tebuireng.co – Rahasia Allah sangat banyak, salah satunya terdapat dalam lafaz لا ريب di Al-Qur’an. Rahasia Allah ini perlu dipelajari umat Islam.
Rahasia lafaz لا ريب masih banyak yang belum mengetahui, terutama dari segi ilmu nahwu. Seperti di surat Al Baqarah ayat dua:
ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,”
Lafaz لاريب terdiri dari huruf لا dan ريب. Menurut tinjauan ilmu nahwu, huruf Laa (لا) adalah huruf nafil jinsi yang artinya huruf yang meniadakan jenis.
Huruf لا selain itu juga termasuk dalam kategori “Nafiyah amah” yang artinya meniadakan secara umum tanpa pengecualian.
Huruf لا ini memiliki fungsi menasabkan isim setelahnya dan isim yang dinasabkan oleh huruf ini tidak ditanwinkan.
Sedangkan lafaz ريب yang menurut ilmu sorof adalah isim masdar dari kata راب يريب yang artinya “Ragu-ragu”.
Dalam tinjauan ilmu nahwu, lafaz ريب ini memiliki kedudukan sebagai isimnya لا yang dibaca nasab sehingga diartikan dengan “Tiada keraguan”.
Kemudian, bila dilihat dalam satu kesatuan, lafaz لا ريب memiliki kedudukan sebagai khabar dari lafazذلك الكتاب sehingga artinya menjadi “Al-Qur’an ini tidak ada keraguan”.
Dalam tinjauan ilmu balaghah, lafaz ini mengandung majas isti’arah tashrihiyah karena makna yang dimaksudkan adalah الحق atau kebenaran, artinya Al-Qur’an ini benar (tidak perlu diragukan lagi).
Selain itu, lafaz ini juga bisa dikategorikan sebagai jenis kalam khabari insya’i karena bentuknya khabar tetapi menuntut untuk dipercayai.
Adapun dalam tinjauan ilmu tafsir, lafaz لا ريب artinya adalah tidak ada keraguan sebagaimana keterangan di bawah ini:
حدثني هارون بن إدريس الأصم، قال: حدثنا عبد الرحمن المحاربي عن ابن جُريج، عن مجاهد: لا ريب فيه، قال: لا شك فيه
Sedangkan dalam tinjauan ilmu dilalah, lafaz ريب meskipun sinonimnya lafaz شك tetapi keduanya berbeda.
Perbedaannya adalah jika شك untuk keraguan dalam menentuan dua hal, sedang ريب adalah keraguan yang disertai kecurigaan, biasanya berupa kecurigaan buruk sangka.
Sehingga maksud dari lafaz ini adalah keraguan yang muncul dalam hati yang dilatarbelakangi oleh sifat buruk sangka dan hasud.
Jika kita lihat dari tinjauan ilmu asbabunnuzul, ayat ini turun untuk menjawab pengingkaran yang dilakukan oleh orang kafir atau non muslim terhadap firman Allah yang diturunkan sebelumnya.
Hikmah yang dapat kita ambil dari kajian di atas adalah:
1. Mengimani kebenaran Al-Qur’an tanpa harus selalu memperdebatkan terjemahannya.
2. Sifat buruk sangka akan sering menghasilkan perilaku untuk tidak mempercayai.
3. Untuk membuat orang percaya terhadap kebenaran Al-Qur’an membutuhkan usaha yang sangat ekstra dan perlu senantiasa mengkaji ayat Al-Qur’an.
4. Dan beberapa makna lainnya.
Semoga rahasia Allah dalam lafaz ini bisa menambahkan wawasan baru dan jadi rujukan dalam perdebatan ilmiah.
الله اعلم بالصواب
Fathur Rohman (Dosen Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng)