tebuireng.co – Jelang muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama tahun 2021, banyak perbincangan diantara para generasi. Setidaknya tidak ingin NU hanya menjadi adu gengsi. Berebut kuasa dengan cara-cara yang tidak sesuai. Seharusnya kembali kepada uswah yang mentradisi, bukan sudah saling atur strategi sejak dini. Para pendahulu seperti Kiyai Hasyim Asy’ari perlu diteladani, jangan sampai dapatkan kuasa dengan cara yang tidak edi.
Perlu berimbangan dengan poros tengah. Bukan blok kiri, kanan, selatan dan utara. Namun tanggung jawab hidupkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dengan NU bisa lebih efektif dan efisien sebagai media. Perjuangan Islam untuk bangsa dan negara. Bahkan bisa saja ke seluruh penjuru dunia. Supaya NU bisa banyak memberi maslahah ‘ammah. Perlu pemimpin yang betul-betul sebagai ulama.
Muktamar ke-34 NU tahun 2021 ini. Seyogianya tidak ribut saling jagokan sejak dini. Sebaiknya para tokoh dan cendikia juga berkontribusi. Bukan lagi sebagian justru mendominasi. Apalagi dengan politik yang lebih banyak hanya pribadi. Bahkan sebagian golongan yang sangat penuh ambisi. Mungkin perlu ‘POROS TENGAH’ seperti gagasan Gus Fahmi. Biar orang tidak hanya umbar ambisi.
Mari kita sambut Muktamar ke-34 NU dengan gembira. Sebagai orang NU tua dan muda punya idea. Meski tidak menjadi pengurus bukan berarti tidak sah. Untuk bersuara demi kebaikan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama.
Surabaya, 17 Oktober 2021,
‘Abd Al Haris Al Muhasibiy