tebuireng.co – Tawasul yang disepakati salafi yaitu tawasul dengan nama-nama Allah, tawasul dengan amal ibadah dan tawasul dengan orang yang masih hidup.
Kesimpulan ini didapatkan setelah membaca kitab-kitab yang dijadikan pedoman kelompok salafi berkaitan dengan tawasul, baik karya Syaikh Ibnu Taimiyah, Syaikh Al-Bani dan sebagainya. Sebenarnya semua sepakat bahwa tawasul adalah doa yang diajarkan dalam Islam, dalil Qur’an dan sunah tidak terhitung.
Hanya soal tawasul dengan para nabi atau ulama yang telah wafat, di sinilah letak perbedaan antara mayoritas ulama yang membolehkan dan sebagian kelompok kecil yang melarang.
Mereka melarang tawasul dengan redaksi إلى حضرة atau بجاه atau بحق الشيخ dan sebagainya. Ini soal redaksi saja. Artinya jika redaksi menggunakan kalimat yang diajarkan oleh Nabi tentu boleh-boleh saja. Sebab Nabi Muhammad sendiri yang berdoa dalam salawat Ibrahimiyah:
وبارك على محمد كما باركت على إبراهيم
Ya Allah berilah keberkahan kepada Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi keberkahan kepada Ibrahim.
Penjelasan ini disampaikan oleh Syaikh Ibnu Utsaimin, salah satu panutan ulama salafi dan banyak asatidz salafi Indonesia yang berguru kepadanya:
الثالث: التوسل إلى الله بأفعاله، دليله ومثاله أيضاً: قولنا في الصلاة على النبي صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم: (اللهم صل على محمدٍ وعلى آل محمد) هذا دعاء ، التوسل: (كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم)
Ketiga, adalah tawasul kepada Allah dengan perbuatan Allah. Dalil dan contohnya adalah apa yang kita ucapkan dalam salawat kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam “Ya Allah haturkan salawat kepada Nabi Muhammad dan keluarganya”, ini adalah doa. Tawasulnya: “Sebagaimana Engkau telah memberi salawat kepada Ibrahim dan keluarganya (Durus Wa Fatawa Al-Haram Al-Madani, 1/39)
Berdasarkan jenis tawasul ini tentu boleh berdoa semisal:
اللهم اجعل أولادنا من أهل العلم والعبادة كما جعلت أولاد الشيخ… من أهل العلم والعبادة
“Ya Allah jadikan anak-anak kami sebagai ahli ilmu dan ibadah sebagaimana Engkau jadikan putra-putra Syaikh … sebagai ahli ilmu dan ibadah.”
Redaksi doa tawasul ini tidak mengandung kesyirikan dalam tinjauan salafi, karena berdoa kepada Allah dengan perantara perbuatan Allah yang telah mengabulkan doa para ulama. Bukan bertawasul dengan para ulama yang telah wafat.
Bagaimana tanggapan pembaca terkait tulisan tawasul yang disepakati salafi ini?
Oleh: KH Ma’ruf Khozin
syukron ilmu nya kiyai