tebuireng.co– Berikut ini kami sajikan teks pidato Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari sebagai Ketua Besar MASYUMI dalam pertemuan bersama para ulama seluruh Jawa Timur di Surabaya, pada 25-4-2604.
Bismillahir rohmanirrahim!
Sekalian puji bagi Allah, Tuhan sekalian alam. Dan kepadanya kami mohon tolong untuk menyelesaikan semua urusan dunia dan agama. Salam dan rahmatnya tetap tercurah limpahkan kepada utusan yang mulia, Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabatnya. Tidak ada daya dan kekuatan, kecuali dari Allah yang maha luhur dan mulia.
Lain dari itu, lebih dulu saya menyatakan kegembiraan dan kesyukuran atas kehadiran tuan-tuan sekalian di sini. Saya berdoa kepada Allah Swt. mudah-mudahan kedatangan tuan-tuan sekalian disini menjadi kebaikan didunia dan akhirat. Sebelum saya memberi keterangan, lebih dahulu saya meminta pada tuan-tuan sekalian, sudilah hendaknya memperhatikan keterangan-keterangan saya nanti.
Saya mengakui bahwa saya adalah manusia yang bersifat lemah dan berkekurangan. Maka jika keterangan saya nanti ada yang tidak benar, saya meminta tuan-tuan untuk mengingatkan. Yang akan saya terangkan ialah salah satunya nikmat Allah Swt. Saya ingat firman Allah diakhir surat ad-Dhuha, yang artinya: “terhadap nikmat Tuhamu maka hendaklah kamu siarkan”.
Pada tanggal 18 maret yang lalu (23 Rabiul awal) saya dipanggil menghadap yang mulia PT Gunsiekan, disitu beliau menerangkan tentang pemerintah Balatentera menghargai Agama Islam dan umat Islam. Keterangan yang memuatkan sikap pemerintah menghargai agama Islam ini saya anggap suatu nikmat Allah yang sangat besar sekali. Karena itu saya meminta tuan-tuan datang kemari untuk saya tunjukkan nikmat besar itu. Ialah mengingat nikmat Allah yang disebut di awal, yang memerintahkan supaya nikmat Allah itu disebut-sebut dan ditunjuk-tunjukkan.
Saya percaya, bahwa tuan-tuan sekalian juga turut gembira dan berbesar hati mendengarkan kabar yang saya terangkan demikian itu. Nikmat besar itu diberikan kepada Allah Swt pada kita, sudah tentu kita harus bersyukur dan menunjukkan kegembiraan kita pada Allah, yang telah memberikan nikmat demikian itu.
Jika kita tidak bersyukur dan menunjukkan kegembiraan, Allah berkuasa mencabut nikmat yang telah diberikannya. Sebagaimana yang telah difirmankan dalam surat Ibrahim ayat 7: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azabKu sangat pedih”.
Dari itu kita harus membuktikan rasa syukur kita kepada Allah Swt. atas nikmat yang telah diberikannya. Bagaimana caranya kita membuktikan rasa syukur itu? Ialah dengan menunjukkan kegembiraan kita pada Pemerintah Balatentara atas sikapnya menghargai agama Islam dan menjalankan kewajiban kita menurut perintah agama Islam.
Di zaman Belanda dahulu, para ulama didaya-upayakan dengan halus, supaya tersepi, terpencil, dan tidak berkumpul dengan rakyat. Tetapi sekarang di zaman pemerintah Balatentara, para ulama digiring ke tengah-tengah masyarakat, dipertemukan dengan rakyat, diberi kesempatan yang sangat bagus untuk memajukan agama Islam. Maka kita harus turut memikirkan kepentingan umat kita seluruh Jawa. Tidak sekedar memikirkan kampung kita masing-masing, apalagi sekedar memikirkan badan kita sendiri-sendiri, sebaiknya jangan begitu.
Para ulama yang mulia.
Kita sekarang berada dalam masa peperangan. Sudah pembawaan peperangan ialah menimbulkan kesusahan dan kekurangan. Baik tentang pakaian, maupun tentang makanan. Itu sudah pembawaan peperangan. Apalagi bagi suatu negeri yang semua keperluannya bergantung pada negeri lain, seperti negeri kita, pulau Jawa ini. Negeri kita di zaman Belanda bergantung pada negeri lain. Umpamanya dalam hal pakaian, di tanah air kita tidak ada pabriknya. Jikalau pun ada, tentu tidak dapat mencukupi seluruh keperluan pabriknya seperti benang atau “lawe” yang mana kesemuanya terpaksa didatangkan dari negeri lain.
Kemudian peperangan penjajah hingga sekarang ini, semua perhubungan kita, pulau Jawa dan negeri lain terputus. Sudah tentu dalam hal keperluan hidup tiap-tiap hari jadi sangat kekurangan, dikarenakan tidak dapat kiriman dari negeri lain. Adapun penyebabnya dikarenakan alat transportasi pengangkut barang-barang dari negeri lain, yakni kapal pengangkut dipakai untuk keperluan peperangan.
Demikian ketentuan menurut akal pikiran yang perlu dipikir ulang, memang ini tempat percobaan. Allah Swt. telah berfirman dalam surat al-Baqarah:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (QS: al-Baqarah 155-156)
Jadi kita semua menghadapi semua kesusahan dan kekurangan yang ditimbulkan oleh peperangan, tidak ada jalan lain kecuali bersabar dan memohon kepada Allah, mudah-mudahan semua ini akhirnya menjadikan perjalanan kita baik. Dan lagi tidak ada gunanya kita menghadapi semua kekurangan dan kesusahan ini dengan terlalu bersedih hati, hati kurang terima apalagi sampai jengkel yang mana hal itu menyebabkan akal kita menjadi buntu. Kemudian menyebabkan kita putus asa. Padahal Allah telah berfirman dalam surat Yusuf :
يٰبَنِيَّ اذْهَبُوْا فَتَحَسَّسُوْا مِنْ يُّوْسُفَ وَاَخِيْهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ
“…… Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”.(QS: Yusuf-87)
Dari hal itu, tidak ada jalan lain kecuali kita bersabar dan pasrah, sembari berdoa pada Allah, mudah-mudahan semua ini menjadi baik di hari kemudian.
Di muka sudah saya sebutkan bahwa menurut pandangan akal, hal yang menyebabkan timbulnya kesusahan dan kekurangan ialah terputusnya alat perhubungan antara negeri kita, pulau Jawa dan negeri-negeri yang lain. Tetapi jika dipikir menurut hakikatnya, semua kesusahan dan kekurangan ini adalah disebabkan banyaknya dosa-dosa kita umat Islam pada Allah; karena banyaknya perbuatan-perbuatan kita umat Islam yang melanggar larangan Allah, yang mengabaikan perintah-perintah Allah.
Jadi sekalian kesusahan dan kekurangan ini semua adalah peringatan dari Allah pada kita umat Islam, agar kembali ingat kepada Allah, menjalankan perintah-perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya. Kalau kita umat Islam ingat pada Allah, menjalani semua kewajiban agama kita, menjauhi segala larangannya, tentu Allah SWT. akan memberi kemakmuran. Allah telah berfirman dalam surat al-A’raaf:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS: al-A’raaf 96)
Maka marilah kita bersabar dan memanjatkan permohonan pada Allah, mudah-mudahan kita diberi kebaikan. Para saudara ulama-ulama yang mulia. Tuan-tuan sekalian tentu mengetahui, bahwa zaman ini adalah zaman pembangunan artinya masa membangunkan dan memperbaiki. Yang diperbaiki dan didirikan adalah masyarakat kita. Masyarakat kita dan lapangan hidup kita perlu diperbaiki dan didirikan. Maka di mana pun Pemerintah dan Balatentara berikhtiar mengadakan perubahan-perubahan.
Diadakan Seinendan, Keiodan, TentaraPembela Tanah Air, Djawa Hookoo Kai dan lain-lainnya. Daya upaya semuanya tersebut ditujukan dengan maksud ingin menguatkan negeri, supaya kemenangan peperangan akhir lekas tercapai. Semua golongan dalam masyarakat kita sudah sama bekerja, mengerahkan daya-upaya yang bermacam-macam sebagaimana yang telah saya sebutkan tadi. Baik golongan pengawal negeri, golongan dokter, dan lain-lainnya. Mereka semua sudah bekerja. Kita golongan kiai dan kaum ulama, juga harus turut bekerja membantu pemerintah Balatentara di dalam daya upaya yang bagus-bagus dan di dalam ikhtiar menguatkan negeri kita.
Pemerintah Balatentara telah menunjukkan sikap menghargai Agama Islam. Dan pemerintah juga telah memberikan kesempatan yang luas pada kita kaum kiai dan ulama untuk bekerja. Maka sekarang tergantung kepada kita saja. Adakah kita cakap dan dapat bekerja ataukah tidak. Kemajauan atau kemunduran Agama Islam di zaman yang akan datang, hidup atau matinya Islam dimasa yang akan datang tergantung ikhtiar dan pekerjaan kita saat ini.
Meskipun pemerintah Balatentara telah memberi kesempatan, tetapi jika tidak cakap, sudah tentu keislaman dimasa yang akan datang akan mundur. Kalau kejadian demikian yang bersalah tidak lain dari pada kita saja. Marilah kita membuang sifat hanya memikirkan diri sendiri.
Marilah kita sama-sama memikirkan kepentingan masyarakat kita. Pemerintah sedang menjalankan daya upaya yang bermacam-macam. Marilah usaha-usaha yang bagus kita bantu dengan sekuat-kuat tenaga. Marilah kita bekerja memajukan agama Islam yang telah dihargai oleh pemerintah itu. Janganlah kita mau yang enak-enak saja. Seperti yang difirman Allah:
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ بِالْحَقِّۗ اِنْ يَّشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيْدٍۙ
“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti (mu) dengan makhluk yang baru.” (QS: Ibrahim: 19).
Naudzubillah, semoga kita terhindar dari hal yang demikian. Amin..!
*Teks Pidato tersebut pernah dimuat di Majalah Tebuireng edisi 39 dalam Rubrik Tausiyah dengan judul “Menginsafkan Para Ulama“.