Sampah di perairan jadi masalah Indonesia? sebuah pertanyaan yang muncul dari kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara dengan 70% berisi perairan, hal ini mengancam menjadi negara penyumbang banyaknya sampah di wilayah perairan, mengingat jumlah populasi di Indonesia yang besar menjadi kontribusi volume jumlah sampah. Apalagi adanya pembuangan sampah di wilayah perairan mengancam ekosistem laut, kerusakan abiotik, dan keanekaragaman hayati yang dimiliki lautan Indonesia.
Sejauh ini menurut Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, di tahun 2018-2022 Indonesia berhasil mengurangi sekitar 36% kebocoran sampah plastik ke laut dan rencananya Indonesia menargetkan kurangi sampah plastik laut berkurang 70% dalam tiga tahun.
Salah satu masalah negara berkembang tidak lain adalah penanganan sampah yang belum terselesaikan, parahnya, beberapa penimbunan sampah mulai memasuki wilayah perairan baik dari perairan dasar seperti selokan, sungai, hingga yang terbesar seperti laut.
Hal ini juga terjadi pada komunitas peduli lingkungan di Indonesia bernama Pandawara. Komunitas ini merupakan sekelompok anak muda yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap isu sampah di Indonesia.
Komunitas tersebut memiliki kegiatan untuk membersihkan sampah di dibeberapa tempat perairan yang kotor dengan mengikutsertakan masyarakat di daerah tersebut. Selain bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang bersih, juga untuk mengedukasi masyarakat terkait pentingnya menjaga dan memelihara lingkungan.
Mwski sebagian kegiatan tersebut bisa dikatakan berhasil, namun beberapa lainnya juga menunjukan kegagalan. alih-alih masyarakat menjaga lingkungan yang telah dibersihkan agar tidak kotor kembali, justru beredar video dimana masyarakat bergantung kembali dengan memanggil Pandawara lantaran lingkungannya kembali dipenuhi sampah.
Kebiasaan masyarakat Indonesia yang membuang sampah ke wilayah perairan menjadikan negara Indonesia menjadi penyumbang peringkat kelima negara yang melepaskan sampah plastik terbanyak ke laut, di Tahun 2021 Indonesia melepaskan sebanyak 56,333 ton sampah plastik. Dari data World Population Review tersebut menandakan masyarakat Indonesia masih belum peduli akan sampah.
Menurut studi yang dipublikasikan Environmental Science & Technology mengungkapkan bahwa Indonesia bersama dua negara asia (Malaysia dan Filipina) menduduki peringkat teratas dalam daftar konsumsi mikroplastik per kapita global.
Dimana masyarakat mengonsumsi sekitar 15 gram mikroplastik per bulan dengan sebagian besar bersumber dari air dan makanan laut. adanya sampah yang menggenang ini Indonesia menjadi paling banyak konsumsi Mikroplastik di dunia.
Begitu juga dengan riset yang dilakukan world bank, bahwa daerah pedesaan menghasilkan banyak sampah yang tidak dikelola dengan baik. Biasanya warga desa lebih memilih membakar sampah mereka, sebagian membuang ke sungai atau selokan dan sebagian lainnya sampah dibuang dekat dengan garis pantai atau laut.
Tak hanya tumpukan sampah plastik di wilayah perairan, sampah organik rumah tangga menjadi ancaman serius bagi kesehatan dan lingkungan hidup. Salah satunya sanitasi sebagai kebutuhan dasar lapisan masyarakat.
Tahun 2023 tingkat persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak berada di angka 82,36 % dimana sebagian air tercemari oleh limbah tinja, limbah industri, limbah zat kimia, dan yang lainnya.
Pentingnya kampanye kesadaran masyarakat akan perilaku pembuangan sampah di wilayah perairan, mengharuskan pemerintah untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dan upaya pemerintah untuk pembangunan infrastruktur yang efisien terkait pengelolaan sampah seperti saluran air dan drainase untuk mencegah sampah memasuki wilayah perairan.
Harapannya, selain untuk membuat linkungan menjadi bersih juga menurunkan presentase Indonesia sebagai salah satu negara penyumbang sampah terbanyak di wilayah perariran.
Penulis: Maulida Fadhilah Firdaus
Editor: Thowiroh
Baca juga: Benarkah Kemiskinan Struktural Memang Ada?