tebuireng.co– Kabar berkuasanya Taliban terhadap negara Afghanistan menarik perhatian seluruh penduduk dunia. Angkat kakinya militer Amerika Serikat (AS) dari negara tersebut membuat Taliban dengan mudah mengambil alih kekuasaan dari pemerintah resmi Afghanistan. Maka berkuasalah Taliban yang diiringi dengan hengkangnya rakyat sipil dari Afghanistan.
Menanggapi hal tersebut, PMII Rayon Yusuf Hasyim Tebuireng menyelenggarakan diskusi dengan tema “Kok Bisa Sih, Taliban Berkuasa Lagi?”. Dalam hal ini, M.Irkham Thamrin menjadi pemantik diskusi di mana ia juga merupakan salah satu alumni PMII Rayon Yusuf Hayim yang saat ini sedang menjabat ketua Bidang Agama dan Hubungan Antar Agama PB. PMII.
Pemaparannya, ia awali dengan kajian History Taliban. Bersandar pada beberapa sumber yang ia temui, ia mengatakan bahwa pada awalnya Taliban merupakan organisasi pelajar agama Islam. sesuai dengan Namanya yang memang merupakan turunan dari kata Thalib (pelajar) dalam bahasa Arab.
Taliban bukanlah kelompok teroris internasional, akan tetapi ia merupakan kelompok masyarakat sipil yang ingin memerdekakan negaranya. Sebab, mereka menilai bahwa Afghanistan dikuasai oleh negara adidaya, Amerika.
Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh cendikiawan Islam Indonesia, Ulil Abshar. Menurut pernyataannya, Taliban tidak bisa disamakan dengan jaringan teroris Internasional. Dalam hal ini, salah satunya ialah ISIS dan Al-Qaedah. Mereka hanyalah kelompok masyarakat sipil yang menginginkan kemerdekaan negaranya. Konsep yang diusung pun bukanlah negara khilafah, melainkan negara bangsa yang tidak hanya mengakui satu agama sebagai agama resmi negaranya.
Bila Taliban hanyalah kelompok pelajar bisa, bagaimana bisa kemudian ia mempunyai kekuatan besar dan persenjataan yang lumayan itu dan bisa melawan militer Amerika?
Dalam setiap hal yang dilakukan oleh siapapun pasti akan ada pihak yang menentang dan pula ada yang mendukung. Tak terkecuali dengan apa yang terjadi kepada Taliban ini. tentu saja dukungan dengan ragam bentuk akan datang dar mereka yang pro kepada Taliban. Satu contoh, Indonesia. Bahwa ada salah satu anggota TNI pada tahun 1980-an yang mengirimkan senjata kepada para Mujahidin di Afghanistan.
Perang yang terjadi saat itu ialah untuk melawan infasi pasukan Uni Sovyet. Mengutip dari tirto.id bahwa Pengiriman senjata dari Indonesia dilakukan oleh Benny Moedarno. Awalnya dikirim ke Pakistan yang kemudian dikirimkan lagi ke Afghanistan. Adapun senjata yang dikirimkan adalah AK-47.
Tentu akan masih ada banyak lagi pihak yang turut membantu operasi Taliban di negaranya tersebut. Utamanya, mereka yang tidak punya hubungan baik dengan Uni Sovyet.
Berkuasanya Taliban terhadap Afghanistan merupakan kebahagiaan bagi sebagian golongan dan juga duka bagi sebagian golongan lainnya. Rekam jejak yang tidak baik atas pernah berkuasanya Taliban dulu masih menjadi momok menakutkan bagi warga sipil Afghanistan dan sebagian besar aktivis kemanusiaan, utamanya aktivis feminisme.
Taliban dikenal kejam dan mengesampingkan hak perempuan. Pergerakan perempuan pada saat ia berkuasa sangat dibatasi. Bahkan pendidikan bagi perempuan pun adalah hal langkah dan sukar ditemui. Perempuan tak ubahnya budak di sana. Dengan hal tersebut, ketakutan masyarakat akan Taliban muncul tanpa bisa dibendung.
Merespon ketakutannya, seperti yang diberitakan banyak media, dominan warga sipil Afghanistan memilih pergi meninggalkan negaranya. Di sini kemudian Irkham tidak satu suara dengan apa yang banyak dikatakan oleh pihak media. Menurutnya, banyak media yang terlalu berlebihan menggambarkan situasi yang terjadi di Afghanistan. Ia mengatakan bahwa situasi di sana sebenarnya tidak setegang yang diberitakan banyak media.
Biarpum Taliban mempunyai rekam jejak yang buruk, dalam konferensi pers yang dilakukan saat setelah menguasai Afghanistan, ia mengaku bahwa setelah ini tidak akan ada lagi marginalisasi terhadap kaum perempuan. Hak-hak kemanusian bagi perempuan akan dipenuhi dan juga diperhatikan dengan selayaknya.
Mengenai perginya Hamid Karzai presiden Afghanistan, Irkham menilai sebagai upaya menghindar dari pembunuhan kepadanya yang mungkin dilakukan oleh pihak Taliban. Dalam hal ini, Irkham mengaca terhadap budaya kudeta Timur Tengah yang suka membunuh pemimpinnya.
Campur tangan Amerika sejak awal hingga saat ini yang kemudian memilih angkat kaki dari Afganistan juga tidak luput dari pembicaraan malam itu. Merupakan rahasia umum bahwa, siapapun yang terlalu dekat berhubungan dengan AS maka ia harus sedemikian rupa berlaku sesuai apa yang dikehendaki AS. Apabila kemudian hari sudah tidak sesuai dengan apa yang diharapkan AS, maka ia harus bersiap menerima sikap tidak elok dari AS.
Demikian juga dengan siapa yang renggang, atau bahkan memusuhi AS, maka ia harus bersiap sedia sebab AS sering menggunakan kekuatan militer dalam tiap urusannya. Apalagi urusan perseturuan internasional.
Perginya AS yang secara tiba-tiba berhasil mengejutkan warga internasional. Sebab tanpa adanya agresi militer yang berarti dari pihak Taliban, tiba-tiba saja AS menarik pasukannya kembali ke negaranya lagi. Irkham menilai bahwa hal ini ada kegiatannya dengan konflik yang terjadi di laut China Selatan. AS dinilai akan lebih memfokuskan dirinya terhadap konflik tersebut. Hal itu juga memungkinkan akan lahirnya perang dunia ke-3.
Diskusi online berakhir sekitar jam 22.30 WIB yang ditutup dengan pembacaan Hamdalah oleh Riki Supriyadi selaku moderator pada acara tersebut.
Oleh: Ahmad Fikri, mahasantri semester 3 Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng
Baca juga: Taliban, Amerika dan Peran Indonesia