tebuireng.co- Pada bulan Dzulhijjah, umat Islam berbondong-bondong melaksanakan ibadah haji dan Hari Raya Idul Adha. Hari Raya Idul Adha jatuh pada 10 Dzulhijjah 1444 H/ 29 Juni 2023, sehari sebelumnya umat Islam di seluruh dunia yang melaksanakan ibadah haji melakukan wukuf/berdiam diri di padang Arafah sebagai puncak rangkaian ibadah haji. Sedangkan umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah haji, disunnahkan puasa Arafah.
Hari Raya Idul Adha juga disebut hari raya qurban, lantaran di hari tersebut dilaksanakan penyembelihan hewan qurban. Al-udhiyah (hewan qurban) dari segi usia hewan, disebutkan dalam kitab fathul qarib, bahwa hewan yang layak dijadikan qurban yakni domba berusia 1 tahun lebih, kambing kacang usia 2 tahun lebih, sapi usia 2 tahun lebih, unta usia 5 tahun lebih.
Sedangkan dari segi fisik, hewan qurban tidak sah jika ternyata mengalami 4 keadaan. Pertama, buta salah satu matanya. Kedua, pincang. Ketiga, sakit yang nampak jelas. Keempat, hewan yang hilang sebagian otaknya karena terlalu kurus.
Dalam literatur fikih, hukum berqurban ialah sunnah kifayah muakkadah, artinya ibadah yang sangat dianjurkan dan kesunahannya akan gugur jika sudah ada yang melaksanakan dalam keluarganya.
Sedekah qurban untuk mayit
Tak bisa dipungkiri, di masyarakat kita banyak praktik sedekah yang pahalanya diperuntukkan bagi mayit. Apakah hal ini boleh dalam konteks qurban di Hari Raya Idul Adha?
Para ulama berbeda pendapat, dalam kitab Majm’ syarh Muhaddzab disebutkan:
(وأما) التضحية عن الميت فقد أطلق أبو الحسن العبادي جوازها لانها ضرب من الصدقة والصدقة تصح عن الميت وتنفعه وتصل إليه بالاجماع وقال صاحب العدة والبغوي لا تصح التضحية عن الميت إلا ان يوصي بها وبه قطع الرافعي في المجرد والله أعلم
Adapun sembelihan qurban bagi mayit, Abu Hasan menyatakan kebolehan hal itu. Karena itu merupakan bagian dari sedekah. Dan sedekah sah bagi mayit, bermanfaat serta pahalanya sampai kepada mayit. Dan shohibul ‘iddah al-baghowi mengatakan tidak sah sembelihan qurban bagi mayit kecuali ia berwasiat.
Pendapat pertama mengatakan sah/boleh melakukan sedekah sembelihan qurban dihadiahkan pahalanya kepada mayit meskipun ia tidak berwasiat. Sedangkan pendapat kedua, tidak sah kecuali ia berwasiat.
Dalam kitab mughi al-muhtaj juga disebutkan bahwa:
ولا) تضحية (عن ميت لم يوص بها) لقوله تعالى “وان ليس للانسان الا ما سعي ” فان اوصى بها جاز الى ان قال وقيل تصح التضحية عن الميت وان لم يوص بها لانها ضرب من الصدقة وهى تصح عن الميت وتنفعه اهـ
Tidak ada sembelihan qurban bagi mayit yang tidak berwasiat. Karena firman Allah: Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, jika ia berwasiat maka boleh. Dikatakan satu pendapat, sah sembelihan qurban untuk mayit meski ia tidak berwasiat, karena hal ini termasuk sedekah dan sah bagi mayit dan bermanfaat baginya.
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa sedekah melalui sembelihan qurban dan pahalanya diperuntukkan orang yang telah meninggal hukumnya boleh. Meskipun secara aplikasinya ada pendapat yang mengharuskan mayit untuk wasiat terlebih dahulu.
Wallahu a’lam
Baca juga: Hikmah Berkurban di Idul Adha