tebuireng.co – Prof Djamaluddin Miri, seorang penjaga marwah Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng sebagai ungkapan dan apresiasi kepada sosok perintis Mahad Aly Hasyim Asy’ari.
Hari masih pagi, matahari belum sempurna menampakkan wajahnya. Para mahasantri pun belum tampak hadir di kampus Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.
Namun, seorang dosen dengan kopiah hitam dan celana hitam sudah tampak hadir di kampus. Ia adalah Profesor H M Djamaluddin Miri asal Kota Surabaya.
Pria yang lahir di Surabaya ini menjadi mudir pertama Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. Pembawaan yang sederhana dan mudah bergaul menjadi ciri khas Prof Djamaluddin.
Hal ini terlihat dari kedatangan beliau ke Ma’had Aly Hasyim Asy’ari yang setiap hari menggunakan jasa bis.
Dalam proses perkuliahan, Prof Djamaluddin Miri mewajibkan maha santri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari menggunakan bahasa pengantar berupa bahasa Arab atau Inggris. Selain itu, maha santri juga diharuskan membuat makalah bahasa Arab.
Sosok Prof Djamaluddin adalah gambaran santri Tebuireng Jombang yang begitu mencintai almamaternya. Baginya, mengabdi di Tebuireng seperti panggilan pulang oleh Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari.
Prof Djamaluddin lulus belajar di Tebuireng pada tahun 1976 dan melanjutkan ke Universitas Ummu al-Qura Makkah, Arab Saudi dan lulus 1980. Selain kuliah, ia juga bekerja sebagai Staf Kedutaan Besar Republik Indonesia Konsulat Mekkah-Arab Saudi mulai 1978 hingga 1981.
Sesuai belajar di Arab Saudi, ia kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai dosen Bahasa Arab pada Lembaga Bahasa Arab IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 1983-1988.
Selain itu, ia juga kuliah di IAIN Sunan Ampel Surabaya dan lulus pada 1985. Di kampus ini pula ia mengabdi sebagai dosen hingga akhir hayatnya.
Pendidikan strata dua pada 1998, Prof Djamaluddin memilih IAIN Alauddin Makassar. Kemudian, Program Pascasarjana (S3) ia lanjutkan di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ketika itu promotornya adalah DR. H. Said Aqil Husein Al-Munawar dan DR. M. Dien Syamsuddin. Disertasinya mengambil isu imamah yang populer di kalangan Syiah.
Ketika 2006, Pondok Pesantren Tebuireng mendirikan Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, Prof Djamaluddin diminta ikut terlibat oleh KH Salahuddin Wahid.
Prof Jamal, saat menempuh pendidikan di Pesantren Tebuireng pernah ngaji sorogan langsung kepada KH. Idris Kamali. Semasa dengan KH. Ali Mustafa Ya’qub Allahu yarhamhu, dan KH. Kamuli Khudlori.
Prof Djamaluddin sempat tinggal satu rumah dengan Kiai Idris Kamali saat di Makkah. Sejak tahun 2006, beliau telah mengabdikan diri di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari dengan menjadi rektor (mudir) pertama.
Selanjutnya, tampuk pimpinan Ma’had Aly Hasyim Asy’ari diteruskan oleh KH Nur Hanan.
Dalam belajar, Prof Djamal terkenal memiliki semangat dan disiplin yang tinggi. Buktinya, ia selalu datang tepat waktu saat mengajar di Ma’had Aly Tebuireng.
Meskipun dengan jarak antara rumahnya di Surabaya dan Tebuireng memakan waktu sekitar 2 jam. Itu pun selalu dengan naik angkutan umum.
“Ma’had Aly Hasyim Asy’ari tidak sama dengan kampus lain, maka cara belajarnya juga harus beda. Kajian hadisnya harus mendalam,” katanya dalam salah satu kuliah.
Ia juga sering memotivasi mahasantri agar tidak mudah puas. Beliau juga tak segan mengkritik sesuatu yang kurang tepat di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari. Demi kebaikan bersama dan kemajuan Ma’had Aly Hasyim Asy’ari.
“Saya berangkat dari rumah itu sehabis subuh, sampai Jombang pukul 07.00 WIB. Kita masuk jam 07.30,” katanya saat memotivasi maha santri.
Zaenal Karomi, Alumni Ma’had Aly, menulis bahwa di balik kesederhanaan sosok Prof Djamaluddin, ia adalah sosok guru yang tidak segan-segan, ketika ada mahasiswa yang terlambat maka tidak diizinkan masuk kelas.
Bahkan saat maha santri sowan ke rumah beliau pun, ia tetap berbicara dengan bahasa Arab. Inilah sebuah komitmen yang dipegangnya, karena bahasa Arab sebagai pengantar kegiatan belajar mengajar di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng.
Kamis, 13 Februari 2020, kabar duka datang, Prof H Djamaluddin Mirri telah wafat pada pukul 04.30 WIB. Jenazahnya dimakamkan di TPU Putat Jaya pada pukul 09.00 WIB.
Beberapa warisan keilmuan Prof Djamal, di antaranya Ahkamul Fuqaha: Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Munas, dan Konbes Nahdhatul Ulama (1926-1999).
Yang disusun bersama rekan-rekannya. Sempat menulis artikel “Bencana Alam: Siksa atau Ujian?” Dimuat di Majalah Tebuireng edisi 13.
Ada buku berjudul Syiah dan Problematikanya (Penerbit Aziziyah Surabaya 1995). Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam (Penerbit Duta Ilmu Surabaya, 1994).
Hakikat Kebenaran Islam (Terjemahan dari Haqaiqul Haq oleh Muhammad Al-Ghazali Penerbit Duta Ilmu 1990. Buku berjudul Nikah Mut’ah: antara Halal dan Haram (Terjemah dari al-Mut’ah baina al-Ibahah wa al-Hurmah oleh Amir Muhammad al-Quzwaniy, Penerbit Yayasan as-Sajjad Jakarta, 1995)
*Biografi*
Prof Dr H M Djamaluddin Miri, Lc. MA.
TTL: Surabaya, 31 Desember 1952Alamat: Dukuh Kupang XXXI/4 Surabaya.
Telp (031) 5613758
Ayah: H Miri. Ibu: Hj Jani. Isteri: Hj Nurhayati
Anak: 1. Muhammad Khairil Anwar, 2. Ainul Fitriyah, 3. Muhammad Ruhullah, 4. Muhammad Amirurrahman, 5. Nabilatul Adha
Pendidikan: 1. SDN Koblen Kidu Surabaya (1965), 2. SMP negeri III Praban Surabaya (1970), 3. Pesantren Darul Hadis al-Fiqhiyah Malang (1973), 4. Tsanawiyah/Aliyah Tebuireng Jombang (1976), 5. Universitas Ummu al-Qura Makkah Arab Saudi (S1/Lc 1980), 6. Fakultas Ushuluddin Surabaya IAIN sunan Ampel Surabaya (S1/Drs. 1985), 7. Program Pascasarjana (S2) IAIN Alauddin Ujung Pandang (1998)8. Program Pascasarjana (S3) IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Riwayat Pekerjaan:
1. Staf Kedutaan Besar Republik Indonesia Konsulat Mekkah-Arab Saudi (1978-1981).
2. Dosen Bahasa Arab pada Lembaga Bahasa Arab IAIN Sunan Ampel Surabaya 1983-1988
3. Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya, 1986 hingga wafat
4. Dosen Sastra Arab pada Lembaga Pengajaran Bahasa Arab (LPBA) “Massa” Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya.
5. Mudir Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang
6. Dosen Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang
Karya tulis:
1. Syiah dan Problematikanya (Penerbit Aziziyah Surabaya 1995)
2. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam (Penerbit Duta Ilmu Surabaya, 1994)
3. Hakikat Kebenaran Islam (Terjemahan dari Haqaiqul Haq oleh Muhammad Al-Ghazali Penerbit Duta Ilmu 1990
4. Nikah Mut’ah: antara Halal dan Haram (Terjemah dari al-Mut’ah baina al-Ibahah wa al-Hurmah oleh Amir Muhammad al-Quzwaniy, Penerbit Yayasan as-Sajjad Jakarta, 1995).
Nb: Data didapatkan dari wawancara dengan isteri Prof Djamaluddin Miri yaitu Ibu Dewi Muktiani. Isteri kedua yang mendampingi hingga wafat.