tebuireng.co – Penulis novel dan penyiar Radio RRI Lampung Susan Susanti menjelaskan tahapan menulis novel agar best seller dan go publik lewat media sosial.
Menurutnya, tahapan menulis novel bisa menggunakan metode tiga babak dan metode 8 sequence. Tiga babak dalam cerita ini terdiri dari tahapan pengenalan atau beginning pada babak 1, kemudian dilanjutkan dengan pengembangan konflik pada babak 2 (middle), dan terakhir babak 3 (ending) biasanya berisi penyelesaian dari konflik yang terjadi di babak 3 sekaligus resolusi.
“Metode 8 sequence dimulai dari pengenalan karakter, kejadian pemicu, masalah pertama, kemenangan semu, masalah besar, kalah dan terburuk, bangkit, kemenangan sejati. Ini juga dipakai dalam film hollywood,” jelasnya saat acara literasi digital di Yayasan Subulussalam, OKU Timur, Kamis (28/7/2022).
Pasca itu, katanya, penulis pemula dan muda harus mempelajari literasi digital lalu memanfaatkannya secara masif. Ia mencontohkan film Dear Nathan yang diambil dari web penulisan. Ada juga KKN di Desa Penari dengan penonton 9 juta yang bisa viral karena memanfaatkan media sosial bernama twitter.
“Kesuksesan KKN di Desa Penari berasal dari cuitan di twitter oleh akun @simpleman hingga diangkat jadi novel dan film,” jelas Santi.
Susanti menjelaskan tahapan menulis novel selanjutnya memang harus paham secara detail langkah-langkah dalam memanfaatkan dunia digital agar bisa viral.
Cara pertama, memposting novel. Hal ini bisa dilakukan di facebook, instagram, tik tok atau bisa juga dibuatkan cerita novel di youTube. Ada juga aplikasi noice untuk berkarya dengan cara membaca halaman per halaman.
Baca Juga: Tan Malaka dalam Novel
Cara kedua, pakai judul cerita yang menarik dan ingin tahu lalu gunakan tagar di media sosial. Untuk metode penulisan bisa menggunakan skema tiga babak atau metode 8 sequence.
“Kesuksesan novel Hati Suhita karena promosi di facebook. Mungkin ini bisa jadi gambaran bahwa tagar di media sosial sangat penting,” tegasnya.
Langkah selanjutnya yaitu menentukan pangsa pasar, usia pembaca, cover menarik, isi sesuai premis, waktu posting yang gunakan waktu di sela-sela istirahat, tema yang nge-hits semisal cinta dan perselingkuhan.
Kemudian mulai menulis dari hal kecil, hal-hal yang disukai, hingga hal yang dikhayalkan. Sesuatu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Terpenting, masuk komunitas penulis, agar bisa lebih baik dan update ilmu menulis.
“Postinglah ceritamu di media sosial, harus percaya diri dan meskipun belum sempurna. Terpenting tidak berbau SARA, menghina seseorang. Jika tidak diposting maka tidak berkembang,” pintanya
Sementara itu, staf khusus Bupati OKU Timur Ma’mun Mukhid menjelaskan bahwa sosok santri harus bisa menciptakan sosial religius lewat tulisan. Untuk menciptakan itu, santri perlu memiliki kemampuan menguasai teknologi digital. Harus menjadi subyek dari perubahan
“Maka perlu ada santri yang bisa memanfaatkan digital untuk mendapatkan nilai lebih, bersifat pendapatan. Santri harus berpikir besar. Mampu membaca peluang. Harus paham konten yang menarik,” tandasnya.