tebuireng.co- Refleksi atau pencitraan Masyayikh di Pesantren Tebuireng begitu lengkap dan sempurna. Suri tauladan yang didapat juga sangat layak untuk diungkap. Bersyukurlah karena kita pernah belajar dan mengabdi di Pesantren kita tercinta Tebuireng.
Secara umum ada beberapa nilai yang kita dapat di pesantren Tebuireng. Hal ini sesuai dengan isi amanat KH. Muhammad Yusuf Hasyim, dalam beberapa kesempatan pada saat “Upacara Pengarahan Santri”, yaitu pesantren sebagai sarana tafaqquh fid din, condrodimuko perjuangan dan pengabdian masyarakat.
Pesantren Sebagai Sarana Tafaqquh fid Din
Santri merupakan agent of change bagi masyarakatnya. Oleh karena itu keberadaan santri menjadi keharusan dalam situasi kemajmukan dan keberagaman di Indonesia. Pesantren sebagai lembaga tertua dan terawet dalan sistem pendidikan di Indonesia, ketika kurikulum dan kebijakan sistem pendidikan selalu berubah-ubah sekehendak menteri dan punakawannya yang silih berganti.
Pada era Hadlratussyekh, pendidikan di Tebuireng merupakan level tertinggi, dimana banyak santri yang merupakan Kiai dan Gus di kampung halamannya memantapkan keilmuannya, dengan niat tabarrukan dan men-top up sanad kepada beliau. Kemudian oleh KH. Abdul Wahid Hasyim, ditambahlah materi-materi umum sebagai penyempurna.
Hal mana yang juga sama dilakukan oleh pesantren saat ini, dengan memberikan opsi materi dan kurikulum pondoknya. Pada era kepengasuhan KH. Abdul Kholiq Hasyim Tebuireng menjadi pelopor sistem pendidikan klasikal, dimana para santri yang masuk dites sesuai kemampuannya dan dikelompokkandi kelas-kelas. Kemudian metode klasikal ini diterapkan oleh berbagai pesantren, agar memudahkan dalam pemetaan kemampuan santri dan menentukan kurikulum dan standar pelajaran berikutnya.
Di Pesantren Tebuireng pula kita mengenal Sistem Sorogan, dengan persayaratan dan usaha yang ketat dalam pelaksanaannya. KH. Idris Kamali menjadi man of rule, yang menjadikan metode sorogan ini sangat layak dan lebih berkelas dari sistem bandongan yang juga kita kenal dan diterapkan di pesantren. Lulusan-lulusan metode sorogan inilah yang menghasilkan kiai-kiai mumpuni dan penerus kepengurusan pesantren. Karena sejak awal, dalam prosesnya santri sorogan sudah sering merasakan perih dan kesulitan mendalami kitab kuning. Metode sorogan ini akan selalu menjadi high level selama dilakukan dengan proses yang benar.
Pesantren Sebagai Condrodimuko Perjuangan
Sudah masyhur bahwa di Pesantren Tebuireng inilah lahir cikal bakal TNI, yaitu Lasykar Hizbulloh dan Lasykar Sabilillah. Perjuangan fisik yang memang harus dilakukan, untuk kenyamanan dalam beribadah dan menimba ilmu di Pesantren. Hal ini telah dimulai sejak Hadlratussekh mukim dan menimba ilmu di Mekkah. Syekh Asad Syihab melaporkan bahwa Hadlratussyekh beserta para ulama dari seluruh dunia bersimpuh di depan Kakbah seraya berikrar untuk memerdekakan negara masing-masing dari para penjajah.
Perjuangan ini masih terus dilakukan oleh KH. Abdul Wahid Hasyim dengan menjadi anggota BPUPKI, dalam upaya memerdekakan Indonesia dan membuat dasar negara Pancasila. KH. Yusuf Hasyim, KH. Sansyuri Badawi dan KH. Abdurrahman Wahid dan adik beliau ayahanda KH. Sholahuddin Wahid, telah pula berjuang dalam menciptakan politik Islam yang elegan dan demokratis, sehingga mengharumkan Pesantren sebagai supplier negarawan, politikus bahkan presiden.
Ke depan diharapkan lahir juga “pejuang-pejuang” tingkat Nasional, yang membawa pemikiran murni dari “kawah condrodimuko” Tebuireng, demi kemajuan bangsa dan agama.
Pesantren Sebagai Pengabdi Masyarakat
KH. Abdul Wahid Hasyim pernah mengatakan, bahwa santri memiliki 2 kaki, satu kaki kanan di dalam pondok dan yang lain di luar pondok. Artinya segala aktifitas santri harus berkaitan dengan pengabdian dan demi kemajuan masyarakat. Oleh karena itu, jangan jadikan pondok terlalu eksklusif, tidak mengerti kebutuhan dan kondisi masyarakat. Hadlratussyekh KH. M. Hasyim Asy’ari, KH. Abdul Wahid Hasyim, sampai dengan KH. Muhammad Yusuf Hasyim dan KH. Sholahuddin Wahid, beliau-beliau sangat perhatian dan mengayomi masyarakat. Mudah-mudahan kita semua dapat meneladani dan meneruskan perjuangan beliau, dan berkumpul di surga firdaus kelak bersama beliau. Aamiin
Oleh: Muhammad Yunus Hamid, Mudir Madrasah Mu’allimin Hasyim Asy’ari Tebuireng
*Artikel ini pernah diterbitkan saat Seminar Kepesantrenan dengan tema “Reaktualisasi Semangat Juang Masyayikh Tebuireng” yang diadakan Oleh Keluarga Alumni Madrasah Mu’allimin Hasyim Asy’ari (KAMHA)19 Desember 2022.