• About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
LSPT
Home Keislaman Akidah

Resensi Buku: Teologi Muslim Puritan dan Salafi Karya Arrazy Hasyim

Abdurrahman by Abdurrahman
2021-06-21
in Akidah, Al-Qur'an, Galeri, Keislaman, News, Pengajian, Tokoh
1 0
0
Resensi Buku: Teologi Muslim Puritan dan Salafi Karya Arrazy Hasyim

Resensi Buku: Teologi Muslim Puritan dan Salafi Karya Arrazy Hasyim

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp
LSPT

Buku Teologi Muslim Puritan Genealogi dan Ajaran Salafi awalnya adalah disertasi Abuya Arrazy Hasyim di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2017 lalu. Buku ini menyajikan secara mendalam pembahasan tentang kelompok Salafi. Promotornya saat itu yaitu Prof Dr Azyumardi Azra, MA, CBE dan Prof Dr H Yunasril Ali, M.A.

Dalam buku ini dijelaskan jika Salafi sebagai aliran teologi yang puritan, terbukti mempunyai geneologi yang terhubung kepada generasi Salafi, terutama kepada sosok Ahmad bin Hanbal. Puritanisme Salafi bukanlah tanpa sebab dan latar belakang. Gerakan pemurnian mereka dilatarbelakangi penyiksaan dan penganiyaan yang juga disebabkan oleh doktrin teologi “resmi” yang berseberangan. Kebangkitan Salafi untuk pertama kali telah dimulai sejak masa Ahmad bin Hanbal, dengan dukungan penguasa pada masanya, yaitu Khalifah al-Mutawakkil.

Lalu, mengalami kebangkitan kedua kalinya pada masa Ibnu Taimiyah, tetapi tidak mendapat restu dari penguasa dan kebanyakan ulama semasanya yang berhaluan Asy’ariyah. Terakhir, kebangkitan Salafi ditandai dengan pergerakan Muhammad bin Abdul Wahhab yang maju dengan dukungan penguasa. Apabila “istana” telah menjadi basis dari suatu ajaran teologi, maka aliran dan kelompok lain akan disingkirkan.

Syaikh Muhammad bin ʿAbdul Wahhāb, adalah seorang ulama yang berusaha membangkitkan kembali dakwah tauhid dalam masyarakat dan cara beragama sesuai dengan tuntunan Rasulullah ﷺ dan para sahabat. Para pendukung gerakan ini menolak disebut Wahabi, karena pada dasarnya ajaran syekh Muhammad bin ʿAbdul Wahhāb adalah ajaran Nabi Muhammad ﷺ, bukan ajaran tersendiri. Karenanya mereka lebih memilih untuk menyebut diri mereka sebagai Salafiyun (mengikuti jejak generasi salaf) atau Muwahhidun yang berarti “Mengesakan Allah”.

Nama Wahabi atau al-Wahhabiyyah kelihatannya dihubung-hubungkan kepada nama ‘Abdul Wahhab yaitu penggagas gerakan ini, syekh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab al-Najdi. Muhammad bin ʿAbdul Wahhāb mengikat perjanjian dengan Imam Muhammad bin Saud, seorang pemimpin suku di wilayah Najd. Sesuai kesepakatan, Ibnu Saud ditunjuk sebagai pengurus administrasi politik, sementara Syaikh Muhammad bin ʿAbdul Wahhāb menjadi pemimpin spiritual. Sampai saat ini, gelar “keluarga kerajaan” negara Arab Saudi dipegang oleh keluarga Saud. Namun mufti umum tidak selalu dari keluarga syekh Muhammad bin ʿAbdul Wahhāb misalnya syekh ‘Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baaz.

Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah mulai mengajak ulama lainnya untuk menyuarakan kesalahan umat muslim saat itu yang mengikuti tradisi-tradisi sufi yang banyak bertentangan dengan Ajaran islam itu sendiri. Dengan dibantu Imam Muhammad Bin Saud (raja Arab Saudi), maka pemerintahan Saudi pun saat itu mulai menghancurkan setiap tempat kesyirikan.

Salafi dengan ijtihad Ibnu Taimiyah benar-benar berhasilkan merumuskan tiga tauhid yang menjadi ajaran teologi dengan argumentasi yang kuat dan mengakar. Seorang atau kelompok atau institusi tidak sah disebut sebagai Salafi tanpa menganut tiga pilar tersebut. Trilogi tauhid tersebut adalah tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma wa shifat.

Arrazy menarik masalah akidah ini dalam konteks kenusantaraan, secara filologis trilogi tauhid tersebut tidak pernah muncul dalam karya-karya teologis ulama terdahulu, terutama dari abad 16 sampai abad 19 Masehi. Doktrin tersebut ditransmisikan oleh tokoh-tokoh keagamaan yang pernah mengenyam pendidikan di Arab Saudi pasca tahun 1960-an. Ini bertambah kuat dengan Lembaga-lembaga Salafi yang dibangun di berbagai negara, tanpa terkecuali Indonesia.

Penulis: Dr. Arrazy Hasyim, MA.

Penerbit: Maktabah Darus-Sunnah

Tebal: 340 halaman

Tags: arrazy hasyimislamsunniwahabi
Previous Post

Ribath Nouraniyah, Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

Next Post

Kisah Ijazah Istighotsah KH Hasyim Asy’ari yang Sempat Hilang

Abdurrahman

Abdurrahman

Santri Pondok Pesantren Tebuireng dan aktif di Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri

Next Post
Kisah Ijazah Istighotsah KH Hasyim Asy’ari yang Sempat Hilang

Kisah Ijazah Istighotsah KH Hasyim Asy’ari yang Sempat Hilang

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

  • Ribath Nouraniyah, Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

    Ribath Nouraniyah, Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Perjalanan Rumah Tangga Buya Arrazy

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Istri Ketiga Pendiri ACT Terima Aliran Dana Umat?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pendiri ACT, Dekat PKS dan Kritik Jokowi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ratibul Haddad dan Segala Khasiat Membacanya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Open casting film tentang kejujuran. Silakan daftarkan diri kalian, kirim melalui email yang tercnatum pada gambar di atas.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #maksitebuireng #film #filmindonesia
  • "Dunia ini adalah buih yang dipenuhi barang rongsokan yang terapung-apung. Meski demikian, dari aliran ombak dan kesesuaian antara adukan laut dan gumulan ombak, buih itu membuahkan keindahan." -Jalaluddin Rumi  Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di www.tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #quotes #mutiarahikmah #mutiararumi #quotesoftheday #rumi
  • Keluarga besar Tebuireng Initiatives mengucapkan, sugeng ambal warsa ke-78 KH A. Mustofa Bisri @s.kakung . Semoga selalu diberikan kesehatan, kebahagiaan, kesuksesan dan hidup yang penuh barokah. Aamiin...  Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #harlah #gusmus #tokohnasional
  • "Urip nang dunyo ora perlu kepingin dadi opo-opo lan ora perlu khawatir ora dadi opo-opo," dawuh dari KH Chusaini Ilyas.  Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di www.tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #quotes #dawuh #mutiarahikmah #nahdlatululama #nahdliyin #chusainiilyas
  • Niat puasa Asyura  نويت صوم عاشو راء سنة لله تعالى  Nawaitu shauma Âsyûrâ-a sunnatan lilâhi ta’âlâ.  “Saya niat puasa sunah Asyura karena Allah ta’âlâ.”  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #sunah #puasa #muharram
  • إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ  Segenap keluarga besar Tebuireng Initiatives turut berdukacita atas wafatnya Ustazah Nurul
  • Niat puasa tasu
  • Seminar Nasional Universitas Hasyim Asy
  • Orang yang meninggalkan salat karena udzur seperti orang yang lupa atau tidur maka ia tidak mendapatkan dosa melainkan tetap wajib mengqhada shalatnya. Sedangkan orang yang meninggalkan salat karena sengaja ia mendapatkan dosa dan wajib segera mengqadha salatnya.  Oleh karena itu, meninggalkan salat karena udzur atau sengaja tetap sama-sama wajib qadha.  Adapun tidur atau lupa yang dikategorikan udzur di sini adalah tidur atau lupa yang tidak lalai. Misalnya orang yang tidur sebelum masuknya waktu shalat atau orang yang tidur setelah masuknya waktu shalat akan tetapi pada kebiasaannya ia selalu bangun sebelum keluar waktu shalat atau ia memesan untuk dibangunkan kepada orang yang jujur dan dipercaya untuk dibangunkan sebelum keluar waktu shalat. Maka ketika ia tidak bangun hingga keluar waktu shalat, hal tersebut dianggap udzur dan tetap wajib mengqhada shalatnya.  Mengqadha salat tidak memiliki tata cara khusus dalam pelaksanaannya. Jumlah rakaat maupun gerakan-gerakannya tetap sama dengan salat yang ditinggalkan. Hanya saja, dalam lafadz niat salatnya ada yang diganti, yaitu ada’an diganti dengan qadha’an.  Contoh :  أصلي فرض الصبح ركعتين مستقبل القبلة قضاء لله تعالى  Usholli fardhos subhi rok’ataini mustaqbilal qiblati qodho’an lillahi ta’ala.  Refresensi : Fath al-Mu’in Bisyarhi Qurroti Al-‘Ain bi Muhimmati Ad-Din, At-Taqrirot As-Sadidah Fil Masa’il Al-Mufidah.  Selengkapnya baca di www.tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #keislaman #salat #fiqih
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Toko >>

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist