Nahdlatul Ulama menjadi salah satu yang berkontribusi menumpas G30S-PKI. 1 Oktober 1965 pimpinan Pemuda Ansor menyelenggarakan rapat Pleno di Jakarta, berusaha tahu mengenai kejadian yang sebenarnya dan mencari tahu informasi dan siapa pelakunya. Dari hasil rapat yang telah dilakukan, nyatalah bahwa Gerakan 30 September adalah bagian dari suatu usaha perebutan kekuasaan negara oleh PKI dengan jatuhnya korban dari Perwira Tinggi TNI AD yang diculik oleh Gerakan 30 September tersebut.
Sebelumnya, pada tahun 1964 melalui berbagai pertimbangan, dalam menghadapi perkembangan politik nasional, NU membentuk barisan yang mampu mengemban “tugas serbaguna”. Gerakan ini bersifat semi militer. Tujuannya untuk mengimbangi gerakan serta aksi-aksi yang dilancarkan oleh PKI yang secara masif dan agresif. KH. Muhammad Yusuf Hasyim (Pak Ud) yang didaulat untuk menjadi Komandan.
Selain dari Pemuda Ansor, pimpinan NU di berbagai wilayah dan cabang juga menyelenggarakan rapat di wilayah masing-masing dan mengambil kesimpulan bahwa PKI adalah pelaku kudeta. Hal ini membuat salah satu PCNU Trenggalek yang mengadakan pertemuan di kediaman Kiai Sofyan untuk menyerukan kepada anggotanya agar lebih meningkatkan kewaspadaan dan menghimbau untuk sementara waktu tidak tinggal di rumah.
Subhan ZE, beliau meyakinkan massa dan pemuda NU untuk berani melawan PKI. Selain itu NU tidak sekedar memiliki peran representasi kekuatan umat Islam dalam penumpasan pemberontakan G-30S PKI tetapi juga menuntut pembubaran terhadap PKI, karena dinilai membuat kerusuhan dan keresahan di masyarakat dan tindakan kejam mereka terhadap kiai, ulama, dan lawan politiknya.
Tuntutan resmi PBNU mengenai pembubaran PKI ternyata diliput secara luas di media cetak pada saat itu. Sedangkan partai lain dan berbagai ormas juga mendukung serta mengeluarkan pernyataan yang sama dengan PBNU. Bagaimanapun PKI dipandang bukan hanya sebagai lawan politik, melainkan sebagai lawan ideologi yang harus di basmi sebagai wujud dari doktrin komunis.
3 Oktober 1965 di Demak Jawa Tengah, ditemukan dokumen berisi daftar hitam nama-nama ulama atau kiai di seluruh Demak yang menjadi target operasi yang akan diculik dan dibunuh oleh PKI.
Selain alasan kekejaman perilaku PKI serta gaya politik dan ideologinya, menurut NU pada saat itu PKI telah melakukan Bughat (memberontak/berkhianat) terhadap pemerintah yang sah dan menurut ajaran Ahlusunnah Wal Jama’ah bahwa setiap tindakan bughat wajib diperangi.
Kejadian sejarah G30S-PKI menelan banyak korban, setelah insiden tersebut PBNU mengeluarkan instruksi kepada seluruh pimpinan NU beserta warganya di semua wilayah dan cabang untuk melakukan shalat ghaib untuk para jenderal yang menjadi korban G30S-PKI/1965.
Penulis: Maulida Fadhllah Firdaus
Editor: Zainuddin Sugendal
Baca juga: Pelanggaran HAM, Insiden G30S PKI