Sawit Goes to Pesantren merupakan program yang diusung oleh Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU) yang pertama kali diluncurkan tahun 2024. Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) program ini menjadi wasilah atau sarana bagi para ulama untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai riayatul ummah (pengasuh dan pembimbing umat).
Seperti yang diketahui bahwa ulama memiliki dua tanggung jawab besar yakni Hhmayatuddin (memelihara agama) dan ri’ayatul ummah (pengasuh dan pembimbing umat). Sementara pesantren merupakan sebuah kelembagaan dari kehadiran peran ulama di tengah-tengah masyarakat
Sehingga, Program Sawit Goes to Pesantren memiliki peran yang stategis, yakni sebagai wasilah dan sarana untuk menjalankan peran dan tanggung jawab ulama yang kedua: riayatul ummah.
Sebagaimana yang juga menjadi tujuan dari LPPNU dalam mengadakan program tersebut, yakni untuk memberikan edukasi terhadap santri dan warga nahdliyin terkait manfaat serta kontribusi sawit bagi perekonomian Indonesia.
Dalam hal ini, Gus Yahya menjelaskan bahwa umat atau masyarakat memiliki banyak sekali hajat. Bukan hanya urusan ibadah, tapi juga bekal dalam melaksanakan ibadah yakni kehidupan ekonomi yang baik.
Sebab, tanpa adanya bekal ibadah yang cukup tidak mungkin seseorang bisa beribadah dengan baik dan akan sangat sulit mendapatkan kesejahteraan ibadah.
Sehingga ketika pesantren dikenalkan dengan urusan sawit, maka hal tersebut sebagai representasi dari kehadiran peran ulama di tengah masyarakat agar mampu menjalankan perannya menjadi lebih baik. Membimbing umat bukan hanya bisa beribadah dengan baik, tapi juga untuk mencapai kesejahteraan ibadah melalui cara-cara yang baik.
Gus Yahya menegaskan pentingnya memahami kerangka-kerangka tersebut. Sehingga tidak terjadi kesalahpahaman terkait program Sawit Goes to Pesantren yang diusung oleh LPPNU. Sebab, pada dasarnya, program tersebut adalah untuk memberikan peran terhadap pesantren dalam membantu masyarakat memajukan kesejahteraannya hingga bisa mencapai kesejahteraan dalam ibadah.
“Hal inilah yang harus kita pahami betul. Sehingga masyarakat bisa memahami bahwa NU ngurusi sawit bukan sekedar buat cari duit, tapi sebagai wasilah untuk mencapai riayatul ummah, ” tegasnya.
Penulis: Thowiroh
Editor: Ikhsan Nur Ramadhan
Baca juga: Gus Yahya Jelaskan Dua Tanggung Jawab Besar Ulama