Tingkatan orang berpuasa menurut Buya Arrazy Hasim adalah gambaran keadaan seseorang dalam melakukan puasa. Buya Arrazy Hasyim berpendapat demikian karena mengutip kitab ‘Ihya Ulumuddin jilid I, karya Imam Al-Ghazali.
Tiga tingkatan orang yang berpuasa tersebut, yaitu:
Pertama puasanya orang awam
Puasa tingkatan ini adalah puasanya orang umum atau puasa versi ahli fiqih, kata Buya Arrazy, yaitu puasa dengan menahan perut (lapar) dan syahwat.
“Imam Ghazali menjelaskan tingkatan puasa di Kitab Ihya. Pertama puasa orang awam. Artinya, puasa yang sesuai dengan apa yang disebutkan dalam kitab fiqih,” jelas Arrazy seperti dikutip dari akun youtube At-Tirfasy, Ahad (10/4/22)
Puasa level ini, yaitu puasa yang dilakukan oleh kebanyakan orang atau sudah menjadi kebiasaan umum. “Puasa orang awam atau umum ini, merupakan puasa tingkatan paling bawah,” imbuhnya.
Kedua, puasa orang khusus
Level puasa ini yaitu puasanya orang khusus, model puasanya selain menahan lapar, haus dan syahwat, juga mampu menahan pandangan, lisan, telinga dan lainnya.
Menurut Buya Arrazy, tingkatan ini adalah puasanya Muttaqin (orang-orang yang bertakwa) level 1.
“Kita bisa puasa ke level ini, sudah bisa disebut dengan istimewa,” tegas Buya Arrazy Hasyim.
Ketiga, puasa orang khusus di atas khusus atau istimewa.
Puasa level tiga ini, lanjut Buya Arrazy, yaitu mampu mempuasakan hati dari keinginan-keinginan yang rendah dan pemikiran-pemikiran duniawiyah (dunia).
“Puasa level tiga ini, juga mampu menahan semuanya dari selain Allah secara total. Jadi, mampu menahan hati dan pikiran dari selain Allah,” ungkapnya.
Baca Juga: Tantang Debat Buya Arrazy Hasyim
Ibadah puasa tentu berbeda dengan ibadah lainnya. Ia sangat bersifat rahasia. Tidak ada yang mengetahui kelangsungan puasa seseorang, kecuali pelakunya dan Allah SWT.
Meskipun ada orang yang terlihat makan sahur dan buka puasa bersama kita, itu bukan jaminan bahwa dia telah berpuasa seharian. Bisa saja di waktu siang dia makan tanpa sepengetahuan orang.
Karenanya, puasa dikatakan amanah. Sebuah amanah haruslah dilangsungkan dan dikerjakan. Terlebih lagi yang memberi amanah itu Allah SWT. Pemberian amanah puasa ini tentu bukan tanpa maksud.
Ada banyak hikmah dan rahasia di dalamnya. Tidak semua orang mengerti tujuan dari ibadah puasa. Makanya, tak heran bila ada yang puasa, tetapi dia tidak mengerti dan menerima dampak positif dari ibadah yang dilakukan
Puasa level tiga ini, tambah Arrazi, masuk dalam kategori Puasa Gaflah atau puasa hati dari lalai mengingat Allah.
“Bagi mereka, puasa akan batal secara hati, bukan fiqih, jika telah memikirkan selain Allah, kecuali memikirkan dunia yang berkaitan dengan hajat-hajat agama,” tandas Buya Arrazy Hasyim