tebuireng.co – Prof Eka Julianta Wahjoepramono, SpBs (K), PhD datang ke Tebuireng untuk mengisi seminar kesehatan tentang kesehatan otak manusia, ia merupakan dokter spesialis bedah otak pertama di dunia. Prof Eka tiba di Tebuireng, Sabtu (20/08/2022)
Prof Eka Julianta disambut sejumlah zuriyah KH M Hasyim Asy’ari dan para pengurus Pondok Pesantren Tebuireng, di antaranya Nyai Farida (istri mendiang Gus Sholah) yang juga sahabat karib Prof Eka. Setelah di sambut di ndalem kesepuhan, Prof Eka menyempatkan untuk berziarah ke pusara sahabatnya mendiang Gus Sholah.
Menurut panitia acara seminar kesehatan ini, Zaki Maulana bahwa seminar tersebut akan dibagi menjadi 2 sesi, sesi pertama untuk para zuriyah, dewan guru, pengurus pondok dan mahasantri.
“Dilanjut sesi ke-dua untuk para santri tingkat SLTP dan SLTA,” jelasnya.

Menurut Prof Eka Julianta, ia sudah menggeluti masalah otak cukup lama. Saat ini ia aktif keliling dunia membahas dan menyebarkan ilmu tentang otak. Termasuk mengobati pasien lintas negara.
Prestasi Prof Eka cukup mentereng dalam masalah otak, di awali tahun 2001 ketika ia berhasil melakukan operasi bedah otak pada seorang pasien bernama Ardiansyah.
Ardiansyah ialah warga pesisir di Merak Banten yang berprofesi sebagai buruh nelayan dan diagnosis menderita tumor kavernoma yang pecah di batang otak atau pons.
Terdorong oleh rasa kemanusian, Prof Eka memberanikan diri untuk membedah batang otak tersebut dengan penuh resiko yang besar, kelumpuhan bahkan menyebabkan kematian.
“Pada saat itu belum ada satu pun dokter di dunia yang berani melakukan operasi bedah tersebut, prestasi ini lah yang mencatatkan saya dalam sejarah dunia sebagai dokter spesialis bedah otak pertama di dunia,” imbuh Prof Eka.
Baca Juga: Menemukan Jodoh dengan STIFIN
Menurut Prof Eka, otak manusia adalah salah satu organ yang sangat penting, karena otak lah yang mengontrol seluruh kinerja dari tubuh manusia, maka dari itu menjaga kesehatan otak amatlah penting.
Otak yang terdiri dari jutaan sel syaraf yang di sebut neurons ini diberikan Tuhan kepada manusia ketika lahir kurang lebih seratus miliar sel neurons. Sampai saat ini belum ada teknologi yang mampu menghidupkan sel tersebut jika mati.
“Itu sebabnya saya wanti-wanti kalau otaknya rusak tidak bisa balik lagi seperti normal,” tegas Prof Eka
Dikatakan, kecerdasan otak sesorang tidaklak diukur sebatas dari IQ tinggi, melainkan dapat dikembangkan dengan produktifitas serta aktifitas positif, didukung dengan fasilitas yang memadai serta mampu mengembangkan kecerdasaan otak.
“Sama-sama IQ 120, yang satu di hutan yang satu di Tebuireng akan beda hasilnya,” ungkap Prof Eka di sela-sela wawancara dengan Tebuireng.co
Prof Eka sangat mengapresiasi kreaktifan santri-santri Tebuireng yang juga memiliki akhlak, sopan santun yang baik. Tidak hanya itu, pesantren Tebuireng memiliki santri-santri yang cerdas dan kritis
“Harus diberi dukungan dan fasilitas yang baik untuk mengembangkan kecerdasaan otaknya,” katanya.

Sementara itu, Nyai Farida Sholahudin Wahid mengatakan bahwa acara seminar kesehatan ini sebenarnya sudah lama digagas oleh mendiang Gus Sholah bersama Prof Eka.
Prof Eka memang punya kedekatan dengan keluarga almarhum Gus Sholah karena ia termasuk tim dokter yang menangani Nyai Farida, tapi acara tersebut tertunda setelah kepergian almarhum disusul dengan adanya Covid 19.
“Oleh karena itu atas nadzar Prof Eka kepada Gus Sholah yang belum terlaksana, ia menyempatkan waktu di sela kesibukannya yang padat memberi seminar kesehatan di lima benua untuk hadir di Tebuireng mengisi seminar kesehatan,” tandasnya.
Oleh: Badar alam