tebuireng.co- Muhammad Dzannuroin Aldivano (Gus Ivan) merupakan putra dari KH Fahmi Amrulloh Hadzik sekaligus cicit dari KH Hasyim Asy’ari pendiri jamiyyah Nahdlatul Ulama (NU)
Dengan latar belakang dari dunia pesantren yang sangat kental dengan pendidikan agama sejak kecil dan menjadi cicit dari Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari mengharuskan Gus Ivan untuk melanjutkan jejak para pendahulunya utamanya berdakwah menyalurkan ilmu dan nilai agama yang ia pelajari.
Baca juga: Profil Gus Ivan, Dzuriyah KH Hasyim Asy’ari
Mengutip dari wawancara eksklusif bersama Gus Ivan dari channel YouTube Suara Tebuireng. Selasa, 21/02/23. Gus Ivan mengatakan bahwa selain pendidikan agama yang didapat dari orang tuanya, ia juga memperdalam pengetahuannya di Madrasah Mu’allimin Hasyim Asy’ari, salah satu lembaga pendidikan di lingkungan Pesantren Tebuireng yang berbasic kitab kuning selama enam tahun. Hal tersebut ia lakukan sebagai bekal baginya untuk berdakwah di masyarakat.
Gus Ivan meyakini bahwa persentase nilai agama di era yang semakin maju ini menjadikan pengetahuan tentang agama bukan hanya sekedar tuntutan yang untuk dipelajari namun juga sebagai suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap individu masing-masing sehingga dibutuhkan sosok pendakwah untuk mengenalkan mereka dengan nilai agama dengan cara yang baik.
Tak hanya menggencarkan dakwah secara offline, putra kedua dari tiga bersaudara ini turut mengikuti perkembangan zaman dengan berdakwah secara online melalui media sosial. Baginya zaman yang semakin maju seperti pada era millenial ini telah menjadikan masyarakat khususnya anak muda untuk banyak menghabiskan waktunya di media sosial.
Menurut Gus Ivan, strategi berdakwah dalam era millenial harus dimulai dengan persiapan diri yang matang baik secara keilmuan ataupun mental. Karena dalam berdakwah nantinya akan dihadapkan dengan berbagai karakter dan sifat masyarakat yang berbeda-beda.Tidak semua orang akan menerima dan menyukai apa yang disampaikan, dan tidak semua akan membenci sehingga penting sekali untuk mempersiapkan mental untuk konsekuensi yang bisa saja terjadi.
Selain itu bekal keilmuan yang dimiliki harus cukup memadai sehingga bisa menjawab berbagai permasalahan yang kerap akan dipertanyakan dan dimintai solusi oleh masyarakat.
Gus muda kelahiran 07 Agustus 1999 tersebut juga memaparkan bahwa dalam berdakwah alangkah baiknya dimulai dari ruang lingkup kecil terlebih dahulu. Seperti pengalamannya dalam berdakwah yang dimulai dari lingkup kecil yakni ruang lingkup pertemanan kemudian pesantren dan lanjut hingga ke masyarakat luas. Hal tersebut akan membuat para pendakwah mengetahui berbagai kondisi yang berbeda beda dan bisa menyerasikan dengan penyajian model dakwah sesuai karakternya
Menurut Gus Ivan, salah satu hambatan influencer dalam berdakwah khususnya di media sosial adalah menyerasikan dinamika anak millenial yang cepat bosan. Hal tersebut membuat influencer di media sosial harus pandai meringkas materi dengan durasi waktu yang tidak terlalu lama.
Selain berdakwah di media sosial dengan berbagai platform.Gus Ivan juga memperluas media dakwahnya dengan cara bermain film bergenre pesantren. Ketika diminta untuk menjadi pemeran film yang bertema pesantren, Gus Ivan bahkan tidak membuat batasan apapun. Ia mengaku telah mempecayakan semuanya kepada pihak produser yang pastinya lebih tahu bagaimana batasan dan kultural yang ada di pesantren. Baginya akan banyak hikmah dan pesan yang bisa diambil oleh para penonton dalam film islami yang menggambarkan dunia pesantren.
Salah satu film yang di perankannya adalah film Luqathah yang rilis pada awal tahun 2023. Menurutnya, film tersebut sangat cocok dengan keadaan para santri sehingga akan banyak pelajaran yang bisa diambil setelah menonton film tersebut.