ADVERTISEMENT
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media
Tebuireng Initiatives
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
No Result
View All Result
Tebuireng Initiatives
No Result
View All Result
  • Home
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Toko >>
Home Seni & Budaya

Rangsangan Kesusastraan

Zainuddin Sugendal by Zainuddin Sugendal
2022-01-14
in Seni & Budaya
0 0
0
Rangsangan Kesusastraan

(ist)

Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

tebuireng.co- Bukanlah misteri kenapa karya kesusastraan terus ditulis, dan tak sedikit alasan dan “fungsi” yang bisa dikemukakan mengenai keberadaannya. Karya kesusastraan hadir seiring gerak manusia dan kenyataan hidupnya yang tak padam menjadi sumber utama penciptaan karya kesusastraan. Karya kesusastraan telah turut merawat dan menyimpan ruahan impian dan frustrasi manusia di suatu masa.    

Sebagai bentuk kebudayaan artistik, karya kesusastraan melalui caranya yang khas mengisi suatu “ruang” ekspresi dan refleksi tentang manusia dan kenyataan hidupnya. Kebudayaan artistik yang mewujud melalui tradisi tulis ini menggairahkan makna melalui cetusan pencerahan pengertian tentang manusia dan dunianya serta penyegaran bahasa yang dipersembahkannya kepada masyarakat yang memberikan ruang bagi kehadirannya. Tak jarang, pembatasan atau pelarangan kerap diterabas oleh karya kesusastraan sehingga menjadikannya biang ketegangan sosial bagi masyarakat atau ancaman subversif bagi pemangku kekuasaan.

Baca juga: Rekonstruksi Ringkas Sastra di Pesantren, Dulu dan Sekarang

Karya kesusastraan berdiri di dalam dan sekaligus di luar masyarakatnya. Status fiksi yang disematkan kepada karya kesusastraan tak bisa mengasingkannya sama sekali dari tautannya dengan fakta dunia. Ambil contoh roman Pramoedya Ananta Toer Arus Balik yang mengisahkan dunia maritim Nusantara abad 16 yang narasinya menjangkar ke lautan fakta historis yang tak terbantahkan. Roman ini tak dibangun oleh serangkaian kreasi cerita hayali dari benak pengarang belaka. Status karya ini adalah fiksi, tapi banyak fakta di dalamnya tak terpungkiri.

“Posisi ganda” semacam itu memungkinkan karya kesusastraan tak kehabisan daya membentuk dunia di dalam dirinya dan tak kunjung lenyap daya rangsangnya terhadap dunia di luar dirinya. Dua sisi dunia ini merupakan sisi luar dan sisi dalam dinding bangunan karya kesusastraan yang dianggap agung. Dua sisi dunia ini membuat imajinasi dalam karya kesusastraan sanggup merintis atau meneguhkan kenyataan dan pengertian yang lain tentang manusia dan dunianya.

 Alam imajinasi yang sejauh-jauhya pun tak bisa lolos dari gapaian pikiran manusia. Prosa Borges dan Kafka maupun puisi Paul Celan dan Afrizal Malna terendus dan terkejar oleh pikiran manusia karena pengembaraan imajinasi di dalamnya tak bisa memutus habis ikatannya dari dunia. Alam imajinasi niscaya bersumbukan kenyataan yang ada dan hendak menarik lebih jauh ujung garis kenyataan ke sejumlah arah dan bentuk yang kerap tak terduga.  Kerja imajinasi bukanlah pelarian, melainkan pertarungan yang keras dan intens dengan kenyataan demi memperkaya atau mengembangbiakkan tafsir tentang manusia dan dunianya. Di sinilah peran radikal dan signifikan imajinasi.

Karya kesusastraan yang teguh menghidupkan peran imajinasi yang semacam itu melantari karya kesusastraan mampu setara dengan ilmu yang menyibak rahasia alam semesta, atau seperti teknologi yang membebaskan mata manusia dari keterbatasannya menyaksikan makhluk mikro organisme.  

Bau Manusia dalam Kata

Manusia senantiasa menjadi “subjek” dalam karya kesusastraan. Inilah “isme” esensial karya kesusastraan. Kehadiran karya kesusastraan senantiasa dirangsang oleh dan sekaligus merangsang kenyataan manusia dan dunianya. Sisi pelik dan samar, atau yang sebaliknya, dalam diri manusia dan kenyataan hidupnya menjadi rangsangan yang tak reda geloranya bagi kehadiran karya kesusastraan. Dongeng kancil mencuri ketimun maupun kisah hewan-hewan dalam novel George Orwell Animal Farm sesungguhnya menyuarakan moral manusia dan kenyataan hidupnya. Tokoh-tokoh fauna itu memantulkan bayang manusia melalui cermin alegori sebagaimana dikenal dalam tradisi kesusastraan sejak lama. 

Percekcokan antar-isme-isme yang terjadi dalam sejarah perjalanan kesusastraan merupakan bentuk kontestasi atau koreksi antar-ide kesusastraan yang di dalamnya tersimpan atau membonceng misi menjadikan karya kesusastraan makin besar dan penting perannya bagi kemanusiaan, bukan sebaliknya. Isme-isme itu beriktikad menjadikan karya kesusastraan tak tersekap kejumudan atau kemubaziran. Realisme misalnya, hadir mereaksi Romantisisme yang cenderung memuja kemolekan dan menyingkiri sisi bopeng manusia dan kenyataan hidupnya.

Pertarungan antar-isme kesusastraan tak lain merupakan bentuk kompetisi antar-ide memandang manusia dan kenyataan hidupnya. Isme-isme itu tak hendak merusak, melainkan memuliakan kesusastraan yang bervisi luhur terhadap manusia dan dunianya. Kehancuran kesusastraan bisa terjadi bukan lantaran isme tertentu, melainkan bila kesusastraan ditunggangi kepentingan yang korup terhadap kesusastraan itu sendiri misalnya pengebirian kebebasan kesusastraan menuliskan manusia dan kenyataan hidupnya demi melayani kepentingan moral kelompok ataupun agenda politik kekuasaan tertentu. Pengebirian ini serupa pelanggaran terhadap kebebasan manusia, sebab dalam karya kesusastraan juga tersematkan kebebasan manusia. 

Kesadaran tentang manusia dan dunianya dalam karya kesusastraan merangsang kesadaran pembaca tentang manusia dan dunianya. Demikianlah, sehingga karya kesusastraan memungkinkan kesadaran manusia tentang dirinya dan dunianya terus berproses, tak membeku, tak surut, dan tak bangkrut di tengah perubahan dunia yang tak tertahankan. Dan, daya kata dalam karya kesusastraan memungkinkan makin berkilau dan perkasanya pesona bahasa memahatkan gairah kesadaran tentang manusia dan dunianya sehingga terukir kuat dalam ingatan. Di sinilah tugas artistik kesusastraan yang tak bisa dikorupsi oleh kepentingan segala isme yang hendak digelorakan atau dilenyapkan oleh kepentingan tertentu. Bahasa yang perkasa dalam karya kesusastraan tegak dan tak goyah oleh pemberangusan dan tak bisa terkatrol selamanya oleh segala pujian dusta. 

Bau manusia dalam karya kesusastraan kerap tak terhindarkan melintasi sekat isme, pembatasan, dan pelarangan. Betapa menakjupkan, kata yang tampak selalu diam itu mampu menjelajah rumitnya manusia dan kenyataan hidupnya serta merangsang gerak dunia dari zaman ke zaman. Semua itu bukan karena semata keindahan bahasa atau kemahiran permainan kata, melainkan juga lantaran suara manusia dan dunianya yang tak henti digemakan melalui tempaan bahasa yang terus menguji diri menghadapi dan menekuni makna ihwal manusia dan kenyataan hidupnya yang terus berubah dan bergerak senantiasa. 

Oleh: Binhad Nurrohmat, Penyair, mukim di Rejoso, Jombang

Baca juga: Islam, Seni dan Kehidupan Beragama

Tags: Kesusastraansastraseni dan budaya
Previous Post

Mengenal Lebih Dekat KH. Mukhlas Hasyim

Next Post

Mahar Berupa Al-Qur’an, Bolehkah?

Zainuddin Sugendal

Zainuddin Sugendal

Next Post
Mahar Berupa Al-Qur’an, Bolehkah?

Mahar Berupa Al-Qur’an, Bolehkah?

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

  • Ribath Nouraniyah, Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

    Ribath Nouraniyah, Rumah Aswajanya Buya Arrazy Hasyim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kisah Perjalanan Rumah Tangga Buya Arrazy

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Istri Ketiga Pendiri ACT Terima Aliran Dana Umat?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pendiri ACT, Dekat PKS dan Kritik Jokowi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hadis Palsu di Kitab Durratun Nasihin, Adakah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • "Jika kamu takut diterpa angin kencang, jangan pernah punya cita-cita untuk jadi pohon yang tinggi," dawuh dari KH Achmad Chalwani.  Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #quotes #dawuh #mutiarahikmah #nahdlatululama #nahdliyin #annawawi
  • Keluarga besar Tebuireng Initiatives mengucapkan selamat kepada Bapak KH Achmad Roziqi, Lc., M.H.I. atas amanah baru sebagai Mudir Ma
  • "Menuntut ilmu adalah taqwa. Menyampaikan ilmu adalah ibadah. Mengulang-ulang ilmu adalah zikir. Mencari ilmu adalah jihad," Al-Ghazali.  Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #quotes #mutiarahikmah #quotesoftheday #alghazali
  • Hukum wukufnya orang yang sedang haid pernah dibahas oleh al-Imam al-Nawawi dalam kitab al-Idlah bahwa salah satu adab wukuf adalah dilakukan dalam keadaan suci.  Dengan demikian, wukuf yang dilakukan jamaah haji yang tengah menstruasi adalah sah, meski ia kehilangan keutamaan wukuf dalam keadaan suci. Al-Nawawi berkata:  اَلسَّابِعَةُ الْأَفْضَلُ أَنْ يَكُوْنَ مُسْتَقْبِلًا لِلْقِبْلَةِ مُتَطَهِّرًا سَاتِرًا عَوْرَتَهُ فَلَوْ وَقَفَ مُحْدِثًا أَوْ جُنُبًا أَوْ حَائِضًا أَوْ عَلَيْهِ نَجَاسَةٌ أَوْ مَكْشُوْفَ الْعَوْرَةِ صَحَّ وُقُوْفُهُ وَفَاتَتْهُ الْفَضِيْلَةُ  “Kesunnahan dan adab wukuf yang ketujuh. Yang lebih utama adalah menghadap kiblat, suci dari hadas dan menutupi aurat. Sehingga bila seseorang wukuf dalam keadaan berhadats, junub, haid, terkena najis atau terbuka auratnya, maka sah wukufnya dan ia kehilangan keutamaan” (Syaikh Abu Zakariya Yahya bin Syaraf al-Nawawi, al-Idlah, Beirut-Dar al-Hadis, hal. 313).  Berdasarkan referensi tersebut dapat dipahami bahwa kondisi menstruasi tidak mencegah kebsahan wukuf, sebab hanya berkaitan dengan keutamaan, bukan kewajiban.  Kaidah fiqih menegaskan, “al-Wâjibu lâ yutraku illâ li wâjibin” (kewajiban tidak dapat ditinggalkan kecuali karena kewajiban lainnya), sebagian ulama meredaksikan dengan bunyi kaidah “al-wâjibu lâ yutraku li sunnatin” (kewajiban tidak boleh ditinggalkan karena kesunnahan).  Selengkapnya baca di tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #haji2022 #haji #hajiindonesia
  • Idul Adha beda di tahun 2022 nampaknya bakal jadi kenyataan. Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan Hari Raya Idul Adha jatuh pada Sabtu, 9 Juli 2022.  Ketetapan ini dituangkan dalam Maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1443 Hijriah. Meski demikian, hingga kini pemerintah belum menentukan Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriah.  “Idul Adha (10 Dzulhijjah1443 H) hari Sabtu Legi, 9 Juli 2022 M,” bunyi Maklumat Nomor 01/MLM/I.0/E/2022 Tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1443 Hijriah dikutip pada Senin (20/6/2022).  Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin memaparkan, jika mengacu pada garis tanggal Kriteria Baru MABIMS, menunjukkan bahwa di Indonesia pada saat maghrib 29 Juni 2022, tinggi bulan umumnya kurang dari 3 derajat dan elongasinya kurang dari 6,4 derajat.  Artinya, hilal terlalu tipis untuk bisa mengalahkan cahaya syafak yang masih cukup kuat. Akibatnya, hilal tidak mungkin dapat dirukyat. Secara hisab imkan rukyat (visibilitas hilal), data itu menunjukkan bahwa 1 Dzulhijjah 1443 akan jatuh pada 1 Juli 2022 dan Idul Adha jatuh pada 10 Juli 2022.  “Konfirmasi rukyat akan dilakukan pada 29 Juni dan diputuskan pada sidang itsbat awal Dzulhijjah 1443, yang waktunya akan diinformasikan lebih lanjut oleh Kementerian Agama,” tandasnya.  Selengkapnya baca di tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #haji #haji2022 #iduladha #nahdlatululama #muhammadiyah
  • "Orang yang beriman tidak hanya berikhtiar, tapi juga tawakkal dan berdoa", dawuh dari KH A. Mustofa Bisri.  Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #quotes #dawuh #mutiarahikmah #nahdlatululama #nahdliyin #gusmus #gusmusquotes
  • Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy
  • "Berwudhulah dengan cinta, sebelum berwudhu dengan air. Sungguh, tidak boleh shalat dengan hati penuh kedengkian, dendam, dan kebencian," Jalaluddin Rumi.  Baca artikel Tebuireng Initiatives lainnya di tebuireng.co atau klik link di bio.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #quotes #mutiarahikmah #mutiararumi #quotesoftheday #rumi
  • إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ  Keluarga besar Tebuireng Initiatives turut berdukacita atas wafatnya Hashaim Shah Wali Arrazy, putra kedua Abuya Dr. Arrazy Hasyim, MA.  #tebuirenginitiatives #tebuireng #pesantren #santri #duka #arrazyhasyim #ribathnouraniyyah
  • About
  • Kontak
  • Privacy & Policy
  • Terms and Conditions
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Pedoman Media

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

No Result
View All Result
  • Tebuireng
  • News
  • Keislaman
  • Pesantren
  • Kebangsaan
  • Galeri
  • Kolom Pakar
  • Toko >>

© 2021 Tebuireng Initiatives - Berkarya Untuk Bangsa by Tebuireng

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist