tebuireng.co- Santri menurut D. Zawawi Imron adalah mereka yang belajar kalimat suci dan indah yaitu Al-Qur’an. Karena kitab suci umat Islam tersebut keindahannya tidak tertandingi. Dalam artian lain santri ialah orang yang belajar dan mendalami ilmu-ilmu agama. Dan karakter santri akan menjadi pembeda karena mereka meniru kiai serta ulama yang telah mendidik mereka. Seorang kiai juga meniru apa yang telah dilakukan oleh gurunya dan terus sampai Rasulullah Saw.
Sedangkan Pondok Pesantren merupakan wadah untuk mencetak para santri yang berkualitas serta berintelektual tinggi terutama di bidang agama, sehingga dapat mengatasi problematika di masyarakat sesuai syariat.
Membangun karakter dan pola pikir santri tidaklah mudah, mengingat perubahan zaman membawa kemajuan terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Dengan berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin canggih membawa dampak yang signifikan terhadap penggunanya. Akan berdampak positif bilamana penggunanya mampu memanfaatkan dengan baik dan tepat, sebaliknya akan berdampak negatif jika penggunanya tidak dapat memilah serta memilih baik buruknya Teknologi.
Baca juga: Menjadi Santri di Era Globalisasi?
Lantas bagaimana dengan bangsa ini jika para santri tidak dapat memanfaatkan Teknologi dengan baik? Bagaimana keadaan bangsa di masa depan jika santri masa kini tidak bisa mengimplementasikan ilmunya dangan benar? Di sinilah kiai dan pondok pesantren berperan dalam mencetak generasi santri yang memiliki intelektual serta moralitas tinggi sehingga dapat meneruskan perjuangan para pejuang mempertahankan kemerdekan.
Para santri dididik oleh seorang kiai yang merupakan seorang muslim terhormat yang telah membaktikan hidupnya untuk Allah Swt serta mendalami dan menyebarluaskan ajaran dan pandangan Islam.
Kiai selaku guru sangatlah berperan dalam proses perdidikan, peran inilah yang menentukan hasil perubahan kepribadian seorang peserta didik, dalam tugasnya sebagai guru, guru juga bertanggung jawab untuk meningkatkan etika sosial santri serta dididik untuk membentuk karakter kepribadian santri yang berkualitas. Etika sosial sangat penting sekali sebagai refleksi keimananan dan ketakwaannya kepada Allah Swt.
Dalam membentuk karakter serta intelektual santri ada beberapa cara yang dilakukan para kiai di antaranya:
- Bimbingan yaitu, kiai langsung membimbing santri dengan berbagai metode salah satunya dengan praktek seperti belajar menjadi imam sholat, mengaji, dan berdakwah.
- Musyawarah yaitu, setiap santri diharuskan bermusyawarah atau diskusi dalam memecahkan suatu permasalahan, sehingga para santri memiliki kesempatan dan keberanian dalam mengeluarkan pendapat.
- Displin yaitu, kiai menanamkan pendidikan karakter kepada para santri dengan cara disiplin. Baik dalam ibadah maupun kegiatan yang di adakan pondok pesantren. Sikap ini sebagai bekal para santri ketika terjun ke masyarakat.
- Istiqomah yaitu kiai memberikan pengajaran agar santri terus menerus dalam kebaikan. Sebab seperti yang seringkali diungkapkan para kiai bahwa Al Istiqomah Afdulu Minal Karomah yang artinya terus menerus dalam kebaikan itu lebih baik dari karomah.
- Hafalan yaitu, kiai memberikan sistem hafalan kepada santrinya seperti menghafal Al-Qur’an, hadist, kitab (nadhoman), doa-doa dan lain sebagainya. Hal ini bertujuan agar para santri memiliki kecerdasan dalam mengingat. Menurut penelitian terbaru, menghafal mampu meningkatkan kinerja otak. Semakin banyak menghafal maka sel-sel dalam otak akan berkembang dan saling menyambung menjadi satu dalam kesatuan yang lebih luas. Maka dampaknya adalah otak /ingatan akan lebih kuat, tidak mudah lupa dan lebih cepat dalam mengingat/menyimpan informasi/ilmu.
Oleh: Syofiatul Hasanah
Baca juga: Santripreneur dan Katalisator Ekonomi Umat