tebuireng.co- Ada seorang yang tidak baik hatinya ingin menfitnah Syekh Abdul Qodir Al-Jilani, lalu ia berupaya mencari jalan untuk menfitnahnya, maka ia membuat lubang di dinding rumah Syekh Abdul Qodir dan mengintipnya, kebetulan ketika ia mengintip Syekh Abdul Qadir, ia melihat sang Syekh sedang makan bersama muridnya.
Syekh Abdul Qodir Al-Jilani suka makan ayam, setiap kali beliau makan ayam dan makanan yang lain beliau akan makan separuh saja, lebihan atau sisa makanan yang beliau makan tersebut akan diberi kepada muridnya.
Maka orang tadi pergi kepada bapaknya murid Syekh Abdul Qodir Al-Jilani tadi dan bertanya: “Apakah bapak mempunyai anak yang namanya Fulan ?…”, Jawab si bapak: “Iya”, di tanya lagi: “Anak bapak apa benar belajar dengan Syekh Abdul Qodir ?…”, “Iya benar” kata si bapak, orang itu bilang lagi: “Apakah bapak tahu, kalau anak bapak diperlakukan oleh Syekh Abdul Qodir seperti seorang hamba sahaya dan kucing saja ?…Syekh Abdul Qodir mengasihkan lebihan sisa makannya pada anak bapak”.
Maka si bapak tidak puas hati dan langsung ke rumah Syekh Abdul QodirAl-Jilani seraya berkata: “Wahai tuan Syekh, saya mengantar anak saya kepada Tuan Syekh bukan untuk jadi pembantu atau dilakukan seperti kucing, saya mengantar anak saya kepada Tuan Syekh, supaya anak saya jadi Alim Ulamak”, Syekh Abdul Qodir Al-Jilani hanya jawab ringkas saja: “Kalau begitu ambillah anakmu wahai bapak”.
Maka si bapak tadi mengambil anaknya untuk di bawa pulang, ketika keluar dari rumah Syekh menuju jalan pulang, bapak tadi bertanya pada anaknya beberapa hal mengenai ilmu hukum syariat, ternyata kesemua pertanyaan yang ditanyakan kepada anaknya tadi dijawab dengan betul semua, maka si bapak tadi merasa heran dan ta’ajjub (nggumun) serta senang gembira kalau anaknya selama mencari ilmu di tempat Syekh Abdul Qodir Al-Jilani betul-betul mendapat ilmu, tidak seperti apa yang telah dikatakan orang yang ingin memfitnah Syekh Abdul Qodir Al-Jilani tadi.
Tak lama kemudian si bapak berubah fikiran untuk mengembalikan kembali anaknya kepada Tuan Syekh Abdul Qodir Al-Jilani, setalah sampai di rumahnya Syekh, si bapak berkata: “Wahai Tuan Syekh, terimalah kembali anak saya untuk belajar Ilmu dengan Tuan, didiklah anak saya, maafkan perbuatan saya tadi Wahai Syekh, ternyata anak saya bukan seorang pembantu dan juga tidak engkau perlakukan seperti halnya kucing sebagaimana yang aku kira, saya melihat ilmu anak saya sangat luar biasa semenjak dia bersamamu Wahai Syekh”.
Lalu menjawablah Tuan Syekh Abdul QodirAl-Jilani: “Bukan aku tidak mau menerimanya kembali Wahai Bapak, tapi Allah Swt sudah menutup pintu hatinya untuk menerima Ilmu”.
Allah Swt sudah menutup futuh (terbuka)nya untuk mendapat ilmu, disebabkan seorang bapak yang tidak beradab kepada Guru, maka anak yang menjadi mangsa.
Begitulah Adab dalam menuntut ilmu, Anak, Ibu, ayah dan siapa pun perlu menjaga Adab kepada Guru, betapa pentingnya Adab dalam kehidupan keseharian kita.
Kisah di atas menceritakan seorang bapak yang tiada adab pada sang Guru dari anaknya, bagaimana kalau diri kita sendiri yang tiada Adab, mencaci maki mengolok-olok dan mengaibkan Gurunya sendiri.
Semoga Alloh Swt menjadikan kita sebagai orang yang beradab kepada makhluk-Nya terlebih lagi kepada Guru yang mengajarkan ilmu kepada kita… Aamiin.