Prof Quraish Shihab menjelaskan makna hijrah yang dilaksanakan oleh Nabi dari kota Mekkah menuju Madinah yang penting untuk diketahui. Hal tersebut karena hijrah erat kaitannya dengan sejarah tahun baru Islam.
“Hijrah adalah membangun peradaban, itulah mengapa kota yang dituju yang semula bernama Yastrib (saling kecam) diganti oleh Nabi menjadi Madinah (tempat peradaban),” jelasnya, seperti dikutip dalam kanal Youtube Darul Maarif. Sabtu, 15/07/23.
Ia menjelaskan bahwa dalam arti bahasa, hijrah adalah berpindah yakni dari yang buruk berpindah kepada yang baik atau dari yang baik berpindah pada yang lebih baik. Hijrahnya Nabi ke Madinah menjadi awal dari terbentuknya peradaban dan kejayaan Islam
Peristiwa hijrah Nabi ke Madinah sangat erat kaitannya dengan ketetapan awal tahun Hijriyah. Hal tersebut karena kalender Hijriyah yang dicetuskan pertama kali oleh Sayyidina Umar bin Khattab sebagai khalifah ke-dua telah sepakat untuk mengawali tahun Hijriyah dengan bulan hijrahnya Nabi.
Dalam sejarah, Nabi berangkat hijrah ke Madinah pada akhir bulan Shafar dan tiba di sana pada tanggal 12 Rabiul Awwal. Namun, Sayyidina Umar menetapkan bulan Muharram sebagai awal bulan di tahun Hijriyah karena terhitung sejak bulan Muharram sudah muncul niat yang kuat untuk hijrah ke Madinah karena adanya gangguan dari kafir Quraish yang semakin menjadi-jadi.
Siasat dalam rencana hijrah umat Islam adalah tidak berangkat hijrah secara serentak namun secara bergilir. Diawali oleh beberapa sahabat yang berangkat di bulan Muharram lalu disusul oleh nabi dan Abu Bakar pada bulan Shafar dan tiba di Madinah pada bulan Rabiul Awwal. Hal tersebut bertujuan agar orang kafir Quraisy tidak mengetahui rencana hijrah umat Islam sehingga perjalanan hijrah bisa berjalan dengan lancar.
Prof Quraish Shihab juga menjelaskan bahwa di antara nilai penting dalam peristiwa hijrah Nabi sebagai awal dari terbangunnya peradaban adalah teladan untuk selalu melakukan sebuah perencanaan.
Sebagaimana perencanaan yang dilakukan Nabi sebelum melaksanakan hijrah yakni mempersiapkan unta sebagai tunggangan selama perjalanan, mempersiapkan pedang untuk mengantisipasi serangan dari kaum kafir Quraish.
Selain itu Nabi juga mempersiapkan petunjuk jalan karena pada saat itu Nabi memiliki siasat untuk tidak menempuh jalan yang biasa dilewati masyarakat Mekkah ketika pergi ke Madinah. Hal tersebut agar kafir Quraish tidak bisa mengejar Nabi ketika dalam perjalanan hijrah. Di sinilah pentingnya sebuah perencanaan yang matang dalam proses hijrah.
“Ini adalah sebuah perencanaan, maka apabila kita ingin melaksanakan sesuatu harus melakukan perencanaan, sehingga segalanya berjalan dengan lancar,” pungkas Prof Quraish Shihab.
Baca juga: Mengenal Ilmu Qiyafah yang Punah