Tebuireng.co – Pondok Pesantren Tebuireng didirikan oleh Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy’ari pada tahun 1899, yang khusus menerima santri putra. Pada tahun 2003 atas dasar permintaan masyarakat dan para alumni, barulah KH Yusuf Hasyim mendirikan Pondok Putri Pesantren Tebuireng.
Sebelum didirikan pondok putri, para santri putri yang sekolah di unit pendidikan Tebuireng berasrama di Pondok Pesantren Walisongo, Pondok Pesantren Masruriyah, Pondok Pesantren Khoiriyah Hasyim Seblak, dan pondok-pondok sekitar lainnya.
Baca Juga: Nyai Khoiriyah Hasyim, Ulama Perempuan yang Disegani
Pada awalnya hanya dibangun empat lokal dengan nama Wisma Nyai Aisyah dan jumlah pendaftar pertama masih 32 santri.
Fasilitas Pondok Putri Pesantren Tebuireng pada masa itu berbeda dengan pondok-pondok lain, yang dimana disana terdapat kamar yang lumayan luas dan lebar dengan dipan/ranjang susun untuk tidur,kamar mandi pun berada didalam dengan menggunakan shower.
“Pada masa Gus Dur menjadi presiden, santri yang mendaftar membludak. Jumlah santri yang mendaftar untuk unit SMA pada masa itu mencapai hingga 600 pendaftar, namun kemudian tahun setelahnya merosot karena lengsernya Gus Dur dari kursi kepresidenan,” terang Gus Fahmi.
Pendaftaran santri baru kembali membludak setelah Gus Dur wafat. Jumlah pendaftar mencapai 3000, kemudian pihak pesantren pun terpaksa melakukan seleksi karena keterbatasan fasilitas yang disediakan.
Kegiatan harian pondok putri dimulai saat sebelum subuh, diantaranya salat subuh berjamaah. Sekolah formal jam efektif hingga jam 1 siang selama masa pandemi dan full day sebelum pandemi, kemudian pengajian sorogan kitab setelah magrib.
Organisasi Santri Putri (OSPI), merupakan organisasi pesantren setingkat OSIS yang anggotanya bertugas membantu para pembina dalam melaksanakan kegiatan pesantren ataupun mengadakan event.
Tak jarang juga orang yang mencibir mewahnya fasilitas yang disediakan oleh pesantren, karena bisa berpeluang sedikit menoreh keberkahan. Namun Gus Fahmi yang selaku kepala Pondok Putri Tebuireng, menegaskan bahwa pondok itu harus memiliki ciri kepesantrenan, secara khusus dalam artian fasilitas bagus dan semangat belajar juga bagus. Karena keberkahan itu bukan terletak pada fasilitas tetapi terletak pada ridho guru dan semangat thalabul ilmi.
Thowiroh (Mahasiswi Ma’had Aly Hasyim Asy’ari)