Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz atau yang akrab disapa Gus Kikin mendorong para santri untuk memperluas wawasan dan belajar hingga ke luar negeri. Ia menegaskan pentingnya santri menempati posisi strategis dalam rangka meningkatkan kualitas diri.
“Seperi yang masyhur disebutkan dalam hadis, carillah ilmu hingga ke negeri China, yang mana hal ini menjadi inspirasi besar bagi kita. Santri harus terus belajar dan berkembang,” ujar Gus Kikin dalam acara Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-102 Nahdlatul Ulama (NU) yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, Jumat (24/01/25).
Menurutnya, santri tidak boleh merasa cukup belajar di pondok, tetapi perlu meraih wawasan yang lebih luas.
Pengasuh Pesantren Tebuireng ini juga menekankan pentingnya keseimbangan antara penguasaan ilmu agama dari kitab kuning dengan pengetahuan umum. Hal ini sangat relevan di era digital yang terus berkembang pesat. Santri diharapkan mampu memanfaatkan teknologi untuk terus mengembangkan diri dan menjawab berbagai tantangan zaman.
Penguasaan ilmu yang dimiliki dari semangat belajar yang tinggi nantinya bukan hanya bisa bermanfaat terhadap para santri secara pribadi namun juga bisa diaplikasikan dalam membantu dan berkhidmah pada masyarakat yang lebih luas.
“Kita perlu menjalin kerja sama dengan lembaga pendidikan di luar negeri untuk membuka peluang belajar bagi santri. Ini tidak hanya meningkatkan kualitas SDM pesantren, tetapi juga memberi manfaat besar bagi masyarakat,” jelasnya.
Semangat talabul ilmi harus diwujudkan dalam tindakan nyata, salah satunya melalui pembelajaran lintas budaya. Santri yang menimba ilmu di luar negeri diharapkan mampu membawa perubahan positif, baik dalam aspek keilmuan agama maupun penguasaan teknologi modern.
Melalui dorongan ini, Gus Kikin berharap para santri bisa menjadi generasi yang unggul, mampu bersaing secara global, dan memberikan kontribusi nyata bagi bangsa. Pesan ini menjadi pemacu semangat untuk menjadikan pesantren sebagai pusat pembelajaran yang adaptif dan relevan di berbagai era.
Baca juga: Gus Kikin: Dua Tipikal Karya Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari