Masuk bulan Dzulhijjah 1445 H, ada sejumlah amalan yang dianjurkan oleh Rasulullah. Salah satunya ialah puasa sunnah tarwiyah dan arafah, yang bertepatan di tanggal 15 dan 16 Juni 2024. Dalam hukum islam, puasa sunnah menjadi amalan yang tidak asing dan sering dilakukan. Dalam kitab i’anah al-thalibin, al-Allamah Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatha al-Dimyathi al-Bakri (1226-1310H) menyebutkan:
أن صوم التطوع ثلاثة أقسام: قسم يتكرر بتكرر السنة – كصوم يوم عرفة، وعاشوراء، وتاسوعاء – وقسم يتكرر بتكرر الأسبوع كالاثنين، والخميس وقسم يتكرر بتكرر الشهور – كالأيام البيض كما يعلم من كلامه.
والتطوع شرعا: التقرب إلى الله تعالى بما ليس بفرض من العبادات، والصوم من أبلع الأشياء في رياضة النفس، وكسر الشهوة، واستنارة القلب، وتأديب الجوارح وتقويمها وتنشيطها للعبادة.
Ada tiga jenis puasa sunnah: Puasa yang diulang setiap tahun – seperti puasa Arafah, Asyura dan Tasawwuf – puasa yang diulang setiap minggu – seperti puasa Senin dan Kamis – dan puasa yang diulang setiap bulan – seperti puasa ayyamil bidh, seperti yang kita ketahui dari perkataan mushannif.
Puasa sunnah secara syara’: Pendekatan diri kepada Allah Ta’ala dengan sesuatu yang bukan merupakan ibadah wajib. Dan puasa merupakan lebih dalamnya sesuatu, untuk melatih jiwa, mematahkan nafsu, mencerahkan hati, mendisiplinkan, mengoreksi, dan memberi energi pada tubuh untuk beribadah.
Dalil Puasa Sunnah Tarwiyah dan Arafah
Dari klasifikasi di atas, ada pembagian mengenai waktu-waktu puasa. Sedangkan kesunahan puasa tarwiyah (8 Dzulhijjah) tidak disebutkan secara khusus, berbeda dengan puasa arafah. Kenapa demikian, karena keutamaan puasa tarwiyah tidaklah di tanggal tersebut saja. Tetapi terletak pada 8 hari awal di bulan Dzulhijjah. Sebagaimana sabda Rasulullah shallahu ‘alahi wasallam:
فقد روى ابن عباس رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم: «مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ» يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ؟ قَالَ: «وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ» أخرجه أبو داود وابن ماجه وغيرهما
Ibnu Abbas -raḍiyallāhu ‘anhumā- meriwayatkan: Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Tidak ada hari yang lebih disukai Allah untuk beramal daripada hari-hari ini.” Yakni, sepuluh hari tersebut. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bukankah jihad di jalan Allah?” Beliau bersabda, “Bukan jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya, lalu ia tidak kembali dengan membawa sesuatu.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan yang lainnya).
Sedangkan mengenai landasan hadis puasa sunnah arafah dalam riwayat Imam Muslim:
عن أبي قتادة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وآله وسلم قال: «صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ
Dari Abu Qatadah -raḍiyallāhu ‘anhu-, dari Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, beliau bersabda, “Berpuasalah kalian di hari Arafah, aku memohon kepada Allah agar Dia mengampuni satu tahun sebelumnya dan satu tahun sesudahnya.”
Pendek kata, berdasarkan hadis di atas, kesunahan puasa bisa dilaksanakan sejak tanggal 1 – 9 Dzulhijjah. Dalam keterangan i’anah al-thalibin, untuk berhati-hati (karena tidak tahu pasti tanggal 9) maka boleh menggabungkan puasa tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah, atau lebih dikenal tarwiyah dan arafah. Selain itu, kesunahan puasa ini berlaku bagi selain orang yang melaksanakan haji, bertepatan wukuf di Arafah. Jika puasa ini menjadikan kurang maksimal dalam ibadah haji, maka makruh, jika tidak maka boleh puasa bagi orang yang haji berdasarkan kitab bada’i al-shana’i fi tarbiti al-syara’i.
Jelas sudah bahwa ada anjuran puasa tarwiyah dan arafah. Kita tahu, dari keutamaan puasa arafah ialah bisa menghapuskan dosa 2 tahun, satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya. Apakah hal ini bermakna kita bebas dari semua dosa? Imam Nawawi menyebutkan:
قال النووي -رحمه الله-: معناه يكفر ذنوب صائمه في السنتين، قالوا: والمراد بها الصغائر
Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Maksudnya adalah menghapuskan dosa-dosa orang yang berpuasa selama dua tahun. Mereka berkata, “Maksudnya adalah dosa-dosa kecil.
Ada juga keterangan dari fathul mu’in menyebutkan mengenai makna diampuni dosa 2 tahun ini:
والمكفر:الصغائر التي لا تتعلق بحق الآدمي، إذ الكبائر لا يكفرها إلا التوبة الصحيحة، وحقوق الآدمي متوقفة على رضاه، فإن لم تكن له صغائر زيد في حسناته
Yang diampuni: dosa-dosa kecil yang tidak terkait dengan hak asasi manusia, karena dosa besar hanya dapat ditebus dengan tobat yang benar. Hak-hak manusia tergantung pada kerelaannya, dan jika ia tidak memiliki dosa kecil, maka pahala kebaikannya akan ditambahkan pada pahala kebaikan yang menjadi tanggungannya.
Dari keterangan ini, maka puasa sunnah tarwiyah dan arafah menjadi amalan yang dianjurkan dan dicintai Allah bagi orang yang tidak sedang melaksanakan haji, sedangkan untuk yang sedang berhaji, makruh jika menyebabkan tidak maksimal dalam ibadah. Semoga bermanfaat.
Penulis: Muh Sutan Alambudi
Editor: Zainuddin Sugendal
Baca juga: Keutamaan Dzulhijjah, Bulan Terakhir dalam Kalender Hijriah