Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari merupakan salah satu tokoh Islam terkemuka di Indonesia. Tafsir pemikiran kebangsaan dan keislaman KH M Hasyim Asy’ari dikaji banyak orang. Namanya akan terus harum dikalangan umat Islam Indonesia terutama warga Nahdliyin. KH Salahuddin Wahid cucu beliau bersama pemerintah Republik Indonesia merintis dan mendirikan Museum Islam Indonesia KH M Hasyim Asy’ari Tebuireng. merupakan salah satu museum penting bagi umat Islam Indonesia. Melalui museum tersebut para pengunjung dapat belajar mengenai sejarah Islam di Nusantara.
Kiprah dan perjuangan Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari luar bisa. Beliau rela berkoban apa saja, sekalipun nyawa yang menjadi taruhannya. Melalui fatwanya Resolusi Jihad mampu menggerakan semua kekuatan umat Islam khususnya untuk berjuang habis-habisan mempertahankan tanah air dari cengkraman penjajah. Bahkan, berkaitan urusan kebangsaan para tokoh besar seperti Soekarno dan Jenderal Soedirman tak jarang sowan kepada Hadratussyaikh di kediamnnya, Pesantren Tebuireng.
Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari juga menjadi simbol persatuan dan kesatuan antar umat Islam di Indonesia. Upayanya dalam menjaga Indonesia dan menjaga Islam supaya tegak bersama patut diteladani. Tidak berlebihan sewaktu nama beliau hilang dalam buku sejarah Indonesia. Aksi protes dari banyak pihak pun tak terbendung. Sudah sejak lama, kekuatan umat Islam Indonesia sangat besar dan kuat. Jika itu terkelola dengan baik akan berdampak besar bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebagaimana ditunjukan oleh umat Islam Indonesia sewaktu menghadapi para penjajah. Sebaliknya jika sesama kelompok Islam bercerai-berai maka akan membuat bangsa ini rapuh. Sudah selayaknya umat Islam yang terwadahi dalam sejumlah organisasi kegamaan mau bersatu membangun negara dan bangsa. Para pemeluk agama tidak boleh lagi mempertentangkan soal ideologi negara. Karena mencintai negara merupakan tanda keimanan.
Sekarang ini penting untuk memetik spirit kebangsaan dari Hadratusyaikh KH M Hasyim Asy’ari. Sebagai tokoh pemuka agama dari NU yang selalu menghendaki kemajuan bangsa dan umat Islam sepanjang hidupnya. Menurut pendiri Tebuireng ini, “Menyebarkan agama Islam berarti meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Jika manusia sudah mendapatkan kehidupan yang lebih baik, apalagi yang harus ditingkatkan dari mereka? Lagi pula, menjalankan jihad berarti menghadapi kesulitan dan mau berkorban, sebagaimana dilakukan Rasul kita dalam perjuangannya.”(halaman 5)
Baca Juga: Sejarah KH M Hasyim Asy’ari dalam Pendirian Indonesia
Persatuan umat Islam Indonesia secara bulat akan sangat dahsyat bila dijadikan alat untuk menciptakan kedamaian negeri. Negeri yang damai dan makmur dapat diwujudkan bila semua mau saling bekerjasama. Sebaliknya kondisi negeri ini akan mengalami gonjang-gonjing bila para pemuka agama berjalan sendiri dan tak mampu mengontrol para pengikutnya. Demi membela jagoan pilpres misalnya dipaksa untuk mati-matian menyerang lawan-lawan politikny yang dianggap berseberangan. Terlalu merugi bila energi umat Islam dihabiskan hanya dalam perebutan kepentingan pragmatis seperti memenangkan pemilihan presiden. Umat Islam merupakan penentu bagi siapapun yang ingin memenangkan pertarungan dalam setiap pemilihan kepala negara.
Sejumlah ormas Indonesia sekarang ini tampak tidak bersatu. Lebih-lebih menjelang pilpres. Para pengikut ormas seperti di NU dan Muhammadiyah yang jumlahnya jutaan selalu menjadi daya tarik bagi setiap calon pemimpin Indonesia untuk memenangkan pemilu dalam hajatan demokrasi lima tahunan. Maka penting bagi para petingginya ormas Islam untuk mampu menjaga marwah organisasinya masing-masing. Jangan sampai tergiur masuk ke wilayah politik praktis. Sudah selayaknya para petinggi di ormas Islam mampu menjaga umatnya dari segala bentuk perpecahan yang sengaja dimunculkan oleh para pemilik kepentingan.
Baca Juga: Biografi Lengkap Gus Baha
Amat disayangkan, gegara pemilihan umum, sesama ormas Islam berbenturan dan berhadap-hadapan. Kehidupan berbangsa dan beragama di Indonesia yang seringkali dinodai oleh para politisi kita. Dimana mereka acapkali mengunakan isu agama untuk menyerang lawan-lawan politiknya membuat kita semua miris melihatnya. Tak pelak, kini arena media sosial kita bertebaran berita yang intinya saling bully, merasa benar sendiri, dan menyebar narasi sesuai versinya masing-masing menjadi buahnya. Seharusnya agama dijadikan landasan untuk menjaga dan menjunjungtinggi moralitas publik.
Buku ini secara khusus menampilkan ketokohan Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari. Penulis yaitu Latiful Khuluk mencoba memotret jejak hidup dan pikirannya. Menurut akademisi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, berjuang menegakan agama dan negara sangat tampak berirama dalam diri Hadratusyaikh KH M Hasyim Asy’ari. Pendiri Tebuireng dan Nahdlatul Ulama (NU) ini merupakan tokoh besar yang pernah dimiliki bangsa Indonesia. Berkat tangan dinginnya, mampu menyatukan umat Islam Indonesia yang terpencar dalam banyak ormas keagamaan. Ide dan gagasannya mampu diterima oleh semua golongan. Dengan bersatunya semua kelompok ormas Islam Indonesia menjadikan bangsa ini kuat dan berhasil mengusir penjajah secara bersama-sama. Beliau juga dawuh. “Janganlah berpecah belah gegara urusan sepele. Jangan juga diteruskan budaya saling bertikai dan mencaci maki.” (halaman123).
Baca Juga: Cara Kiai Menjaga Umat
Kepedulian Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari pada persatuan umat dapat dilihat dari pidatonya pada Muktamar NU ke 11 di Banjarmasin, “Manusia harus bersatu agar tercipta kebaikan dan kesejahteraan, agar terhindar dari kehancuran dan bahaya. Jadi, kesamaan dan keserasian pendapat mengenai penyelesaian beberapa masalah adalah prasyarat terciptanya jkemakmuran. Ini juga menghasilkan kasih sayang. Adanya persatuan dan kesatuan telah menghasilkan kebajikan dan keberhasilan. ” (halaman 76).
Pada masa-awal Indonesia merdeka Hadratussyaikh juga sangat menekankan bahwa Islam tidak akan berjalan dengan baik manakala antar umat Islam terpecah belah. Menurut akademisi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, kesadaran politik Hadratussyaikh sudah terbentuk sejak kolonialisme muncul di Indonesia dan Timur Tengah. Beliau menjabat ketua Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI) pada akhir tahun 1930. Pada masa Jepang, ia didapuk menjadi ketua urusan agama dan Masyumi. (halaman 19).
Setelah perlawanan bersenjata kaum muslim terhadap Belanda pada paruh kedua abad ke-19, Hadratussyaikh dan kaum muslim yang lain memberikan perlawanan budaya dan pendidikan dengan jalan mendirikan pesantren-pesantren yang dijadikan sebagai basis latihan kepemimpinan dan pelestarian budaya untuk menyongsong kemerdekaan Indonesia serta sebagai alternatif terhadap pendidikan model barat. Meminjam istilahnya Buya Syafii Maarif, Hadratusyaikh dan KH Ahmad Dahlan merupakan pemandu umat Islam Indonesia pada abad modern.
Ide dan pemikiran Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari terkait keIndonesiaan dan keislaman masih relevan untuk dijalankan pada masa sekarang ini. Sebagai tokoh yang banyak diagungkan kaum santri penting untuk dijadikan teladan hidup berbangsa dan bernegara. Akhirnya, kehadiran buku ini menarik untuk dijadikan bacaan bagi para akademisi, agamawan, santri, mahasiswa, dan lainnya. Selamat membaca!
Penulis: Lathiful Khuluq, M.A., Ph. D.
Penerbit: Pustaka Tebuireng
Cetakan: I, Oktober 2018
Tebal: 200 Halaman
Ahmad Faozan, anggota Initiatives
keren