tebuireng.co- Dahulu, di zaman bani Israil, terdapat seorang hamba pilihan yang ahli ibadah, yang menyendiri beribadah kepada Allah di sebuah tempat ibadah. Walau dia banyak melakukan ibadah dan kebaikannya, tetap saja ada orang yang membencinya. Kemudian mereka bersepakat untuk menggodanya dengan mengirimkan wanita penggoda yang paling cantik di saat itu.
Suatu malam, wanita penggoda itu datang kepada si ahli ibadah dan minta diizinkan untuk masuk. Tapi wanita itu tidak diizinkan masuk. Akhirnya dia berteriak meminta masuk sambil membawa nama Allah, al-Ahad dan al-Mannan, kemudian dia juga membawa nama Nabi Musa ibn Imron dan nama Nabi akhir zaman (Rasulullah Saw).
Akhirnya wanita itu bisa masuk ke tempat ibadah tersebut. Kemudian, saat si ahli ibadah akan kembali beribadah, perempuan itu menyibakkan pakaiannya, berdiri telanjang bulat di depannya. Tapi si ahli ibadah hanya memejamkan matanya dan menjaga dirinya dari perempuan tadi. Si ahli ibadah kemudian berkata, “Apakah kamu tidak malu terhadap Dzat yang melihatmu, terhadap Dzat yang mengetahui segala yang kaulakukan secara rahasia maupun terang-terangan?“
Wanita tadi menjawab, “Tidak usah banyak bicara! Kamu harus bersenang-senang, merasakan kecantikan dan kemolekan tubuhku!“
“Celaka kamu! Apakah kamu menerima untuk merasakan kenikmatan sekejap, sedangkan api Neraka dan azab yang tidak akan sirna akan kau hadapi nantinya?“
Tapi perempuan tadi tetap menggodanya. Akhirnya si ahli ibadah berkata, “Perhatikan api kecil di lentera itu!“
Perempuan itu lalu memperhatikan ke arah lentera. Kemudian si ahli ibadah memasukkan jempol tangannya ke dalam nyala api, lama-kelamaan nyala api itu menjalar sampai ke jari telunjuknya, tapi si ahli ibadah belum juga menarik tangannya. Sampai-sampai telapak tangannya terkena sengatan api itu. Kemudian ia berkata kepada wanita itu, “Ini adalah api Dunia, bagaimana dengan api Neraka nanti?“
Mendengar dan melihat hal tersebut, perempuan tadi menjerit dengan kerasnya karena rasa takut dan malu kepada Allah, dan mati seketika. Si ahli ibadah kemudian bingung dengan keadaan ini. Akhirnya dia menutupi perempuan tadi dengan pakaiannya dan menshalatkannya.
Saat itu, Iblis yang tahu akan keadaan itu segera berteriak di keramaian kota, “Sungguh si Fulan yang taat beribadah telah berbuat zina dengan si Fulanah, kemudian ia membunuhnya di tempatnya ibadah.“
Pemimpin atau ‘amir di sana yang mendengar kabar tadi, lalu bergegas menemui si ahli ibadah untuk menanyakan berita itu. Dia kemudian menjawabnya dengan jujur.
“Ya Fulan, dimana si Fulanah?”
“Dia di dalam,“ jawab si ahli ibadah.
“Katakan kepada si Fulanah supaya ia menemuiku sekarang juga!“
“Dia sudah meninggal.”
Mendengarnya, sang ‘amir kemudian marah, karena ia menduga bahwa apa yang telah ia dengar tadi benar. Lalu dia berkata, “Wahai ahli ibadah! Kamu ini bertahun-tahun tekun beribadah kepada Allah, kenapa kamu tidak takut terhadap siksa Neraka? Mengapa ibadahmu tadi kamu jual
dengan membunuh hamba-Nya? Tidakkah kamu merasa takut dengan apa yang telah kamu lakukan ini?”
Si ahli ibadah merasa terkejut dan tidak tahu harus menjawab bagaimana. Lalu sang ‘amir memerintahkan pasukannya untuk merobohkan tempat ibadahnya, memborgol tangannya dengan rantai, dan meyeretnya ke tempat penyiksaan. Sedangkan jenazah perempuan tadi dibawa oleh tentara sang ‘amir dengan ditaruh di atas papan kayu.
Sang ‘amir segera memerintahkan supaya si ahli ibadah dihukum sesuai hukum orang yang melakukan perzinahan dan pembunuhan di negara itu, yaitu digergaji kepalanya.
Ketika gergaji telah diletakkan di kepala si ahli ibadah, ia berdo‘a, “Wahai Dzat yang mengetahui segala rahasia!”
Kemudian, ia mendengar seruan, “Berhentilah, sebab penduduk langit menangis melihatmu. Apabila kau mengeluh lagi, maka langit akan guncang.”
Setelah itu, Allah mengembalikan ruh perempuan tadi pada jasadnya. Perempuan tadi lalu berteriak, “Demi Allah, dia itu adalah orang yang terdzolimi, ia tidak berzina denganku.”
Perempuan tadi lalu menceritakan apa yang dilakukan si ahli ibadah dengan tangannya. Setelah menceritakan kejadian tersebut, si perempuan lalu meninggal untuk kedua kalinya.
Mendengar cerita tersebut, si ‘amir dan masyarakat ingin membuktikan cerita itu dengan melihat tangan si ahli ibadah. Ternyata yang dilihat oleh mereka sesuai dengan yang telah diceritakan oleh si perempuan tadi. Sang ‘amir lalu merasa menyesal atas perbuatannya kepada si ahli ibadah. Beliau lalu berkata, “Ini adalah tipu daya yang sangat besar.”
Si ahli ibadah yang merasa rahasianya (ketaatannya) sudah diketahui masyarakat umum, kemudian berdo‘a, “Ya Allah, sekarang rahasiaku dengan-Mu sudah terbuka di hadapan manusia, maka tolong ambillah nyawaku untuk bertemu dengan-Mu.” Dia kemudian meninggal dunia saat itu juga. Masyarakat lalu memakamkannya bersebelahan dengan si perempuan tadi.
Alhasil, kita sebagai seorang muslim, tidak boleh merasa aman dari fitnah, sebanyak apa pun ibadah dan ketaatan kita. Karena semakin tinggi derajat seseorang di sisi Allah, semakin besar pula cobaan yang akan dihadapinya. Semoga Allah senantiasa menjaga iman dan islam kita, semoga kita semua senantiasa diberikan keistiqomahan dalam kebaikan dan ketaatan, hingga akhirnya, diberikan akhir yang husnul khotimah, aamiin.
Wallahu a‘lam, semoga barokah dan manfaat bagi kita semua, aamiin.
Oleh: Ustadz Khoirul Anam
Baca juga: Doa Rahasia Ibnu Umar Didengar Orang Buta
Baca juga: Abu Dhamdham, Petani yang Dijanjikan Surga oleh Nabi