tebuireng.co – Rahasia penamaan Syawal menurut Datuk Seri Ulama Setia Negara atau yang lebih dikenal dengan Ustaz Abdul Somad (UAS) pernah ia jelaskan di kanal youtube Goto Islam (21/06/2018).
UAS menerangkan tentang rahasia penamaan syawal dan hikmah di balik penamaan salah satu bulan dalam kalender Islam (Hijriyah), yakni bulan Syawal.
Menurutnya, Syawal adalah bulan di mana ilmu, amal, dan iman seorang muslim seharusnya meningkat.
Dalam video tersebut, UAS menerangkan tentang arti Syawal terlebih dahulu. Ulama asal Riau tersebut menjelaskan bahwa Syawal (شوال) berasal dari kata شول atau شولة yang berarti naik atau meningkat.
“Ada satu hewan yang ekornya naik ke atas, yakni kalajengking. Ekor yang naik ini disebut dengan شول atau شولة. Jadi, Syawal itu artinya naik ke atas atau meningkat,” ucapnya.
Pendapat dari UAS ini selaras dengan redaksi yang ada dalam kitab Al-Mu’jam Al-Wasith:
(الشولة) مَا ترفع الْعَقْرَب من ذنبها (المعجم الوسيط. ص 501)
“Ekor yang naik dari Kalajengking”
Menurut UAS, sesuai dengan arti Syawal itu sendiri (naik atau meningkat), maka ada tiga hal yang seharusnya mengalami peningkatan dalam jiwa seorang muslim di Bulan Syawal.
Pertama, meningkatnya ilmu
Ilmu dapat mengalami peningkatan karena keikutsertaan seseorang di majelis ilmu. Maka, ketika masuk bulan Syawal seharusnya ilmu sebagai seorang muslim-pun akan meningkat, sebab banyaknya pengajian yang telah diselenggarakan saat bulan Ramadan.
Kedua, meningkatnya amal
Amal ibadah dapat meningkat ketika seorang muslim melatih dirinya untuk beribadah dengan lebih baik. Maka semestinya amal ibadah seseorang akan lebih baik (meningkat) lagi di bulan Syawal, karena latihan-latihan ibadah atau penggemblengan ibadah yang telah dilakukannya sebelumnya, yakni saat bulan Ramadan banyak melakukan amal seperti witir, i’tikaf, baca Al-Qur’an dan yang lainnya
Ketiga, meningkatnya iman
Iman seorang muslim seharusnya akan mengalami peningkatan ketika masuk Bulan Syawal. Hal ini terjadi karena ibadah-ibadah dan pendekatan diri kepada Allah (taqorrub ilallah) yang dilakukannya saat bulan Ramadan.
“Jadi kalau ada orang tidak meningkat tiga hal itu dalam dirinya ketika Bulan Syawal, maka (hakikatnya) dia itu belum Syawal,” pungkas ulama jebolan Al-Azhar Mesir tersebut.
Nasihat dari UAS ini serupa dengan apa yang dikatakan Ibnu Rojab dalam kitabnya Lathoiful Maarif:
فإن الله إذا تقبل عمل عبد وفقه لعمل صالح بعده كما قال بعضهم: ثواب الحسنة الحسنة بعدها فمن عمل حسنة ثم اتبعها بعد بحسنة كان ذلك علامة على قبول الحسنة الأولى كما أن من عمل حسنة ثم اتبعها بسيئة كان ذلك علامة رد الحسنة وعدم قبولها (لطائف المعارف لابن رجب. ص221)
“Apabila Allah menerima amal seorang hamba, maka Allah akan mendorongnya untuk mengamalkan amal saleh setelahnya. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, kemudian disusul dengan amal saleh yang lain setelahnya, maka hal itu adalah tanda diterimanya amal saleh yang pertama. Namun jika amal saleh itu disusul dengan amal buruk, maka ini adalah tanda ditolaknya amal saleh tersebut”.
Oleh karena itu, jika seorang muslim belum Syawal (meningkat) dalam bulan Syawal ini (sebagaimana penjelasan UAS di atas), maka hal ini bisa saja menjadi pertanda bermasalahnya amal ibadah yang dilakukannya saat bulan Ramadan sebelumnya. Na’udzubillah.
Wallahua’lam.
Oleh : Syifa’ Q