Suasana Nuzulul Qur’an di eks transmigrasi yang berada di Provinsi Jambi terasa begitu khusyuk. Suasana Nuzulul Qur’an kali bertambah berkesan karena begitu banyak acara yang menyertainya.
Eks transmigrasi Desa Perintis, Kecamatan Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Jambi menjadikan peringatan Nuzulul Qur’an di bulan Ramadhan 1444 H sebagai ajang menyatukan masyarakat.
Rimbo Bujang merupakan salah daerah eks transmigrasi yang berasal dari pulau Jawa dan bisa dikatakan cukup berhasil. Banyak masyarakat yang sudah memiliki ekonomi yang stabil setelah pindah ke Jambi.
Transmigrasi tersebut terjadi sekitar tahun 1976 saat pemerintahan Presiden Soeharto. Saat ini wilayah Rimbo Bujang mekar menjadi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Rimbo Bujang, Kecamatan Rimbo Ulu, dan Kecamatan Rimbo Ilir
Bertempat di Jalan 28, tepatnya di Masjid Nurul Ikhlas, sejak pagi rangkaian peringatan Nuzulul Qur’an sudah dilakukan dengan pembacaan Asmaul Husna secara bersama.
“Rangkaian peringatan Nuzulul Qur’an dilakukan sejak Subuh, dengan pembacaan Asmaul Husna,” jelas ketua Karang Taruna setempat Heru Setiawan, Ahad (10/4/2023).
Ia menambahkan, kegiatan Nuzulul Qur’an selanjutnya yaitu khataman Al-Qur’an 30 juz sejak pagi hingga waktu salat Ashar. Pembacaan Al-Qur’an tersebut dilakukan secara bergantian oleh pemuda-pemudi Jalan 28 Desa Perintis.
Setelah khatam, dilakukan doa khataman Al-Qur’an bersama dan kirim doa untuk arwah leluhur desa yang sudah wafat serta seluruh elemen masyarakat.
“Kita juga menyalurkan santunan untuk anak yatim,” imbuh Heru.
Heru menjelaskan, acara peringatan Nuzulul Qur’an dilanjutkan dengan buka bersama seluruh warga beserta tarawih bareng serta dialog interaktif.
Dikatakan Heru, acara Nuzulul Qur’an juga memiliki dampak positif pada kekompakan masyarakat. Semua masyarakat terlibat dalam acara tersebut sesuai dengan keahlian masing-masing.
“Peringatan Nuzulul Qur’an ini membuat masyarakat kompak, karena ibu-ibu bagian makanan, remaja bagian khataman, ada yang bagian sound system, bapak-bapak bagian santunan dan santunan,” kata Heru.
Selain itu, acara keagamaan seperti Nuzulul Qur’an juga membuat masyarakat peduli dengan rumah ibadahnya. Menjadikan rumah ibadah sebagai tempat titik temu di antara warga dan kegiatan sosial keagamaan.
“Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua yang sudah menyumbang dan semoga memberikan berkah manfaat,” tandasnya.