tebuireng.co – Strategi menjadi wali setidaknya ada tiga langkah besar. Tiga langkah ini hanya beberapa bagian dari banyaknya strategi menjadi wali atau kekasih Allah.
Wali adalah tahapan tertinggi yang bisa dicapai oleh seorang Muslim. Sebuah etape yang mengantarkan mukmin untuk sampai ke Hadratillah.
Makna wali sering dikaitkan dengan kedudukan mulia sebagai kekasih Allah Aza wa Jalla. Sehingga seperti telah menjadi dambaan bagi muslim terutama para sufi, untuk berjuang agar bisa sampai pada tingkatan wali. Rasulullah SAW dalam riwayat al-Hasan bersabda:
بدلاء أمتي لا يدخلون الجنة بكثرة صلاة ولا صيام ولكن يرحمهم الله تعالى بسلامة الصدور وسخاوة النفس والرحمة لجميع المسلمين
Artinya: “Para wali abdal di kalangan umatku tidaklah masuk surga karena banyaknya salat dan puasa. Akan tetapi Allah menyayangi mereka karena selamatnya dada mereka/hati yang bersih, kedermawanan, dan kasih-sayangnya kepada semua muslim.”
Di antara wali-wali Allah ada yang disebut dengan wali badal. Para wali itu adalah mereka yang telah mengalahkan nafsunya. Sehingga rata-rata mereka adalah orang yang kuat di dalam beribadah kepada Allah.
Kiai Djamaluddin Ahmad di dalam ngaji al-Hikam sering menceritakan seorang wali yang bernama Syaikh Junaid al-Baghdadi. Sosok Wali Allah yang sebelum membuka toko, istiqomah sholat sunah 1000 rokaat terlebih dahulu.
Kenapa bisa sampai kuat salat sunah 1000 rakaat?
Pertama karena Syaikh Junaid sudah mengalahkan nafsunya. Kedua karena ia telah merasakan nikmatnya beribadah kepada Allah.
Di dalam kitab Manaqibu Imam Syafii diceritakan bahwa seorang Imam Syafii pada umur 7 tahun telah dikaruniai Allah hafal Al-Qur’an dan di umur 10 tahun, sudah hafal kitab Hadist Muwatho. Kitab hadis tertebal yang ditulis Imam Malik. Mereka berdua termasuk walinya Allah.
Baca Juga: Bung Karno di Mata Buya Arrazy
Imam Syafii kecil hidup dalam keadaan kekurangan. Sampai saat ia akan berguru kepada Imam Malik di Madinah, ia tidak memiliki bekal sehingga berangkat dari Makah ke Madinah dengan berjalan kaki.
Dalam riwayat diterangkan Imam Syafii menghabiskan waktu 8 hari 8 malam. Selama perjalanan mampu menghatamkan 16 kali Al-Qur’an.
Keterangan Imam Syafii dan Syaikh Junaid ini menandakan bahwa rata-rata wali Allah adalah figur-figur yang kuat beribadah dan telah mengalahkan nafsunya. Namun para wali itu bisa jadi menjadi kekasih Allah karena 3 hal yaitu:
1- Hati yang Selamat
Hati yang selamat adalah hati yang bersih dari penyakit-penyakit hati. Karena penyakit hati dapat menghilangkan pahala amal ibadah. Diantara penyakit hati adalah khasad/iri kepada orang lain. Nabi bersabda:
الْحَسَدُ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ
Artinya “Hasad itu memakan kebaikan seperti api memakan kayu bakar”. Saking bahayanya penyakit-penyakit hati ini, ilmu tentang penyakit hati atau ilmu taswuf berhukum fardlu ain atau wajib sebagaimana keterangan di dalam kitab Kifayatul Atqiya’.
2- Sakhawati Nafsi atau Dermawan
Strategi menjadi walinya Allah selanjutnya harus dermawan. Dermawan dapat menyelamatkan kita dari api neraka dan masuk surga. Di daerah Jawa Tengah ada seorang perempuan bernama Alfiyah atau Mbah Godek.
Ia memiliki sumur yang sumber airnya bagus. Setiap selesai salat Isya, Mbah Godek menimba air sumur dan dibagikan ke orang-orang se-kampung sampai dapur orang kampung tidak ada yang dikunci.
Karena kedermawanan ini Mbah Godek memiliki anak bernama Mustajirah. Ulama wanita yang wira’i. Dari Nyai Mustajirah lahir Kiai Asnawi Kudus, Kiai Sonhaji, dan Kiai Murtadlo.
Dari ketiganya menurunkan kiai-kiai pesantren di Rembang, Sarang, Sepanjang, Besuk Pasuruan, sampai Gedongan Cirebon.
3- Kasih Sayang Kepada Semua Muslim
Dalam riwayat lain diceritakan, ada seorang kafir dzimi yang tua renta sedang meminta-minta kepada Sayidina Umar.
Umar berkata kepada Kafir Dzimi itu, “Kami tidak adil kepadamu dengan menarik pajakmu ketika engkau muda, akan tetapi tidak memperhatikanmu ketika engkau tua”.
Umar kemudian mengambilkan bahan makanan dari Baitul Mal dan diberikan kepada orang tua tersebut. Artinya, walaupun orang kafir pun oleh Sayidina Umar tetap disayangi.
Nabi Musa pernah bertanya kepada Allah mengapa ia diangkat menjadi seorang rasul dan menjadi waliyullah. Allah menjawab, “Sebab suatu saat kamu pernah mengembala kambing, dan kambingmu lari, dan kamu mengerjarnya, lalu kamu berkata kepadanya, ‘Wahai kambing mengapa engkau menyengsarakan dirimu sendiri, dan aku pun menjadi sengsara karenamu’, Wahai Musa, kambing itu kemudian kamu rawat dengan baik dengan kasih sayang, dan karena itulah, engkau Aku angkat menjadi rasul”.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa di antara strategi menjadi wali seperti sabda Nabi adalah dengan 3 langkah yakni, (1) Hati yang bersih, (2) Dermawan, dan (3) Kasih sayang kepada sesama Muslim dan bahkan sesama makhluk Allah SWT.
Oleh: M Zulianto (Guru Madrasah Tsanawiyah Aliyah Fattah Hasyim)