tebuireng.co– Surah Al-Fiil adalah surah ke 105 dalam al-Quran, Kiai Maimun Zubair atau Mbah Moen memberikan penjelasan menarik mengenai hal yang berkaitan dengan surah ini. Surah Al-Fiil adalah surah yang menceritakan tentang pasukan bergajah yang dikirim oleh raja Abrahah untuk menghancurkan Ka’bah. Tapi Dalam peristiwa tersebut Allah kirimkan burung yang untuk melemparkan batu batu dari neraka sebagai azab bagi mereka atas perbuatannya.
Namun hal tersebut terjadi pada zaman fatrah yaitu zaman ketika Nabi Muhammad belum diutus menjadi rasul yang mana ada zaman fatrah seharusnya tidak ada azab yang menimpa meskipun ada kaum yang melakukan kesalahan, penentangan dan lain lain. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Isra’ ayat : 15
وما كنا معذبين Øتى نبعث رسولا
Artinya: dan kami tidak mengazab suatu kaum sampai kami mengutus rasul
Sebagaimana kaum Mu’tafikah yang melakukan dosa kemudian Allah mengutus Nabi Luth kepada mereka sehingga ketika mereka mendustakan ajaran Nabi Luth barulah Allah mengazab mereka dengan cara menjatuhkan batu-batu besar dan menjungkir balikan kota tersebut sehingga tidak satupun dari kaum tersebut yang tersisa.
Begitu pula kaum Nabi Hud, Nabi Nuh dan nabi lainnya. Azab Allah terjadi ketika mereka mendustakan ajaran dan peringatan yang dibawa rasul. Sehingga menurut Kiai Maimun Zubair, surah Al-Fiil ini sangat aneh dan janggal sebab Allah memberi azab yang besar pada zaman fatrah (sebelum Nabi diutus menjadi rasul).
“Pertanyaan mendasar seperti ini sedikit orang memikirkan. Bagaimana mau memikirkan, kepikiran saja tidak,” kata kiai Maimun.
Kiai Maimun pun menjelaskan mengapa bisa demikian karena umat Nabi Muhammad adalah Ummatun Marhumah (umat yang dirahmati)
Bagaimana maksud umat marhumah? Yaitu umat yang tidak akan ada azab yang terjadi meski ada pendustaan suatu umat kepada Rasulnya. Karena azab sifatnya adalah penghabisan. Sebagaimana kaum Nabi Luth sekali mendustakan ajarannya semua diazab sampai habis. Begitu pun kaum nabi nuh ketika mendustakan ajarannya, Allah mengazab mereka dengan didatangkan banjir hingga semua pendusta tersebut tenggelam dan habis. Tidak ada yang tersisa dari kaum tersebut kecuali ceritanya saja.
Jika hal itu (ada yang mendustakan langsung diazab) terjadi kepada umat Nabi Muhammad yang diutus untuk seluruh manusia, maka selesailah kehidupan karena sifat azab adalah adalah menghabiskan. Maka dari itu umat Nabi Muhammad adalah ummatun marhumah yaitu umat yang dirahmati.
Sehingga tidak ada azab yang bersifat penghabisan meskipun ada yang mendustakan ajaran nabi setelah nabi Muhammad diutus menjadi rasul. Kalaupun ada azab dari Allah karena menentang nabi, azab tersebut bersifat khusus pada yang menentang saja dan tidak menghancurkan seluruh manusia karena begitu besarnya kasih sayang Allah terhadap nabi Muhammad sehingga kepada umatnya pun juga demikian.
Pada intinya meskipun pada umat nabi Muhammad ada azab pasti bukanlah sebuah penghabisan karena umat nabi Muhammad adalah ummatun marhumah, umat yang spesial bagi Allah.
Penjelasan ini dikutip dari cerita KH. Muhammad Ismail Al-Ascholy ketika sowan kepada KH. Maimun Zubair sebelum beliau wafat.
Wallahua’lam bisshowab.
Baca juga: Pahala Haji tanpa Berhaji Menurut Ismael al-Kholilie
Baca juga: Keutamaan Menghidupi Janda dan Anak Yatim