Badui adalah bagian dari masyarakat Arab yang tergolong jauh dari peradaban dan kemajuan yang biasanya mengembara di pinggiran kota di Jazirah Arab. Mereka kerap disebut dalam hadis-hadis nabi, pertanda Rasulullah pernah berinteraksi dengan mereka.
Orang Badui dikenal dengan kehidupannya yang cukup bebas, berbalik dengan kehidupan orang kota yang terbilang sangat beradab, sehingga hal tersebut menyebabkan mereka saling membenci.
Dengan berlatar belakang kehidupan yang sangat bebas menyebabkan mereka sering dianggap rendah bahkan tidak mempunyai sopan santun. Namun, ada satu kisah orang Arab Badui yang sangat beruntung sebab jawabannya atas Wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasulullah.
Pada suatu hari, di kala Rasulullah sedang tawaf di Ka’bah, baginda mendengar seseorang di hadapannya yang juga bertawaf dengan melafalkan lafaz, “Ya Karim! Ya Karim!”
Sontak Rasulullah menirukan zikir orang tersebut, “Ya Karim! Ya Karim!”
Sesampainya di sudut Ka’bah, ia berhenti sembari tetap melafalkan zikir itu. Sementara Rasulullah yang berada di belakangnya juga masih meniru apa yang ia lafalkan.
Karena dirinya merasa diperolok-olok, orang Badui itu menoleh ke belakang dan dilihatnya seorang lelaki tampan dan gagah yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Orang itu berkata, “Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejekku karena aku ini orang Badui? Jika bukan karena ketampanan dan kegagahanmu akanku laporkan kau kepada kekasihku Muhammad Saw.”
Mendengar kata-kata itu Rasulullah tersenyum lalu berkata, “Apakah engkau tidak mengenali nabimu, wahai orang Badui?”
“Tidak”, jawabnya.
“Lalu, bagaimana engkau beriman kepadanya?”, tanya Rasulullah.
“Saya sangat yakin dengan kenabiannya sekalipun saya belum pernah melihatnya dan membenarkan risalahnya sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya”, jawabnya tegas.
Setelah mendengar penjelasan orang Badui itu, kemudian Rasulullah berterus terang bahwa dirinya adalah kekasih yang ia maksud, Rasulullah Muhammad Saw yang akan menjadi penolongnya di akhirat kelak.
Mendengar perkataan tersebut, orang Arab Badui itu langsung tercengang seakan tak pernah percaya kepada dirinya sendiri. Dengan segera ia tunduk dan mencium kedua kaki Rasulullah Saw.
Melihat hal itu, Rasulullah segera menarik tubuh orang Badui itu dan menjelaskan kepadanya bahwa perbuatan semacam itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya. Rasulullah kembali menjelaskan bahwa beliau diutus bukanlah untuk menjadi orang yang takabur (sombong), yang minta untuk dihormati atau diagungkan, tetapi demi membawa kabar gembira bagi orang yang beriman dan kabar menakutkan bagi yang mengingkarinya.
Ketika saat itulah Malaikat Jibril turun untuk membawa berita dari langit, menyampaikan kepada Rasulullah bahwa Allah memerintahkan beliau untuk menyampaikan kepada orang tersebut agar tidak terpesona dengan balas kasih Allah dan Allah akan menghisabnya dan menimbang semua amalnya di Padang Mahsyar nanti.
Mendengar penjelasan tersebut, orang Badui itu bergegas menjawab bahwa jika hal itu terjadi maka ia akan kembali membuat perhitungan kepada Allah.
Dengan rasa penuh heran Rasulullah menanyakannya, bagaimana ia akan melakukan hal tersebut. Lalu orang Badui itu menjelaskan bahwa jika Allah memperhitungkan dosa-dosanya, maka ia akan memperhitungkan betapa besarnya ampunan Allah. Jika Allah memperhitungkan kemaksiatan yang ia lakukan, maka ia akan memperhitungkan betapa luas pengampunan Allah. Jika Allah memperhitungkan kebakhilannya, maka ia akan memperhitungkan betapa dermawannya Allah kepada semua makhluk-Nya.
Mendengar ucapan orang Badui itu, Rasulullah menangis mengingat betapa benarnya apa yang dikatakan orang Arab Badui itu sehingga air mata beliau mengalir membasahi janggutnya.
Melihat kejadian itu, Malaikat Jibril kembali turun dan meminta Rasulullah berhenti menangis. Sebab tangisan beliau, penjaga Arsy sampai lupa akan bacaan tasbih dan tahmidnya sehingga menyebabkan mereka berguncang. Kemudian Malaikat Jibril menyampaikan bahwa Allah telah mengampuni semua kesalahan orang Arab Badui itu dan Allah tidak akan memperhitungkan amal dan kemaksiatannya, serta ia akan menjadi teman Rasulullah di surga nanti.
Betapa beruntungnya orang Arab Badui itu, sampai-sampai ia dijanjikan menjadi teman Rasulullah di surga nanti.
Penulis: Yusi Laili
Editor: Zainuddin Sugendal
Baca juga: Kisah Shams Al-Baroudi Bertaubat setelah Melihat Rasulullah