Sistem Organisasi Pesantren – Kondisi pondok pesantren di Indonesia yang menganut sistem asrama dan pemondokan, menjadikan pondok pesantren dihuni oleh berbagai macam asal usul santri dan karakter santri. Ini artinya penghuni pondok pesantren multikultural etnis dan budaya. Dalam masyarakat multikultural, setiap individu diajarkan bagaimana menghargai orang lain, dan memposisikan diri tidak sesuai dengan dirinya sendiri, tapi dengan mempertimbangkan kepentingan orang lain juga.
Kondisi yang multikultural serta dengan perkembangan jumlah santri dari pondok pesantren menunjukkan peningkatan, terutama pada pondok pesantren yang semi khalafi dan pondok pesantren salafi. Jumlah santri pondok ini biasanya lebih kurang 700 orang dan bahkan sampai ribuan orang. Sebagai contoh kecil Pondok Pesantren Tebuireng, Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo, Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta, atau Pondok Pesantren Al Amin Madura dan pondok-pondok pesantren lainya.
Kaderisasi Kepemimpinan
Jumlah yang begitu besar, tentu keberadaan kyai tidak akan dapat menyentuh seluruh aspek santri. Oleh karena itu biasanya kekuasaan dan otoritas didelegasikan kepada orang yang terpercaya dan mumpuni, yaitu para Asatidz. Aspek-aspek yang tidak tersentuh oleh para asatidz didelegasikan kepada santri senior.
Dengan keadaan seperti ini, maka potensi menciptakan dan melahirkan pemimpin-pemimpin yang baik di masa depan sangat terbuka lebar. Karena pada dasarnya pemimpin dapat diciptakan jika potensi pada diri manusia diasah dan diberdayakan. Dalam gambaran Rasulullah SAW, untuk menjadi seorang pemimpin harus ada kaderisasi semenjak kecil.
Imam al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani dalam kitab Fathul Barri menjelaskan, kenapa semua para Nabi, sebelum mereka diangkat menjadi seorang nabi terlebih dahulu menjadi seorang pengembala kambing?.
Karena itu menjadi sebuah latihan bagi para nabi dalam memimpin pada masa depan dalam memimpin umat. Yang mana dalam menggembala kambing seseorang harus mempunyai sikap lemah lembut dan kasih sayang kepada binatang dan tidak berlaku kasar kepada mereka.
Dalam konteks saat ini, tentu menjadi seorang penggembala tidak akan banyak ditemukan. Tapi dalam konteks yang baik saat ini, pendidikan adalah media yang menjadi pengganti dari gambaran yang telah dijelaskan dalam hadits nabi.
full life school
Wadah pembelajaran kepemimpinan saat ini tentu manusia itu sendiri, yang mana dalam organisasi di lingkungan pondok pesantren modern maupun semi modern telah banyak ditemukan wadah-wadah pembelajaran organisasi yang memungkinkan seorang calon pemimpin dapat belajar sebagai pemimpin dan terus belajar sebagai pemimpin, misalkan saja organisasi santri yang ada dalam pondok pesantren, yang mana mereka telah melakukan proses pembelajaran selama 24 jam setiap hari. Pola kehidupan semacam ini adalah pola pembelajaran full life school, bukan lagi full day school karena selama sehari semalam semua aktivitas para santri terkontrol dan terpantau serta terarahkan secara langsung, yang dalam hal ini langsung dimentori oleh para senior dan para asatidz, sehingga pola yang terbentuk dalam jiwa para santri adalah jiwa leadership
Memimpin sebuah organisasi di lingkungan pesantren bukanlah sebuah hal yang mustahil, namun berproses dengan para senior atau asatidz akan membentuk kepribadian yang kuat dan terbentuk jiwa-jiwa pemimpin dalam diri santri dengan sendirinya itu sudah menjadi sebuah keniscayaan.
(Amin Zein)