“Bagi Gus Dur, iman itu adalah urusan dapur. Tidak perlu ditunjukkan di ruang umum,” ungkap Variz Muhammad Mirza, kiai muda sekaligus keturunan KH. Hasyim Asy’ari yang masih tergolong keponakan Gus Dur dalam acara Jagongan Kebangsaan yang bertajuk “Menelaah Gagasan Agama, Budaya, Politik, dan Demokrasi Gus Dur” dalam rangkaian event Pasar Rakyat Kampoeng Gus Dur, Senin (27/11/2023).
Sosok Gus Dur tidak hanya dikenal oleh masyarakat Indonesia, melainkan juga masyarakat dunia. Selain itu, ia sebagai seorang muslim tidak hanya diterima di internal komunitas muslim belaka. Di samping itu, banyak kalangan nonmuslim bahkan yang tidak beragama sekalipun juga menerima Gus Dur dan mengidolakannya.
Diterimanya Gus Dur oleh berbagai kalangan menurut Gus Mirza ialah karena ketika menjalin hubungan dengan orang lain, Gus Dur tidak pernah memandang latar belakang orang tersebut untuk berbuat baik kepadanya.
Tidak heran, bila Gus Dur juga dikenal sebagai tokoh pejuang kemanusiaan dari pada sebagai politisi meskipun sempat menjabat sebagai presiden Indonesia. Gus Dur lebih dikenal sebagai tokoh agama, tokoh kemanusiaan, yang pada akhirnya masyarakat juga memberi gelar kepadanya sebagai guru bangsa.
Sebagai sosok muslim, Gus Dur mengenalkan ajaran Islam yang humanis dan akrab dengan budaya lokal. Alih-alih mengarabisasi budaya Indonesia, Gus Dur justru mempribumisasikan Islam di tengah masyarakat Indonesia.
“Gus Dur mengatakan bahwa mengenakan baju batik adalah bagian dari sunah nabi,” tambah Gus Mirza. Sebab, jika tindakan tersebut didasari atas cinta tanah air, maka hal itu pada dasarnya sama dengan kebiasaan nabi Muhammad Saw. yang menggunakan jubah karena cinta tanah airnya.
Gus Dur lebih getol mengampanyekan nilai-nilai kemanusiaan tanpa embel-embel Islam, sehingga tidak sedikit kalangan yang menilai bahwa Gus Dur adalah tokoh Islam liberal. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan adanya nama Gus Dur yang masuk dalam daftar tokoh NU liberal dalam buku Membongkar Kedok Liberal Tokoh-Tokoh NU karya KH Muhammad Najih Maimoen.
Terlepas dari label sebagian pihak terhadap Gus Dur yang menilainya liberal, pada nyatanya Gus Dur merupakan pribadi yang taat beribadah dan mampu menghadirkan ajaran Islam dalam kehidupannya dengan sempurna.
“Dalam perjalanan, biasanya Gus Dur membaca Al Qur’an secara bil ghaib (membaca Al Qur’an dengan modal hafalan),” tambah Gus Mirza.
Di pemungkas acara, Gus Mirza menegaskan bahwa meneladani Gus Dur bukanlah perkara yang mudah. “Meneladani Gus Dur itu seperti meneladani lautan tak bertepi, tidak ada ujungnya,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Fikri