukan yang bersiap membela khalifah tersebut ternyata berkhianat dan berbalik mendukung Muawiyah.
Hal ini membuat semangat pasukan longsor. Malah karena persoalan politik lainnya, mayoritas penduduk Kufah berbalik hendak menjatuhkan khalifah. Di tengah situasi yang rumit tersebut, khalifah akhirnya memutuskan untuk melakukan perdamaian dengan Muawiyah.
Khawarij punya peran penting melahirkan tragedi dalam Islam. Orang model ini perang mengatasnamakan agama, berani mati. Merasa punya khitah Allah. Kemudian terjadi saling bantai.
Masih bersumber dari Gus Baha, dulu Umar wafat dibunuh Majusi, Abul U’lu Al-Majusi. Era Usman, banyak riwayat yang mengatakan bahwa pembunuh orang Islam saat itu bukan Islam, orang luar.
Baru era Ali dan Muawiyah ini banyak orang Islam membunuh orang Islam, dilakukan oleh orang Islam yang kategori salih. Mereka memvonis Ali dan Muawiyah murtad, halal darahnya dan dibunuh. Muawiyah terselamatkan karena pembunuhnya salah sasaran.
Setelah itu, tragedi mulai bermunculan di Islam, ini dimulai dari mengkafirkan orang lain. Setelah Muawiyah wafat ada era Yazid. Yazid, ada isu dia suka pakai sabu. Orang-orang Islam yang salih model Khawarij tersinggung.
Kata orang Islam ekstrem ini, masa umat Islam dipimpin orang zalim, orang tidak benar kok memimpin orang yang benar. Akhirnya Madinah bergejolak. Kemudian ada yang memprovokasi cucu Nabi Husein supaya mengambil alih kepemimpinan Yazid. Inilah awal tragedi Karbala yang viral.
Akhirnya, Sayid Husein lewat bantuan orang-orang Kufah (Irak) mau melawan Yazid. Orang Kufah ini datang ke Madinah lalu berkata “Ya Husein, karena Yazid zalim, maka kami yang di Kufah siap membaiat atau mendukung Anda jadi Khalifah. Yaitu mengkudeta kepemimpinan Yazid.
Sayid Husein lalu konsultasi ke Sayid Ibnu Abbas, pamannya. Karena Ibnu Abbas sepupu Nabi. Dikasih nasehat dan saran jika sebaiknya tidak ikut saran orang Kuffah. Ibnu Abbas juga tidak percaya orang Kufah. Karena sebelumnya sudah menghianati Hasan.
Sayid Husein tetap bersikeras untuk berangkat melawan Yazid. Tragedi Karbala tidak bisa dihindari lagi dengan sifat kukuhnya Husein ini. Husein memang terkenal berani dan keras kepala. Hingga keturunannya pun begitu. Akhirnya, Husein berangkat bersama orang Kufah menuju Irak.
Waktu sampai di Karbala, Sayid Husein dan bertemu pasukan dari Yazid dan terjadi lah perang besar, tragedi Karbala. Perang ini terjadi pada 10 Muharram. Peristiwa ini diperingati orang Syiah secara besar-besaran. Pada saat itu, Husein juga wafat secara brutal. Peristiwa ini ayak hari besarnya Syi’ah.
Versi Sunni, pasukan Muawiyah itu tidak disuruh sampai membunuh Husein. Hanya saja mereka over acting. Versinya Syiah, orang nyatanya membunuh jangan cari pembenarannya. Tragedi Karbala dirayakan besar-besaran oleh orang Syiah, khususnya di Irak dan Iran.
Sejak itu lahirlah kelompok Syiah besar besaran, pengikut Ali dan keluarganya. Siapa yang berbau Yazid dan Muawiyah harus dibunuh. Dendam ke Yazid ini menjelma jadi kelompok besar di dunia, yaitu Syi’ah.
Syiah itu memuji Husein cukup luar biasa, seakan agama di mulai dari Husein. Ringkasnya dalam kepercayaan Syiah ada trilogi, Nabinya Muhammad, idola sentralnya Ali, lalu yang dianggap kesatria prajurit yaitu Husein.
Zein Rizky