tebuireng.co – Surat Al Humazah mengandung nasihat yang luar biasa. Arti kata humazah (همزة) dan Lumazah (لمزة) menarik dibahas lebih panjang karena menyimpan banyak rahasia penting.
وَیۡلࣱ لِّكُلِّ هُمَزَةࣲ لُّمَزَةٍ merupakan ayat pertama dari surat Al Humazah, ayat ini di awali dengan kata ويل yang bermakna lembah yang mengalirkan nanah, baik nanah yang tidak bercampur dengan darah atau nanah yang berupa cairan luka yang warnanya tidak terlalu pekat.
Nanah adalah cairan yang berwarna kuning yang biasanya berada pada sebuah luka yang terinfeksi dan memiliki bau busuk (tidak enak), dan ويل di sini diartikan sebagai salah satu nama neraka yang akan menjadi tempat untuk menyiksa orang orang di akhirat nanti.
Dalam tinjauan ilmu bahasa Arab, kata ويل ini berposisi sebagai mubtada’ yang beri’rab rafa’ dengan tanda rafa’ dhamah, yang menarik adalah kata ويل ini merupakan bentuk isim nakirah, tapi menduduki posisi sebagai mubtada’
Hukum awal mubtada’ muqaddam (yang di awal) harus berupa ma’rifat, kecuali dalam beberapa keadaan, salah satunya adalah keadaan seperti yang terdapat pada kata ويل .
Di sini, nakirah yang menjadi mubtada’ muqaddam (di awal) karena dianggap sebagai isim yang menyimpan makna fi’il atau dengan bahasa lain sebagai isim yang mengandung amil bermakna fi’il yaitu berupa mengancam atau ancaman Allah SWT.
Berikutnya adalah kata humazah (همزة) dan kata lumazah (لمزة), dua kata ini menarik karena keduanya hanya dibedakan dengan huruf depannya saja yaitu kata همزة diawali oleh kata ه dan kata لمزة diawali oleh kata ل,
Sedangkan huruf-huruf setelah humazah dan lumazah adalah sama yaitu mim, za, dan ta’ marbuthah, kemiripan beberapa huruf yang ada pada kedua kata itu.
Kemiripan pengucapananya ternyata menunjukkan bahwa makna kedua kata ini juga mirip yaitu sama-sama bermakna mencela, mencaci, atau mengumpat.
Meskipun kedua kata itu memiliki kemiripan tetapi juga memiliki perbedaan sebagaimana huruf pertamanya sehingga dalam maknanya pun juga dibedakan untuk yang diawali oleh huruf ha’ yaitu humazah( همزة) diartikan dengan mencela yang langsung dihadapan orang yang dicela.
Sedangkan untuk kata yang diawali oleh huruf lam yaitu لمزة diartikan dengan mencela yang di belakang orang yang dicela atau tidak langsung berhadap-hadapan, bisa juga bermakna menggunjing, ghibah, atau membicarakan keburukan orang lain tetapi tidak diketahui oleh orang tersebut.
Dilihat dari bentuknya kedua kata ini sama-sama diakhiri oleh ta’ marbuthah yang dalam tinjauan ilmu bahasa Arab bisa dimaknai menunjukkan shigat mubalaghah sehingga bisa diartikan adalah yang banyak mencela dan yang banyak mengumpat.
Namun perlu diingat, bukan banyak sedikitnya perbuatan mencela di sini yang diancam mendapatkan neraka wail , karena besarnya dosa tidak selalu bisa diukur dengan banyak sedikitnya kesalahan yang dilakukan oleh seseorang.
Bila dilihat dari susunannya kata antara humazah (همزة) dan kata لمزة tidak ada pemisahnya sehingga kata لمزة bisa dianggap dengan beberapa posisi, diantaranya adalah posisi pertama menjadi sifat untuk kata همزة, kedua berposisi sebagai badal dari kata همزة, dan posisi-posisi lainnya yang pada intinya adalah kedua lafadh ini memiliki makna yang mirip dan juga memiliki makna yang berbeda.
Lafadh كل همزة لمزة yang tidak berupa sighat fa’il (pelaku) tetapi dalam memaknainya diartikan sebagai orang yang mencela dan orang yang mengumpat atau bermakna orang yang melakukan perbuatan mencela dan mengumpat.
Lafadh كل yang memiliki arti semua, tapi jika setiap disandarkan kepada isim nakirah همزة maka berfungsi takhsis sehingga membatasi makna kullu yang hanya merujuk pada همزة, sehingga yang diancam dengan neraka wail adalah setiap orang yang melakukan perbuatan همزة dan لمزة.
Ada juga yang membedakan makna همزة selain bermakna mencela, juga bermakna menyakiti seperti memukul, sedangkan kata لمزة hanya dimaknai sebagai umpatan atau cacian yang berasal dari lisan seseorang.
Kendati banyaknya makna tentang kata humazah (همزة) dan لمزة , tidak berarti menjadikan kita semakin binggung untuk memilih yang mana paling cocok, tetapi kita lebih berhati-hati karena ternyata cakupan maknanya banyak dan siapa saja bisa berpotensi melakukannya.
Untuk itulah, mari kita berdo’a kepada Allah SWT. Semoga kita tidak termasuk golongan yang melakukan همزة dan لمزة, Aamiin.!
Allahu a’lam bisshowab
Fathur Rohman (Dosen Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng)