Toko dan pasar buku merupakan sebuah ‘surga’ bagi para kutu buku. Selain perpustakaan, tempat ini adalah gudangnya untuk meningkatkan level literasi masyarakat. Namun, masih ada tugas lain di era transformasi digital ini. Sudah saatnya toko dan pasar buku untuk bertransformasi digital.
Menurut UNESCO, literasi adalah seperangkat keterampilan yang nyata, terutama dalam membaca dan menulis yang terlepas dari konteks didapat oleh siapa dan dari siapa.
Namun, bagaimana dengan level literasi masyarakat di Indonesia?
Dilansir dari laman Media Indonesia, bahwa Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) Indonesia mengalami peningkatan dalam 4 tahun terakhir ini. Namun, peningkatan ini tidak terlalu signifikan, sehingga masih berada di level sedang.
Pada tahun 2022 lalu, indeks pembangunan literasi Indonesia masih pada tingkat sedang. “Sampai dengan 2022, indeks pembangunan literasi kita baru sampai pada skala 64,48 atau di skor 13,55. Ini angka yang masih sangat sedang,” ucap Kepala Perpusnas RI Muhammad Syarif Bando.
Menurut Kepala Perpusnas RI ini, dari survei yang dilakukan Perpusnas pada 2022 dengan 11.158 responden di 34 provinsi, menunjukkan adanya peningkatan kegemaran membaca.
Dari hasil survei pada tahun 2022, frekuensi membaca masyarakat Indonesia adalah 5 kali sepekan. Durasi membaca rata-rata selama 1 jam 37,8 menit per hari, atau 9 jam 56 menit per pekan.
Perpusnas RI masih berupaya untuk meningkatkan literasi masyarakat karena hal ini berperan penting dalam pembangunan bangsa, khususnya di tengah pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan.
Meningkatkan literasi masyarakat sebenarnya tidak bisa dikatakan mudah. Salah satu ‘surga kutu buku’, yakni Pasar Buku Kenari sepi pengunjung.
Dilansir dari Tempo, pasar buku yang berlokasi di Pasar Kenari, Jakarta Pusat itu sudah dibuka pada tahun 2019. Meski begitu, suasananya sangat sepi. Salah satunya adalah karena dampak pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu.
Pasar buku ini sebenarnya terbilang berada di lokasi strategis. Dilansir dari NU Online, akses menuju pasar buku ini bisa ditempuh menggunakan moda transportasi umum. Tidak jauh dari lokasi, berjarak sekitar 65 meter, sudah bisa dijumpai halte Bus TransJakarta Salemba UI.
Fasilitas di tempat ini juga tergolong nyaman untuk ukuran toko buku di pasar tradisional. Tersedia kantin, mushola, ruang laktasi, dan mesin ATM yang dapat memenuhi kebutuhan pengunjung. Bahkan sempat ada area bermain untuk anak-anak.
Bagaimana daya tawar untuk meningkatkan level literasi di era digital ini?
Menurut data dari GoodStats, sepanjang tahun 2022 hingga Januari 2023, setidaknya ada 167 juta pengguna media sosial di Indonesia.
Dengan kata lain, 78 persen dari total 212,9 juta pengguna internet di Indonesia menggunakan media sosial atau sekitar 60,4 persen penduduk Indonesia menggunakan media sosial dari total penduduk sekitar 276,4 juta.
Dari hasil data ini, maka sudah saatnya dunia literasi, terutama perpustakaan dan toko buku konvensional untuk bertransformasi digital. Dengan transformasi digital, diharapkan bisa meningkatkan persentase penjualan dan peminjaman buku bagi perpustakaan.
Indeks pembangunan literasi Indonesia juga diharapkan mendapat peningkatan di era digital ini. Terutama saat ini banyak media sosial atau bahkan marketplace hadir dengan berbagai promosi untuk meningkatkan penjualan produk.
Perusahaan Google melalui platform Google Play Books juga memberikan penawaran kemudahan bagi pihak penjual maupun pembeli. Di platform ini, disajikan buku digital atau eBook yang sudah bisa diakses melalui gadget dan pihak penjual tidak perlu ribet untuk melakukan pengiriman paket.
Di era yang serba digital ini, sudah saatnya dunia literasi untuk menggencarkan cara transformasi digital. Semua akan mendapat manfaatnya, mulai dari pihak penyedia layanan hingga masyarakat Indonesia.
Sudah saatnya ‘surga kutu buku’ untuk bertransformasi Digital.
Oleh: Ikhsan Nur Ramadhan, mahasiswa TI Universitas Hasyim Asy’ari.