tebuireng.co- Terdapat tiga perkara yang diberikan Allah kepada Nabi Muhammad dalam peristiwa agung isra’ mi’raj. Peristiwa isra’ mi’raj merupakan malam mulia yang dijadikan Allah sebagai waktu untuk menghibur Nabi setelah peristiwa amul hazn (tahun kesedihan). Allah menghibur Nabi dengan sebuah ekspedisi (perjalanan) dari masjidil haram (mekah) lalu ke masjid al-Aqsa dan akhirnya naik ke langit untuk menuju kepadaNya.
Dalam Al-Quran disebutkan:
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat (Q.S Al Isra : 1)
Mengapa dalam perjalanan tersebut Allah menjadikan masjidil Aqsa sebagai salah satu tempat transit sebelum naik ke langit?
Mengutip dalam kitab Al-Aayatul Kubro fi Syarhi Qisshotil karya Imam Suyuthi, Habib Ahmad Bafagih menjelaskan bahwa menurut sebagian ulama hal tersebut dimaksudkan sebagai bukti akan kebenaran peristiwa isra’ mi’raj dan menjadi bahan perlawanan kepada orang kafir Quraisy yang tidak mempercayai Nabi telah berjalan ke Masjid Al-Aqsha.
Karena mereka (para kafir Quraisy) meyakini bahwa Nabi tidak pernah ke Masjid Al-Aqsha, sedangkan mereka pernah kesana sehingga mereka meminta Nabi menyifati bangunan Masjid Al-Aqsha sebagai bukti bahwa Nabi telah sampai disana dan Nabi pun bisa menjelaskannya dengan bantuan dari Allah.
Dalam peristiwa tersebut Habib Ahmad Bafagih menjelaskan bahwa lAllah memberikan tiga hal kepada Nabi. Hal ini sebagaimana dikutip dalam kitab Syarh Sholih Muslim Imam Abu Zakaria An-Nawawi
أعطي رسول اللہ ﷺ ليلة المعراج ثلاثا : أعطي الصلوات الخمس وأعطي خواتيم سورة البقرة وغفر لمن لم يشرك بالله من أمته شيئا المقحمات.
Nabi diberi tiga hal pada malam mi’raj yakni perintah sholat lima waktu, dua ayat terakhir surat Al-Baqarah dan ampunan bagi umat Nabi Muhammad atas dosanya selama ia tidak menyekutukan Allah.
Perintah sholat lima kali sehari disebut dalam Al Qur’an
اَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ وَقُرْاٰنَ الْفَجْرِۗ اِنَّ قُرْاٰنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُوْدًا
Laksanakanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula salat) Subuh. Sungguh, salat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). ( QS. Al Isra’ : 78)
Mengenai dua ayat terakhir surah Al Baqarah merupakan ayat istimewa sebagaimana riwayat yang menyebutkan bahwa suatu saat malaikat jibril duduk di sisi Nabi, kemudian malaikat Jibril mendengar suara dari atas lalu ia mengangkat kepalanya. Malaikat Jibril lalu berkata: “Ini adalah suara pintu langit yang dibuka hari ini,yang tidak pernah dibuka sama sekali sebelumnya.“ Lalu ada satu Malaikat turun ke bumi, berkata:”Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan padamu, yang tidak pernah diberikan pada Nabi sebelum kamu, yaitu surat Al Fatihah dan penutup (bagian akhir) surat Al-Baqarah. Kamu tidak membaca satu huruf dari keduanya, kecuali engkau akan diberi (atas doa yang terkandung di dalamnya.”
Sedangkan ampunan Allah kepada umat Nabi yang berdosa selama tidak menyekutukannya merupakan sebuah dispensasi yang merujuk pada rahmatnya kepada umat kekasihnya. Hal tersebut sebagaimana yang disebut dalam Al Qur’an
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَمَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا بَعِيْدًا
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali ( Q.S An Nisa : 116)
Wallahua’lam bisshowab.