Prof Dr Quraish Shihab menjelaskan tiga macam konsep keteladanan yang penting untuk dipahami. Tiga konsep keteladanan tersebut sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an yakni uswah, qudwah, dan ittiba’.
Pertama, uswah sebagai istilah yang digunakan untuk meneladani sosok seseorang. Dalam Al-Qur’an, istilah ini dipakai dengan disandingkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai sosok yang sangat patut dan dianjurkan untuk diteladani dari semua hal. Baik dalam kesehariannya dan hal lainnya. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS.Al-Ahzab:21)
Prof Quraish menjelaskan bahwa Nabi Muhammad dan Al-Qur’an merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, menurutnya, salah satu cara memahami Al-Qur’an adalah dengan meneladani Rasulullah. Sebab, Rasulullah adalah penjelmaan dari Al-Qur’an. Seperti yang disebutkan dalam hadis:
حَدَّثَنَا هَاشِمُ بْنُ الْقَاسِمِ قَالَ حَدَّثَنَا مُبَارَكٌ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ سَعْدِ بْنِ هِشَامِ بْنِ عَامِرٍ قَالَ أَتَيْتُ عَائِشَةَ فَقُلْتُ يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ أَخْبِرِينِي بِخُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَا تَقْرَأُ الْقُرْآنَ قَوْلَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ { وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ }
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Hasyim bin Al-Qasim, dia berkata, telah menceritakan kepada kami Mubarak, dari Al-Hasan, dari Sa’ad bin Hisyam bin Amir, dia berkata, saya mendatangi Aisyah seraya berkata, ‘Wahai Ummul Mukminin! Kabarkanlah kepadaku mengenai akhlak Rasulullah ﷺ!’ (Aisyah) Berkata, ‘Akhlak beliau adalah Al-Qur’an, bukankah engkau telah membaca Al-Qur’an pada firman Allah ‘Azza wa Jalla: Wa innaka la’ala khuluqin ‘adzim (Sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki akhlak yang agung).'” ( HR. Ahmad)
“Kalau ingin memahami Al-Qur’an, maka teladanilah Rasulullah. Sebab, ini adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan,” jelasnya dalam acara Ngaji Bareng bersama Prof Quraish Shihab dan Gus Baha bertema Memahami Al-Qur’an dengan Meneladan Rasulullah yang diselenggarakan oleh Universitas Islam Indonesia, pada Kamis, (5/12/2024).
Konsep keteladanan yang kedua yakni qudwah. Dalam Al- Qur’an, istilah ini digunakan untuk meneladani sebuah kandungan petunjuk. Seperti yang disebutkan dalam penggalan ayat berikut:
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ فَبِهُدٰىهُمُ اقْتَدِهْۗ
Artinya: Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Maka, ikutilah petunjuk mereka. (Q.S Al-An’am : 90)
Menurut Prof Quraish, ayat ini merupakan pesan yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad untuk meneladani apa yang telah dilakukan oleh para nabi sebelumnya sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan.
Hal itu terbukti antara lain, ketika salah seorang pengikut Nabi Muhammad mengecam kebijaksanaannya saat membagi harta rampasan perang.
Nabi Muhammad kemudian menahan amarahnya dan menyabarkan diri dengan berkata, “Semoga Allah merahmati Musa as, ia telah diganggu melebihi gangguan yang kualami ini, dan ia bersabar (maka aku lebih wajar bersabar daripada Musa).”
Konsep yang ketiga adalah ittiba’ yang berarti mengikuti setelah benar-benar memahami. Seperti yang dijelaskan dalam surah Al-A’raf ayat 158:
فَـَٔامِنُوا۟ بِهِۦ وَٱتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ
“Maka berimanlah kamu kepadanya (Muhammad) dan ikutilah dia, agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S Al-A’raf: 158)
Prof Quraish menjelaskan bahwa konsep keteladanan ini ditujukan untuk meneladani Nabi Muhammad bahwa dalam meneladaninya dibutuhkan pemahaman terlebih dahulu agar tidak terjebak pada hal-hal yang menjadi kekhususan terhadap Nabi dan tidak boleh ditiru.
“Dalam beberapa hal, kita harus benar-benar memahami terhadap nabi Muhammad, setelah itu baru bisa mengikuti. Jangan sampai ada sesuatu hanya dikhususkan untuk Nabi, kemudian kita ikuti, ” pesan Prof Quraish Shihab.
Penulis: Thowiroh
Editor: Ikhsan Nur Ramadhan
Baca juga: Prof Quraish Shihab: Hijrah adalah Membangun Peradaban