tebuireng.co – Salat tarawih di Tarim memiliki sensasi sendiri. Kota Tarim, Yaman memiliki ciri khas dalam menjalani ibadah agama, khususnya di bulan Ramadan.
Berbeda dengan pelaksanaan salat tarawih di beberapa daerah lainnya, Tarim yang dijuluki sebagai negeri seribu wali ini memiliki kebiasaan melaksanakan salat tarawih yang begitu unik dan menarik.
Masyarakat Kota Tarim yang dikenal sangat menjunjung tinggi dalam mengamalkan sunah nabi, terbiasa melaksanakan salat tarawih tidak hanya sekali.
Menurut M Iqbal Abdurrohman, alumni Pondok Pesantren Darul Mustafa, Tarim, setiap masjid di Kota Tarim memiliki jadwal salat tarawih secara bergantian sehingga masyarakat di sana bisa melaksanakan salat tarawih bahkan hingga lima kali dalam satu malam (20 x 5 = 100 rakaat) dengan berpindah dari satu masjid ke masjid yang lain.
Kota kecil ini juga menjadi salah satu tempat lahirnya mayoritas para ulama yang kini tersebar ke berbagai wilayah untuk berdakwah termasuk keturunan Rasulullah SAW yang dikenal dengan sebutan habaib yang mulanya menyampaikan risalah Islam di Asia Tenggara termasuk di Indonesia.
Pemandangan Kota Tarim dengan masyarakatnya yang selalu taat beribadah seperti salat tarawih membuat kota ini menjadi kian istimewa. Tidak hanya tarawih yang meriah, lantunan Al-Qur’an juga banyak.
Siapa pun yang mengunjunginya tak akan pernah kecewa sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Al Imam Abdullah Bin Alwi Al-Haddad:
“Andai saja engkau mengeluarkan seluruh hartamu untuk mengunjungi Kota Tarim, maka apa yang engkau dapatkan akan lebih banyak daripada yang kau keluarkan.”
“Kami para santri di sana biasa menyebutnya nyatos (tarawih seratus) dimulai dari pukul 20.00 waktu Tarim hingga menjelang sahur,” ungkapnya
Iqbal menceritakan, Masjid As-Sahl dan Masjid Al-Birr dan beberapa masjid lainnya biasa menggelar salat tarawih tepat habis salat Isya (di awal malam).
Karena banyak masjid yang menyelenggarakan salat tarawih sehingga masyarakat bisa memilih untuk melaksanakan salat tarawih di masjid mana saja yang dikehendakinya
Sedangkan pada pertengahan malam, tepat pukul 23.00 WIB, salat tarawih hanya difokuskan pada satu masjid yaitu Masjid Ba’alawi.
Hal tersebut karena Masjid Ba’alawi termasuk masjid tertua yang didirikan oleh Imam Ali ibn Alawi Kholiq Qasam. Sehingga tidak ada masjid lain yang menyamakan jadwal tarawih pada jam tersebut.
Ketekunan masyarakat Kota Tarim dalam melaksanakan salat tarawih tersebut karena kesadaran akan kemuliaan bulan Ramadan. Mengharapkan limpahan pahala yang selalu dilipatgandakan.
Selain itu, ibadah tarawih juga merupakan salah satu ibadah sakral yang hanya bisa dilaksanakan di bulan Ramadan saja. Sehingga akan sangat disayangkan jika momen tersebut tidak di manfaatkan sebaik baiknya.
“Bahkan meski hingga larut malam, semangat masyarakat dalam melaksanakan salat tarawih tak kunjung padam di Tarim,” jelasnya
Iqbal Abdurrohman juga mengatakan bahwa masyarakat Tarim juga terbiasa mempersiapkan diri sebelum memasuki bulan Ramadan dengan memperbanyak ibadah sebagaimana yang dianjurkan nabi.
Ia juga menjelaskan bahwa pada bulan Ramadan keadaan dan suasana Tarim seakan terbalik. Siang menjadi malam dan malam menjadi siang. Hal tersebut karena padatnya aktivitas dan ibadah yang biasa dilaksanakan selama semalam suntuk oleh masyarakat Tarim ketika bulan Ramadan.
“Tarim merupakan salah satu kota kecil di wilayah hadramaut, Yaman. Ia memiliki julukan negeri seribu wali. Karena di sana banyak dijumpai para wali Allah, baik yang masih hidup ataupun yang telah wafat,” tandas Iqbal.
Oleh: Thowiroh