tebuireng.co– Al-Imam al-Habib Husein bin Abu Bakar al-Aydrus, yang terkenal dengan sebutan Habib Kramat Luar Batang, lahir di desa Ma’ibad, Migrab, dekat Hazam, Hadhramaut, Yaman Selatan. Datang di Betawi sekitar tahun 1746 M. Berdasarkan cerita, bahwa beliau wafat di Luar Batang, Betawi, tanggal 24 Juni 1756 M. bertepatan dengan 17 Ramadhan 1169 Hijriyah dalam usia lebih dari 30 tahun (kurang lebih 40 tahun).
Jadi diduga sewaktu tiba di Betawi, beliau berumur 20 tahun. Habib Husein bin Abu Bakar al-Aydrus memperoleh ilmu tanpa belajar atau dalam istilahnya disebut “Ilmu Wahbi”, yaitu ilmu pemberian dari Allah tanpa belajar dahulu.
Silsilah beliau adalah, al-Habib Husein bin Abu Bakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husein bin Abdullah al-Aydrus al-Akbar bin Abu Bakar as-Sakran bin Abdurrahman as-Saqqaf bin Muhammad Maula ad-Dawilah bin Ali bin Alwi al-Ghuyur bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin ‘Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin ‘Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-‘Uraidhi bin Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin al-Husein bin Ali bin Abi Thalib suami Fatimah az- Zahra binti Rasulullah Saw.
Selepas mangkatnya ayahnya, al-Imam Husein Bin Abu Bakar al-Aydrus hijrah ke kota Tarim, dan ternyata di pintu kota Tarim telah menunggu seorang wali besar, yaitu al-Imam al-Mujaddid al-Mushlih al-Kabir al-‘Arifbillah wa ad-Dal’alaih Sayyiduna Syaikh al-Islam wa Quthb ad-Da’wah wa al-Irsyad, al-Habib Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Haddad, yang langsung menyambut kedatangan dari al-Imam Husein Bin Abu Bakar al-Aydrus.
Setelah tiba di kota Tarim, beliau didampingi oleh al-Imam Abdullah Bin Alwi al-Haddad langsung berziarah kepada Sayyidina al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawi, Sayyidina Abdurrahman bin Muhammad Assegaf, dan Sayyidina Abdullah bin Abu Bakar al-Aydrus al-Akbar. Al-Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad kemudian berkata, “Semalam kakekmu, Sayyidina Abdullah al-Aydrus al-Akbar datang kepadaku, dan mengabarkan tentang kedatanganmu wahai Husein.”
Al-Imam Husein Bin Abu Bakar al-Aydrus menimba ilmu kepada Quthbil Irsyad, al-Imam Abdullah Bin Alwi al-Haddad, dan menurut catatan al-Habib Ali bin Husein al-Atthas dalam kitabnya, Taajul A’ras, mengatakan bahwa al-Imam Husein bin Abu Bakar al-Aydrus sebelum hijrah ke Indonesia, beliau telah mendapatkan mandat kepercayaan dari guru beliau, al-Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad untuk melaksanakan da’watul Islam.
Al-Imam Husein bin Abu Bakar al-Aydrus kemudian hijrah ke India dan Asia Timur, kemudian sampai di Indonesia, khususnya pulau Jawa, tepatnya di Pelabuhan Sunda Kelapa. Setibanya di Pelabuhan Sunda Kelapa, beliau diusir kembali oleh penjajah Belanda. Akhirnya dengan bantuan para muhibbin, di malam hari dengan menggunakan sekoci, beliau tiba kembali di Pelabuhan Sunda Kelapa.
Beliau kemudian berdakwah di tanah Batavia. Pada saat itu penjajah Belanda sangat sensitif kepada para ulama karena di Sunda Kelapa ini masih ada bekas-bekas pertempuran Sunda Kelapa yang berada di bawah pimpinan dari Sunan Gunung Jati, al-Imam Syarif Hidayatullah dan Fatahillah, sehingga penjagaannya sangat ketat dan berakibat pada dicurigainya al-Habib Husein bin Abu Bakar al-Aydrus sebagai pemberontak, akhirnya beliau dimasukkan ke dalam penjara, yang berada di sekitar Glodok.
Perjuangan dakwah al-Imam Husein bin Abu Bakar al-Aydrus sangatlah luar biasa, dan salah satu karomah beliau adalah, di pagi hari beliau berada di dalam penjara, sementara anehnya, menjelang Maghrib, beliau sudah tidak ada di dalam penjara, akan tetapi beliau terlihat sedang menyampaikan dakwah-dakwahnya di musholla dan masjid-masjid, sehingga membuat takut para sipir penjara. Dan akhirnya kepala sipir penjara tersebut meminta agar Habib Husein keluar saja dari dalam penjara, tapi beliau menolaknya, sampai akhirnya beliau keluar dari penjara dengan keinginannya sendiri.
Baca juga: Gus Ahmad Azaim Ibrahimy Sahabat Gus Sholah